Horor tidak melulu datang dari cerita seram diganggu hantu, Get Out tampaknya mewakili pengalaman tak menyenangkan sebagian orang ketika pertama kalinya berkunjung ke rumah pacar/calon mertua. Kunjungan yang kadang kala berakhir jadi mimpi buruk yang berbekas lama, bahkan lebih mengerikan ketimbang ada setan yang numpang naik di punggung (bener enggak ya). Jordan Peele, mungkin salah satu orang yang pernah mempunyai kenangan tidak mengenakan bertemu orang tua si kekasih, yang kemudian mendasari kisah di film horornya. Kita akan diajak berkenalan dengan Chris Washington (Daniel Kaluuya) dan Rose Armitage (Allison Williams), sepasang kekasih berbeda warna kulit yang saling mencintai. Keduanya sepakat untuk menghabiskan weekend di rumah Rose, sekaligus ajang mempertemukan Chris dengan orang tua pacarnya. Keraguan Chris untuk dapat diterima oleh Mamah dan Papah Rose, disebabkan alasan dirinya berkulit hitam, kemudian ditangkis oleh pernyataan: Papah aku mengidolakan Presiden Obama. Awalnya semua tampak normal, keluarga Armitage pun bukan ras kulit putih yang rasis seperti bayangan Chris.

Layaknya keluarga Armitage yang cerdik berkamuflase untuk menyembunyikan jati diri mereka yang sebenarnya, Get Out justru tidak akan terlihat seperti horor di paruh pertamanya. Dibalik rasa komedinya, Jordan Peele dengan sangat rapat membungkus kengerian yang nantinya bakal terjadi di paruh ke-2, aroma misteri begitu kental tapi tidak akan terburu-buru dibongkar. Sebelum kita diseret lebih dalam, Jordan benar-benar ingin penontonnya peduli dengan karakter Chris, dia hanya cowok biasa yang tidak menyukai UFC karena katanya terlalu brutal. Maka jangan berharap Get Out akan sama seperti film horor kebanyakan yang memilih kuantitas dibandingkan kualitas, lebih banyak mengagetkan penontonnya, tetapi lupa membangun elemen penting untuk menciptakan daya kejut yang efektif dan berefek signifikan. Untuk urusan jump scares, saya bisa dibilang orang yang tidak mudah dibuat melompat dari kursi, tetapi anjing-nya, Jordan berhasil melakukan itu hanya dengan memanfaatkan trik kejut sederhana yang sebetulnya agak basi. Kenapa bisa berhasil? jump scares yang dibangun Jordan sabar menunggu hingga saya benar-benar dalam kondisi lengah.

Iya, jump scares juga butuh dimunculkan pada timing yang tepat agar dampaknya efektif dan tidak buang-buang durasi. Sayangnya, kebanyakan film horor terlihat tidak peduli dalam menempatkan adegan-adegan yang ditujukan untuk memberi efek kejut. Jumlahnya tidak terhitung jari dan seringkali jump scares tersebut tak diberi jeda waktu kemunculan. Alih-alih meningkatkan ketegangan, parade jump scares berformula instan biasanya berefek melelahkan. Bangsatnya, Get Out tahu cara melepas kejutan-kejutannya tanpa melupakan penceritaan dan karakternya. 100 menit terbagi rata untuk membuat penonton bergidik ngeri sekaligus peduli dengan nasib Chris. Sesekali Jordan melemparkan lelucon-lelucon bernada satir, sedikit lawakan untuk sejenak mengistirahatkan wajah-wajah serius bercampur bingung. Meski sejak awal Get Out berangkat dengan tema horor-thriller komedi, Jordan tidak pernah memaksakan film horornya untuk terlihat menggelikan, dan takaran lucunya pas tanpa harus mengganggu ketegangan yang sedang dibangun oleh Jordan. Menyenangkan rasanya bisa tertawa sebentar di kala kepala puyeng penuh pertanyaan yang belum terjawab.

Saya menikmati bagaimana Jordan Peele menjabarkan misterinya, dibuka secara perlahan untuk menggoda rasa penasaran penonton, meski harus diakui polanya memang mudah ditebak. Tapi saya orang yang tidak mempermasalahkan apakah sebuah film horor berakhir dengan twist atau tidak, predictable atau sulit ditebak kemana arahnya. Saya justru sebisa mungkin berusaha tidak jadi orang yang sok pintar, membiarkan Get Out mengupas lembar demi lembar misteri tanpa ikutan repot menebak-nebak. Tanpa mengurangi keasyikan, Jordan setidaknya berhasil menyajikan penceritaan yang membuat saya “terhipnotis” untuk menyimak dari awal hingga nantinya credit menggulung. Ditambah, bangunan ketegangan sudah dirancang sedemikian rupa untuk mengajak adrenalin bersenang-senang, sambil memberi efek berdebar yang menyenangkan. Rasa tidak nyaman semakin terasa ketika saya menginjakkan kaki di paruh kedua, Get Out memaksimalkan atmosfir mencekam dengan memanfaatkan karakter-karakter creepy, sambil menginjeksi rasa ngeri berdosis ganda ketika misterinya semakin terkuak. Mimpi buruk yang menyenangkan, thriller yang mengasyikkan.