Sebelas duabelas dengan film pertama, “V/H/S 2” adalah sebuah paket what-the-f*ck yang mengajak penggila horor untuk bersenang-senang. Gabungan film-film pendek found footage-nya kali ini memang tak sebanyak “V/H/S”, tapi setiap film tetap mengedepankan ke-ngehean yang akan membuat penontonnya ketakutan, teriak-teriak histeris, ketawa girang, maki-maki tetangga yang nyetel lagu K-Pop kenceng-kenceng, jungkir balik nahan pipis, ngasih jari tengah trus tidak berenti ngomong jorok di sepanjang film. Namanya antologi, khususnya horor, memang biasanya tidak semua segmennya sama, akan ada yang lebih ngehe dan bahkan jelek sekalipun, akan ada segmen yang kita suka banget dan yang nga banget. Itu berlaku juga di “V/H/S 2” (dan film pertama), tapi ya sejelek-jeleknya segmen di “V/H/S”, saya tetap menyukainya—nodong pisau dapur ke segmen berjudul “Second Honeymoon”. Begitu pula dengan sekuelnya, jika disejajarkan, segmen-nya Gareth Evans dan Timo Tjahjanto jelas yang paling stand out ketimbang film pendek lainnya. Jika di “The ABCs of Death”, Timo dengan “L for Libido”-nya jadi salah-satu yang paling ngaceng, di “V/H/S 2”, bergandeng mesra dengan Gareth, film pendeknya “Safe Haven” juga jadi yang paling brengsek, bedebah dan taik.
Mari kita tengok segmen per segmen, tidak berdasarkan peringkat dari ngehe aja ke paling ngehe, namun urutan yang ditunjukkan filmnya. “Tape 49” yang dibuka dengan adegan seorang pria yang mengintip pasangan yang sedang asyik enjot-enjotan, nantinya jadi semacam perantara, menggantikan peran “Tape 56” di film pertama. Pria pengintip tadi bernama Larry—yang ternyata seorang penyelidik swasta, bersama rekan kerjanya, Ayesha, mereka berdua menyelidiki hilangnya seorang mahasiswa. Penyelidikan tersebut mengantarkan Larry dan Ayesha ke rumah si mahasiswa, disana mereka menemukan tumpukan televisi, laptop, dan kaset-kaset vhs yang berserakan dimana-mana. Selagi Larry menelusuri rumah untuk mencari petunjuk, Ayesha ditinggal sendirian menonton kaset-kaset vhs tersebut. Sama seperti pola film pertama, isi vhs yang nantinya ditonton adalah bagian dari segmen-segmen yang ingin diceritakan “V/H/S 2”. Diceritakan secara bergiliran bersama dengan tiap segmennya (video yang ditonton oleh Ayesha), “Tape 49” nantinya juga akan ikut bercerita, dengan muatannya yang tidak kalah mengundang kata-kata kotor keluar. Disturbing sekaligus gory. “Tape 49” sama seperti “Tape 56” punya cara simple-nya sendiri untuk membuat saya terhibur, sambil menikmati kaset demi kaset vhs yang asalnya mencret dari pantat setan.
“Phase I Clinical Trials” yang disutradarai oleh Adam Wingard (You’re Next) bisa dibilang agak mengecewakan dari segi konsep, mereka yang pernah menonton “The Eye”-nya Pang Brothers pastinya akan familiar dengan segmen yang satu ini. Terlepas dari idenya yang mirip-mirip, beda di mata cangkokan yang diganti mata buatan berisi kamera, Adam saya akui masih mampu untuk membuat saya menjerit-jerit unyu ketika dia mulai menakut-nakuti dengan segala penampakan. Kemunculan hantu-hantunya yang ala Asia itu bisa dibilang kekuatan segmen ini, walaupun dibungkus dengan formula horor generik. Adam Wingard yang juga ikut bermain sebagai aktor utama pun bisa memainkan perannya dengan cukup baik, mampu mentransfer kebingungan dan ketakutannya ke penonton, dengan dukungan kemasan found footage/ mokumenter yang juga asyik. Mengerikan? “Phase I Clinical Trials” punya beberapa momen “kunci” yang ngehe. Saya takut dibilang subjektif, jika saya bilang “A Ride in the Park” adalah salah-satu segmen favorit, karena temanya zombi-zombian (tapi kayanya review saya kebanyakan memang subjektif, iya kan). Selain karena film yang disutradarai oleh Eduardo Sánchez dan Gregg Hale (The Blair Witch Project) ini ber-genre zombie, apa yang dilakukan Eduardo dan Gregg untuk mengesekusi filmnya jelas sangat menarik. Bermodalkan kamera Go Pro yang dipasangkan di helm si tokoh utama, “A Ride in the Park” digulirkan begitu asyik, layaknya jalan-jalan sore di taman bareng selingkuhan—hiraukan. Berdarah-darah? tentu saja, film zombi banget.
