Sesuai tweet saya dua hari yang lalu, yang katanya mau bagi-bagi DVD “Catatan Harian Si Boy” dan “Demi Ucok”, nah sekarang saatnya #Quiztherapy — satu orang yang beruntung akan mendapatkan 2 DVD keren tersebut. Pertanyaannya mudah banget (bilang saja malas cari pertanyaan yang sedikit kreatif, huh!), simak pertanyaannya: Siapakah sutradara “Catatan Harian Si Boy” dan “Demi Ucok”? — gampang, kan. Nah untuk menjawab, silahkan langsung ke kotak komentar dibawah dan jawab, formatnya: <Jawaban>, <Nama Lengkap> dan <Akun Twitter> — contoh: Yoshihiro Nishimura dan Noboru Iguchi, Bunga, @sebutsajabunga. Menjawabnya cukup sekali saja dan jawaban saya tunggu sampai 5 Desember 2013, semoga beruntung dan terus dukung film Indonesia (yang berkualitas tentunya) dengan nonton dan beli DVD-nya!

 

REVIEW: DEMI UCOK

Saya lupa kapan terakhir bisa tertawa ngakak di bioskop menonton film Indonesia, dengan genre yang memang niatnya dari awal komedi, dibumbui drama. Biasanya, kebanyakan bertumpu pada aksi-aksi bodoh yang mengandalkan karakter-karakter komedian, yang dikondisikan untuk “sudah jatuh tertimpa tangga pula”, itulah yang menjadi bahan untuk ditertawakan. Berlebihan dan tidak lucu. Untungnya, “Demi Ucok” lebih waras dan memilih untuk menggelitik penonton dengan dialog-dialog cerdas ketimbang menampilkan aksi-aksi konyol slapstick,komedi fisik berlebihan yang biasanya justru garing. Sammaria Simanjuntak tidak bertele-tele dalam urusan menyajikan bagian demi bagian “Demi Ucok”, membuatnya mengalir, layaknya saya sedang mendengar sebuah curahan hati. Sesekali ada becandaan di tengah seriusnya Sammaria bercerita, guyonan itu dilemparkan pas bikin saya ketawa. Paling penting saya dibuat peduli dengan kisah Glo melawan “kekuasaan” ibunya… Baca review selengkapnya disini.

httpvh://www.youtube.com/watch?v=0r3q8tZyemQ

 

REVIEW: CATATAN HARIAN SI BOY

Beruntung kita masih memiliki Putrama Tuta dengan “Catatan Harian Si Boy”-nya, film yang didedikasikan untuk sebuah legenda, Catatan Si Boy yang sepertinya tidak termakan oleh usia, walau sudah melewati lebih dari 20 tahun sejak pertama kali filmnya dirilis. Ini bukan film remake, ini sebuah regenerasi, CHSB bisa dikatakan sebuah momen dimana Mas Boy menyerahkan tongkat estafet yang selama ini ia pegang kepada anak-anak muda yang mewakili jamannya. Bukan untuk menggantikan tetapi melanjutkan semangat anak muda di film ini, membuat legenda baru, mungkin, kita lihat saja. Satu yang pasti, saya, kita, dan penonton yang sudah jenuh, memang butuh sebuah alternatif yang segar, film yang beda, menyenangkan, tidak perlu kontroversi anget-anget tahi ayam tetapi mampu menghibur dengan maksimal. Apakah CHSB bisa sukses nyangkut di otak dan membekas di hati? saya akan mengangguk dua kali untuk pertanyaan tersebut. Baca review selengkapnya disini.

httpvh://www.youtube.com/watch?v=65JitVQREWw

 

GOOD LUCK!!!