Untuk mereka yang menyukai film ber-genre dance macam “Step Up” (2006) dan “StreetDance 3D” (2010), mungkin bakal menyukai apa yang disuguhkan film ini, khususnya para fans girlband Cherrybelle. Saya bukannya anti film joget-jogetan, saya menyukai dua seri terakhir Step Up, tapi untuk bisa menikmati “Crush” saya akui memang butuh lebih banyak usaha, karena saya benar-benar kesulitan. Well saya tahu ini memang bukan film yang diciptakan untuk selera saya, bukan fans Cherrybelle dan sama sekali belum menonton “Love is U”, jadi saya seperti alien ketika duduk di kursi bernomor F-9 waktu itu. Saya sama sekali buta dengan film yang mau saya tonton, tak pernah baca sinopsis dan tak sedikit pun coba melirik trailer-nya, modal saya hanya kepingin nonton. Padahal ada dua film Indonesia lain pada saat itu, tapi pilihan jatuh kepada “Crush”, pikir saya sekali-kali nonton film yang begini, tidak ada salahnya. Walaupun kemudian agak menyesali pilihan saya tersebut, karena keluar bioskop malah bawa oleh-oleh kepala pening.

Jangan menyuruh saya untuk menyebut satu-persatu anggota Cherrybelle, yang saya tahu personilnya itu sembilan (bener nga sih?) menyamai jumlah personil Slipknot. Bukan perkara mudah untuk memasukkan ke-9 personilnya dalam satu film, karena satu-persatu anggotanya harus kebagian porsi tampil yang merata dan kebagian dialog, bakal aneh jika ada salah-satu anggota Cherrybelle yang di film kerjanya hanya joget-joget saja. Belum lagi Cherrybelle harus bersenggolan dengan karakter lain, karakter non-Cherrybelle ini juga perlu porsinya sendiri dalam cerita sekaligus memperkenalkan dirinya, kecuali film ini sejak awal ingin arogan dan membiarkan karakter lain hanya numpang lewat. Tampaknya itulah yang terpaksa dilakukan oleh “Crush”, karena ingin menonjolkan Cherrybelle itu sendiri (jualannya film ini), saya hanya bisa melihat karakter lain hanya menjadi pelengkap apa-adanya, jika diperlukan ditongolin, jika tidak diperlukan langsung hilang setelah satu atau dua scene dan ada juga karakter dadakan.

Ditulis “keroyokan” oleh Alim Sudio, Teguh Sanjaya, Ocin Erdan dan Irving Artemas, serta disutradarai oleh Rizal Mantovani (Princess, Bajak Laut & Alien), “Crush” terlihat tak ingin pusing-pusing membagi 100-an menit durasinya hanya untuk memberi karakter lain background story yang layak, toh untuk porsi Cherrybelle-nya sendiri pun film ini seperti tak ingin repot-repot menambahkan latar-belakang pada masing-masing personil. Film ini menganggap kita semua sudah tahu siapa Cherrybelle, ya sudahlah terima apa adanya jika orang seperti saya kemudian hanya bisa bengong-bengong-bodoh. Sekilas info yang diselipkan di opening film saja tidak cukup, karena sepanjang film, saya tetap merasa asing dan sulit untuk terkoneksi oleh masing-masing karakternya. Cherly dan teman-teman Cherrybelle yang diceritakan sedang berusaha untuk berubah demi image yang lebih baru dan fresh, biar tidak dicemooh rombongan sirkus terus, memang dibiarkan untuk jadi diri mereka sendiri di film ini. Namun niat baik tersebut tak didukung oleh muatan cerita yang solid, bahkan cenderung membosankan.

Sebagai sebuah film yang utuh, “Crush” memang dipenuhi banyak kekurangan, tapi tujuannya untuk menjadi film yang menghibur menurut saya (untuk orang yang sulit menikmati film ini) tak sepenuhnya gagal total, setidaknya beberapa belas menit di penghujung film, “Crush” mau menunjukkan itikat baiknya untuk menyajikan sesuatu yang menarik. Sejak awal, “Crush” memang sudah beberapa kali menampilkan gerakan-gerakan tari, tapi tak ada satupun yang menonjol dan mampu membuat saya bangun dari senderan bangku. Film dance tentunya harus punya adegan tari, melihat usaha Cherrybelle di penghujung film, dengan pilihan koreografi yang cukup menarik dicampur sedikit tari Bali, patut diacungi jempol. Rizal Mantovani memang tidak bisa menyelamatkan ceritanya, setidaknya saya bisa melihat upaya untuk membuat filmnya terbungkus artistik yang tidak malu-maluin, cukup cantik mengikuti gaya anak-anak Cherrybelle. Sayangnya sudah agak terlambat untuk Cherrybelle dan “Crush”-nya untuk mengubah kesimpulan saya, film ini tak memberikan apa-apa selain pening kepala, help me!!