Sebetulnya klimaks sesungguhnya “V/H/S 2” ada di segmen milik Gareth Evans dan Timo Tjahjanto, yaitu “Safe Haven”. Sesuai dengan hype yang selama ini saya dengar (baca lebih tepatnya) dari orang-orang yang sudah menonton, saya rela ikut menyebut jika “Safe Haven” memang yang paling-paling-paling biadab nan sakit jiwa dari keseluruhan segmen yang di “crot”-kan “V/H/S 2”. Satu-satunya segmen yang saya harapkan ada film panjangnya, dengan pondasi tema satanik, ritual pemujaan setan dan sekte sesat, “Safe Haven” telah berhasil menghadirkan kengeriannya tersendiri. Didukung permainan akting yang sangat sakit jiwa dari seorang Epy Kusnandar, film yang juga diramaikan oleh hadirnya Oka Antara, Fachry Albar dan Hanna Al Rashid ini tidak saja menyumpalkan sebuah mimpi buruk yang benar-benar menyenangkan—banyak darah, potongan tubuh serta segala keabsurdan yang ngehe, tapi juga membungkus horornya dengan mainan praktikal efek yang levelnya bajingan. Film yang bikin saya jingkrak-jingkrak dan kegirangan, kalau kata Cinta: “Safe Haven, elo tuh bener-bener sakit jiwa!”. Film terakhir, sayangnya seperti dibanting-banting oleh Hulk, setelah segmen sinting, “Slumber Party Alien Abduction” bisa dibilang segmen terlemah dan saya tidak menyangka ini buatan Jason Eisener, karena gayanya benar-benar bukan Jason banget (sok akrab), jika melirik film-film sebelumnya, termasuk segmennya di “The ABCs of Death” dan film pendek “Treevenge”. Tone film Jason yang biasanya mencolok mata, sekarang berubah haluan mencolok-colok telinga saya. Ya walau saya kecewa dengan segmen terakhir, “V/H/S 2” tetaplah hiburan gila, terserah jika nanti mau dilanjutkan sampai 100 pun, saya tetap akan menonton.
kribo
Entah apa jadinya V/H/S 2 ini tanpa Save Haven-nya Timo sm Gareth, ngahahha!
Scene terakhirnya Save Haven watdefak banget.
raditherapy
Yup! watdefak sekali!
Orang Gila
“Paaapaaa..” awalnya nggak ngeh.. tapi akhirnya WTF.. 🙂
dikut andinata
hahahaha tmn ane awalnya juga ga ngeh tapi pas ane bahas malah ketawa keras
Adi Hartono
DVD bajakannya belum ada di Medan nih.
#Bingung abiss, padahal pengen nonton#
Wahyu Widyantoro
Lu nonton dimana gan ? gue pengen nyari di rental jambakan jakarta udah ada belom ya. bwahahaha
Tri Fajar
Setuju, Safe Haven emang paling top dan bisa dibilang klimaks dari V/H/S 2, sampe bikin aku meriang ama napas ketahan-tahan mulu.
Cuma sayangnya filmnya dikit dan kualitas gambarnya terlalu bening, kalo yg di V/H/S 1 kan gambarnya gak gitu bening yg menurutku bikin nonton makin berasa serem.
