Gue masih ingat pertama kali datang ke Hammersonic, rasa gembira yang hingga sekarang tampaknya sulit untuk diungkapkan dengan bahasa manusia, perasaan suka cita (akhirnya) bisa bertemu dengan tidak hanya Doris Yeh—bassist cantik dari grup band Chthonic—tapi juga manusia-manusia berkaos hitam “beragama” musik keras. Sebagai salah satu penganutnya, Hammersonic adalah ajang kumpul sekaligus silahturahmi, sambil menikmati kebebasan mendengarkan musik yang berisik sampai kuping budek. Buat gue, mengunjungi Hammersonic tidak sekedar karena ingin melihat band-band pujaan beraksi di atas panggung megah (selama ini hanya bisa menonton di youtube), tetapi (anehnya) ada kerinduan merasakan atmosfer berada di pusaran penonton yang asyik berteriak, berjingkrak, dan juga beradu sikut. Hammersonic, mengingatkan lagi kenapa gue amat mencintai metal sejak masih berseragam putih-merah, melihat mereka yang bersenang-senang di lapangan becek berlumpur, selagi menghirup oksigen bercampur wangi keringat yang kecut. Musik metal itu membahagiakan. Hammersonic berbagi kebahagiaan sekaligus menginjeksi semangat baru.

Semenjak 5 tahun lalu, Hammersonic memang sudah seperti ibadah sembahyang, wajib hadir atau kelak menyesal. Lagipula gue tak akan melewatkan kesempatan untuk bisa bertemu Obituary, Mayhem, Deathstars, Gorgoroth, Cradle of Filth dan Morbid Angel. Melihat John Tardy di depan mata sungguh pengalaman yang tidak pernah gue bayangkan bisa terwujud, atau melihat kengerian Attila Csihar bawa-bawa tengkorak seperti sebuah mimpi buruk yang akhirnya menjadi kenyataan. Karena Hammersonic, gue bisa mencoret banyak nama di daftar “band yang gue harus saksikan sebelum wafat,” termasuk Drowning Pool (kirim Al-Fatihah untuk Almarhum Dave Williams). Seperti baru kemarin rasanya gue mendengar suara garang Candace Kucsulain dari kejauhan sambil makan siomay seharga 30 puluh ribu. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan panggilan beribadah kembali berkumandang untuk mengajak gue datang lagi ke Eco Park, Ancol. Hammersonic 2017 tentu saja tidak kalah menarik perhatian, ada nama band black metal lokal berbahaya Vallendusk menyempil di salah satu line-up bersama The Black Dahlia Murder, Abbath dan juga Megadeth.

Sekitar jam 12 siang, gue sudah menginjakkan kaki di tempat digelarnya hajatan metal terakbar se-Asia Tenggara ini, Vallendusk dijadwalkan naik panggung pada pukul 13.30 dan gue pun bergegas nongkrong di area indoor yang adem. Sebelum Vallendusk, panggung “Soul of Steel” dimeriahkan oleh Truth Be Known, Devoured dan Modern Guns. Gue juga sempat menghampir “Sonic Stage” yang dikuasai oleh Neuro Chaos, sedangkan pangggung sebelah “Hammer Stage” masih dipersiapkan untuk band deathcore asal kota Bandung, Revenge The Fate. Keramaian memang belum maksimal di siang hari, tapi tidak menyurutkan semangat band-band yang main pada saat itu, termasuk Truth Be Known yang spontan turun dari panggung untuk berbaur di tengah-tengah penonton, mengajak bernyanyi bersama sambil headbanging dan kemudian membentuk circle pit. Band yang ditunggu akhirnya muncul dari kegelapan, Vallendusk tanpa basa-basi langsung merubah panggung “Soul of Steel” jadi hitam kelam. Berada di barisan terdepan, gue larut dalam tiap lagu yang syahdu-merdu-mengerikan, mendengarkan dengan khusuk. Meskipun sebentar, Vallendusk berikan kepuasan.

Setelah mengisi amunisi dengan berbagai jajanan yang disediakan, gue langsung bergerak ke panggung utama yang bakal hadirkan dua band asal Amerika Serikat yakni Earth Crisis dan Whitechapel. Sebelum Dave Mustaine mengajak berpesta, panggung “Sonic Stage” terlebih dahulu dibawa ke kegelapan oleh Abbath Doom Occulta dan King ov Hell. Dimulai lewat tembang “Conan: The Barbarian” Abbath pun kian memanaskan Hammersonic ketika tembang dari Immortal seperti “One by One” serta “Tyrants” juga ikut dimainkan. Tak disangka dibalik riasan sangar dan kostum khas, Abbath ternyata kocak, cocok menjadi anggota lawak Srimulat. Disusul kemudian oleh Tarja, sang mantan vokalis Nightwish tersebut tak hanya tampil mempesona, tapi juga sukses mengajak penonton ikut bernyanyi. Hampir tengah malam, Megadeth akhirnya naik ke atas panggung dan disambut keriuhan 30 ribuan orang yang mengacungkan devil’s horn. “Tornado of Souls,” “Symphony of Destruction,” dan “Holy Wars The Punishment Due” pun seperti mantra yang menyihir penonton kian gila. Terima kasih Krisna Sadrach, terima kasih pesta yang amat menyenangkan, Hammersonic.

Keseruan Hammersonic Festival 2017 bisa juga dilihat di akun instagram gue.