Sebetulnya materi untuk Horrortherapy bagian ke-5 udah rampung dari sekitar 3-4 bulan lalu, kesepuluh filmnya sudah terkumpul dan siap gw posting. Tapi gw kala itu lagi dalam keadaaan malas nulis stadium akhir, jadi terpaksa kesepuluh film tersebut gw gudangin sampe bulukan. Nah pada saat mood nulis udah mulai normal, gw pun masih ngebiarin film-film pendek horor itu bulukan dan jamuran karena masih sibuk ngurus tulisan lain. Tapi di Desember lalu, gw sempat bikin Horrortherapy edisi khusus yang mem-featured “Mitos”, seri film horor pendek yang fokus ngomongin beragam kepercayaan mistis masyarakat kita, contohnya kayak ‘ketindihan setan’. Sempat tertunda lama, akhirnya baru sekarang gw bisa lanjutin Horrortherapy bagian kelima setelah bebas dari hutang nulis review film sama emang lagi nga sibuk urusan duniawi—sok sibuk!

Well, sama kaya Horrortherapy sebelumnya yang isinya film-film pendek horor berlabel ‘ngehe’, hasil ngubek-ngubek youtube. Bagian ke-5 tetap bakal berisi nga hanya film-film berdarah-darah-usus-terburai-nga-berotak kaya “The Bagman” alias “Le Bagman – Profession: Meurtrier”, tapi juga ada film horor komedi kaya “Thanatology” (Tanatria). Nga lupa gw juga masukin film pendek made in negeri sendiri berjudul “Ibu Ratih” garapan Evanggala Rasuli, “Silentia Series”-nya juga sebelumnya gw featured di Horrortherapy bagian ke-4. Lewat Horrortherapy ini gw juga pengen ngenalin film-film horor pendek buatan lokal yang belum banyak orang tahu, sekaligus ngasih tahuin semua orang kalo kita juga punya film horor pendek yang kualitas bikinnya dan nakutinnya nga kalah dari punya luar.

Selamat menikmati Horrortherapy bagian ke-5!
(jangan lupa klik gambar untuk menonton filmnya)

>>> cek seri ‘Horrortherapy’ sebelumnya disini! <<<

——————

1. Dining Room or ‘There is Nothing’

Gw sengaja naruh film pendek buatan David Earle ini di nomor pertama, sebagai pembuka Horrortherapy bagian ke-5. Nga hanya filmnya benar-benar creepy tapi juga untuk nge-bentuk mood yang pas agar nantinya makin asyik nontonin film-film selanjutnya. Tips: silahkan fokus ke mata si cewek deh.

2. Daddy

Walaupun sebetulnya konsep nakutin di “Daddy” ini udah terbilang basi, tapi gw nga pernah bosen sih ditakut-takutin dengan cara kaya gini. Dengan durasi yang sempit, film ini bisa ngebangun suasana cekam yang cukup dengan atmosfir yang terbilang pas, untuk nantinya dipakai “ngejebak” penontonnya.

3. The Wound

Nah film-film kaya “The Wound” gini nih yang awalnya menginspirasi gw untuk bikin Horrortherapy. Dari idenya aja udah benar-benar watdefak nan sakit jiwa, dan esekusinya pun digarap serius, terutama dari gimana cara bikin si ‘monster’ keliatan seperti beneran dengan segala efek praktikal yang keren. Sekilas ingetin gw sama gayanya David Cronenberg, terutama “Videodrome”-nya.

4. Le Bagman – Profession: Meurtrier

Nemuin film ini nga sengaja waktu lagi nyari-nyari film horor buat dimasukin ke Horrortherapy. Awalnya gw kirain film apaan nih jelek banget, tapi begitu gw liat ada adegan pala orang kebelah gw pun mutusin buat nonton. Klo lo suka “Hobo with a Shotgun”-nya Jason Eisener atau “Fist of Jesus”, kemungkinan bakal jatuh cinta sama si pembunuh bertopeng kantong belanjaan ini.

5. A Function – 이계도함수

Film ini kayak mau ngegambarin sistem yang menuntut orang untuk sempurna, entah itu ketika lo masih sekolah atau nantinya terjun ke dunia kerja setelah lo lulus dengan usaha mati-matian. Sistem yang dibuat oleh manusia tapi terbilang tak memperlakukan manusia seperti manusia. “A Function” nga cuma memiliki pesan yang bagus tapi juga diesekusi dengan sangat baik.

6. Playing With The Devil

Film horor nga melulu harus tergantung dengan penampakan, “Playing With The Devil” mencoba untuk bermain dengan psikologis penontonnya, nyiptain sebuah rasa takut (hanya) di kepala penontonnya. Terinspirasi dari ritual manggil setan ala Jepang atau Hitori Kakurenbo, film ini nga hanya punya konsep yang menarik tapi juga tahu bagaimana mengesekusi “permainan” dengan baik.

7. Tanatria (Thanatology)

Konsep “Tanatria” benar-benar brilian menurut gw dan sangat menarik apabila dikembangkan jadi sebuah series. Walaupun punya unsur komedi, ada saat-saat dimana film ini juga mampu mengeluarkan sisi mencekam dan seramnya berkat atmosfir yang terbangun pas, didukung camera-work yang apik.

8. Peekers

Sebuah konsep horor yang lagi-lagi brilian dengan esekusi yang minimalis. Film ini menakutkan walaupun tanpa orang-orang yang dirias berlebihan jadi seram. Sejak awal idenya sudah creepy dan esekusinya pun jenius, film ini tahu gimana cara nakutin hanya dengan nampakin nenek-nenek lagi ngintip.

9. My Sweet Satan

Agak sulit untuk mendeskripsikan se-bedebah apa film garapan Jim Van Bebber ini, yang kalau dari keseluruhan memang tampak kaya film sampahan. Sutradara “The Manson Family” yang tampangnya kaya hasil fusion antara Maynard James Keenan (pentolan band ‘Tools’ dan ‘A Perfect Circle’) dan Marilyn Manson ini tuh tahu gimana cara bikin film yang totally realistik soal satanik.

10. Ibu Ratih

Bangunan sekolah, apalagi toiletnya emang sudah sering dieksploitasi untuk film horor, termasuk di Indonesia. Sayangnya nga banyak film yang mampu ngeluarin seremnya toilet sekolahan, nah “Ibu Ratih” ini pengecualian. Dengan musik serta bebunyian yang bikin bulu kuduk berdiri, film ini udah bikin jantung cenat-cenut duluan lewat atmosfir cekamnya, sebelum nantinya setannya eksis.