Diana
Serius?!!! Uda keluar? Nonton dimana? Gw harus banget nonton!!! Di cinema terdekat adakah?
raditherapy
@Diana hahaha nga bakal rilis di bioskop sini. Klo mao resmi yah beli lewat iTunes (VOD) atau cari file donlod, segera hunting di lapak langganan hehehe.
dikut andinata
dan sayangnya “Slumber Party Alien Abduction” di letakan setelah “Safe Heaven” yang awesome itu. hasilnya kisah penculikan alien ini yang sebenarnya punya konsep bagus ini seakan terbanting keras ke tanah :). Untungnya V/H/S 2 yang ditutup-dan dibuka- oleh “Tape 49” punya twist yang bagus
Diana
Saya menemukan linknya!!!!
“A Ride in the Park” membuat saya ngangga…hahhaha
rasanya kayak liat operasi bedah secara live! semua isi2 perut di odal adil….seru banget bisa merasakan pembantaian dari sisi lain…hihiihihih this is my fave!
Safe heaven, well, saya ga bisa berkata2 lagi, ini emang film sakiiiittt….Gareth Evans n Timo bener2 berhasil banget bikin jalan cerita yang menarik dengan tingkat ke “gory” an dan ke sintingan yang pas!!! akting nya Epy Kusnandar patut dapet acungan jempol, meyakinkan!
sama kayak komen anda mas, mau sampe v/h/s 100 juga akan tetep saya ikutin dan saya tontonin! hahhahaha
oh ya mas, cerita yang tape 49 saya agak gak mudeng, kenapa si cw itu berubah jadi moster? dan kenapa cowok itu ditembak gak mati? mreka jadi zombie ya? *saya agak gak nyimak di bagian tsb.* hehhehehe
thank you raditheraphy!!!
raditherapy
@dikut andinata iyah “Slumber Party Alien Abduction” itu sebetulnya konsepnya bisa asyik, sayang Jason Eisener lagi nga giting pas buatnya hahahaha
@Diana, mantab komennya, baguslah klo suka hahaha, hmm menurut saya sih setiap yang nonton video tape v/h/s bakal berubah “aneh”, efek sampingnya kayanya beda2, termasuk si cowok itu.
Adi Hartono
Beruntung sekali V/H/S 2 ini diselamatkan oleh “A Ride In The Park” dan “SAFE HEAVEN”
Saya lagi berharap, dan sangat2 berharap Gareth Evans dan Timo mau buat versi panjang dari “Safe Heaven” ini. Gokil banget liat aksi para pemuja setan itu yang lakuin “Mass Suicide” plus lokasi set syutingnya itu booo…. bikin serem dan kebayang terus sampe tidur. Bener-bener sakit nih pilem.
Belum lagi pas endingnya itu….. hahahaha…… Papaaa…… bikin ngakak.
Safe Heaven sangat tertolong dengan akting Epy Kusnandar dan Fahri Albar. Jempol 2 dah …..!
raditherapy
Kata Timo, walaupun dia pengen bikin film panjang, ceritanya nga akan ngambil lagi dari “Safe Haven”, karena dia pada dasarnya emang tertarik dengan cerita2 cult kaya gini dan pengen bikin film feature-nya.
Yup Kang Epy sakit jiwa!
SIGILAHOROR
Gw baru nonton, SAFE HAVEN emang yang paling sakit. cuma sayang ya kebanyakan pake kamera, gw ngerasa feel dari konsep yg ditawarin V/H/S jadi ilang. Apalagi Timo ama Gareth ngemasukin gambar yang ditangkap sama kamera CCTV itu. Menurut gw sih ya…
Alien Abductionnya Jason Eisener juga keren. Bosen kali Eisener bikin film yang berdarah-darah… makanya dia bikin film tema Alien.
tapi yang pasti V/H/S 2 lebih menyenangkan dari V/H/S 1
raditherapy
@sigilahoror, segmen Jason sebetulnya gaya dia banget sih, agak trashy2 gitu, mungkin gw yg terlalu berharap dia bikin kaya Hobo, makanya kecewa, tapi serius Aliennya jelek hahahaha.
fadz
oklah, mmg bahagian Safe Heaven the best namun ada CGI2 yg tak patut dan jolokan “fuck” yg terlalu, kalah Scorsese. Ada bhg2 yg mengangkat homaj seram 80-an Indonesia yg sangat menarik. Menontonnya dengan fikiran seronok dan pop corn, dan boleh ketawa, tapi mmg lakonan Father tu sangat-sangat iblis zalim.