Sukses mengalahkan “Berandal” dengan selisih angka 200 ribuan, “Comic 8” jadi yang paling laris tahun lalu, ditonton 1.624.067 penonton (menurut catatan situs filmindonesia.or.id). Pertanyaannya, apakah Anggy Umbara sanggup melampaui angka yang didapat film pertama? di tengah minat menonton film Indonesia yang sedang menurun? setidaknya walaupun tidak bisa melangkahi jumlah penonton yang dihasilkan predesesornya—melihat dari konten filmnya yang lebih sinting, sekuel “Comic 8” kemungkinan bisa mengumpulkan angka sejuta penonton. Yah, film ini punya potensi untuk jadi lebih sukses, toh Anggy Umbara tidak saja bawa “pasukan” yang lebih besar, tapi juga sudah menyiapkan formula hiburan dengan dosis kegilaan yang dilipatgandakan. Dengan bujet yang tidak main-main, sekitar 20 miliar, saya tentu saja menaruh ekspektasi yang lebih untuk “Comic 8: Casino Kings Part 1”, apalagi dengan trailer-nya yang menjanjikan banyak sekali adegan edan-edanan, termasuk penampakan buaya raksasa yang mengejar Arie Kriting dan kawan-kawan. Saya menyukai “Mama Cake”, dikecewakan “Comic 8”, kali ini saya hanya ingin Anggy Umbara bisa menghibur saya. Saya akan pura-pura lupa pernah kecewa dengan “Comic 8”, jika sekuelnya bisa membuat saya terhibur.

Baiklah, tak perlu menunggu hingga paragraf keempat untuk katakan Anggy dan pasukan komikanya telah berhasil menghibur saya, “Comic 8: Casino Kings” telah membuat saya tertawa saja sudah cukup, sebagai bonusnya film ini juga berikan banyak aksi-aksi gila yang mengasyikkan. Seperti kata Fico Fachriza “tidak perlu pakai nalar dan logika biasa”, bahkan sebetulnya kita memang tidak memerlukan yang namanya nalar dan logika untuk bisa menikmati apa yang disodorkan oleh Anggy. “Comic 8: Casino Kings” memang tidak seluruhnya memenuhi ekspektasi saya, tapi setidaknya sekuelnya sudah terlihat lebih baik ketimbang film pertama yang terasa hambar dan tidak lucu—saya pulang dengan wajah datar dan gerutu sepanjang jalan “film apa yang baru saja saya tonton, arrrgh!”. Mungkin ini hanya selera humor saya yang menolak untuk mengerti dimana letak lucunya 8 komika di film pertama, untungnya “Comic 8: Casino Kings” bagian kesatu masih punya beberapa kelucuan yang bisa saya tertawakan. Adegan pembuka yang kelihatan kacau dengan para komika berlarian kesana-kemari lalu dimakan buaya, adalah salah satu bagian yang menyenangkan, sekaligus bagian yang mempertegas jika “Comic 8: Casino Kings” tetap film yang Anggy banget, lengkap dengan signature style-nya, termasuk gaya editing-nya yang agak nyeleneh itu.

Tembakan-tembakan, ledakan, pesawat jet pribadi, mobil-mobil mewah, buaya segede gaban, kasino megah, dan visual efek yang berhamburan. Okay, “Comic 8: Casino Kings” jelas sebuah paket hiburan yang jarang ditawarkan oleh film lokal, dan Anggy tahu bagaimana membawa kedelapan komikanya untuk naik ke level berikutnya. “Comic 8: Casino Kings” seperti sebuah pesta besar gila-gilaan, yang hanya punya satu tujuan: membuat siapapun yang hadir merasakan pengalaman menyenangkan dan terhibur, tak saja oleh lebih banyaknya peluru berterbangan, tapi juga oleh lebih banyak orang yang coba untuk melawak. Soal komedi, film ini akan tampak seperti restoran padang yang menyediakan beragam masakan, kita hanya tinggal memilih mana yang sesuai selera, mau itu ayam balado atau gulai cumi. Walau masih tetap memakai resep lama dari film pertama, mengandalkan komedi keroyokannya Babe Cabiita dan kawan-kawan komikanya, selera humor saya setidaknya diberi kesempatan untuk memilih mana lawakan yang lucu dan tidak lucu, atau lawakan yang tidak lucu karena memang saya tidak mendengar dengan jelas dialognya. Untungnya, tak seperti film pertama, kali ini saya tertawa oleh beberapa guyonannya yang memang terdengar kocak di kuping.

“Comic 8: Casino Kings” melakukan sebuah pertaruhan besar dengan membagi filmnya menjadi dua bagian, bisa jadi bakal untung atau malah buntung, semua tergantung di bagian kesatu, apakah mampu membuat penontonnya termotivasi untuk membeli tiket lagi untuk bagian kedua. Walaupun pada akhirnya part satu ini menjadi kelihatan serba tanggung, tapi setidaknya film ini kemudian berhasil membuat saya penasaran dengan aksi para komika selanjutnya, rintangan model apalagi yang akan menghambat misi mereka untuk menangkap “The King”, yang katanya gembong kriminal tersebut. “Comic 8: Casino Kings” jelas lebih kelihatan unggul dibandingkan dengan film pertama, Anggy mengabulkan harapan banyak penonton yang ingin melihat sekuel yang lebih bombastis dan menggelegar. Tak hanya dari segi action yang menampilkan berondongan aksi-aksi penuh ledakan dan peluru yang dezing kesana dezing kemari, tapi juga suguhan set artistiknya yang bermegah-megahan memanjakan mata. Tempelan efek visual dan CGI-nya pun dirasa cukup efektif, beragam adegan action yang disodorkan jadi lebih seru untuk ditonton. “Comic 8: Casino Kings” sudah membuat saya terhibur, tertawa dan bersenang-senang, sekarang saya tidak sabar untuk melihat part kedua.