Setelah keluar dari zona nyaman dengan menulis sekaligus mengarahkan sebuah thriller berbalut komedi berjudul Hangout pada Desember silam, gue sebetulnya berharap Raditya Dika tetap di jalur eksperimennya, ketimbang balik lagi ke film bertemakan percintaan. Toh, membuat film berkonten bunuh-bunuhan pun, Dika sanggup menggiring dua juta lebih penonton Indonesia untuk datang ke bioskop. Ketimbang romansa bercampur lawakan (lagi), menarik apabila membayangkan seorang Dika muncul dengan film berunsur fiksi ilmiah, atau yang menceritakan dirinya terjebak di sebuah pulau terpencil dan ditaksir dua perempuan dari suku berbeda, suku kanibal dan suku pemuja setan. The Guys, nyatanya tidak berisikan orang saling membunuh dengan tusukan cilok, melainkan menceritakan seorang Dika—berperan sebagai Alfi—yang sedang berjuang demi impian dan juga cinta. Selagi memikirkan bagaimana mewujudkan cita-cita memiliki bisnis sendiri, Alfi pun disibukan dengan urusan hati, merajut kisah asmara bersama Amira (Pevita Pearce). Segala macam rintangan dan ujian sudah menanti, untungnya Alfi punya sahabat-sahabat gila yang siap membantu.

The Guys harus diakui makin memantapkan gaya penulisan dan pengarahan Dika yang terlihat lebih dewasa, materinya berkembang dari sekedar menjual asmara remaja-remaja galau menjadi kisah percintaan yang mampu dicerna oleh mereka yang tidak lagi muda. Meski nantinya gue masih menemukan komedi ala Raditya Dika yang sulit untuk ditertawakan, kadar ke-absurd-annya setidaknya sekarang bisa ditolerir oleh selera humor gue yang aneh. Filmnya tidak lagi egois, The Guys memang diciptakan untuk mereka yang bisa menikmati lagu-lagu Awkarin, yang menuliskan sms dengan kosakata ajaib, dan naik motor bertiga tanpa pakai helm. Tapi diluar dugaan, gue juga bisa menikmati bagaimana Dika memaparkan kisah Alfi dengan segala ketidakberuntungan dan kebodohannya, walaupun kemudian gue harus terganggu oleh cara The Guys membagi durasinya. Terlalu banyak yang ingin diceritakan hingga pada akhirnya salah satu bagian (dipaksa) dikorbankan. Demi porsi yang mengisahkan percintaan antara Alfi dan Amira, The Guys justru meminggirkan bagian yang menurut gue paling penting, yaitu persahabatan Alfi dengan Sukun, Rene, dan juga Aryo.

Lebih dari separuh durasi The Guys dihabiskan untuk persoalan cinta yang bakal dihadapi Alfi, dari masalah sepele mencuri perhatian Amira hingga konflik besar yang nantinya berasal dari orang tua. Sedangkan persahabatan Alfi, Sukun, Rene, dan Aryo harus rela jadi “tumbal” dan dimunculkan hanya sebatas untuk komedi, padahal sejak awal terlihat sekali konsep The Guys adalah tentang persahabatan, mirip seperti yang diperlihatkan Hanung Bramantyo di Jomblo. Mungkin jika film ini berjudul Alfi dan Amira, gue tidak akan mempermasalahkan hilangnya bagian persahabatan, tapi dengan judul The Guys, bukankah lebih bijak apabila karakter Sukun, Rene, dan Aryo diberikan porsi yang lebih seimbang, tidak sekedar hanya di permukaan, mengambang numpang lewat untuk keperluan melawak. The Guys telah menyia-nyiakan durasinya demi mempertontonkan adegan romansa serba tanggung, khususnya ketika berbicara soal chemistry antara Raditya Dika dengan Pevita Pearce yang bisa dibilang terasa hambar. Hubungan mereka memang unik dan mencuri rasa simpatik, tetapi kemudian plotnya terkesan berjalan di tempat, percikan daya tariknya pun meredup.

Lucunya, pada penghujung cerita The Guys seperti orang yang mendadak sembuh dari amnesia, kembali ke bagian yang sebelumnya terlupakan. Persahabatan Alfi, Sukun, Rene, dan Aryo tiba-tiba mengambil alih durasi yang selama 90-an menit ini dikuasai untuk mengurusi problematika percintaan. Ketimbang part romansa yang dipaksakan untuk menjadi menu andalan tapi tersaji dengan presentasi dan rasa kurang matang, paruh ketiga The Guys justru menegaskan lagi bahwa bagian persahabatan memang sebenarnya adalah nyawa film ini, tapi malah “dimatikan” demi memuluskan jalan percintaan untuk mendominasi perhatian penonton. Yah bisa dikatakan terlambat untuk The Guys apabila kembali fokus menyorot bagian persahabatan di sisa-sisa durasi, upaya terburu-buru dan terkesan instan untuk memaksa penonton peduli dengan Alfi, Sukun, Rene, dan Aryo. Padahal The Guys punya 100 menit lebih untuk melakukan itu, tapi potensi untuk mengembangkan dan menggali karakter sahabat-sahabat Alfi justru dianaktirikan. Judul The Guys malah seperti tempelan belaka, karena pada akhirnya Raditya Dika lebih banyak bicara tentang Amira, Amira, dan Amira.