Niat baik Maxima Pictures untuk berubah, tampaknya dibuktikan lewat “Tali Pocong Perawan 2”, film horor terbaru yang diproduksi dibawah bendera Movie Eight, yang notabennya “anak” Maxima yang difokuskan untuk menelurkan film-film horor, dan Maxima sendiri katanya fokus untuk membuat drama. Walau pesimis pada awalnya, melihat corengan hitam di wajah film horor produksi Maxima, ditambah kemudian mendengar nama Movie Eight yang sebelumnya menelurkan “Nenek Gayung” dan “Kakek Cangkul”, yang bisa dibilang gagal dalam mempresentasikan sebuah legenda urban untuk menjadi film horor yang seram. Tanpa berekspektasi apa-apa ketika membeli tiket, secara mengejutkan “Tali Pocong Perawan 2” kembali membuat saya tersenyum, ya sebuah pertanda bagus jika film yang disutradarai oleh Volkan Maida (entah nama asli atau hanya samaran) ini memang sudah membuat saya puas. Puas karena pada akhirnya saya bisa kembali menonton film horor beneran dari rumah produksi yang sebelumnya saya remehkan, film-film horornya selalu saya review buruk di blog ini. “Tali Pocong Perawan 2” adalah sebuah pengecualian, jika selama ini film horor yang berembel-embel pocong selalu dicemooh duluan, “pocong lagi, ya pocong lagi”, selalu dibully, alhasil pamornya sebagai hantu lokal yang seram babak-belur oleh film-film horor terbelakang. Nah di “Tali Pocong Perawan 2” bisa dibilang hantu yang dibungkus kain kafan ini kembali dinaikkan (lagi) derajatnya, harga diri pocong sebagai hantu lokal terseram bisa dikatakan “diselamatkan” oleh “Tali Pocong Perawan 2”.

Saya tidak lagi bisa ingat kapan terakhir ditakut-takuti oleh hantu pocong yang hobi melompat kesana-kemari ini di bioskop. Ya, “Tali Pocong Perawan 2” memang tidak seseram “Pocong 2”, tapi penampakan pocongnya sudah cukup untuk mengingatkan betapa takutnya saya dengan yang namanya pocong, seperti ketika saya menonton “40 Hari Bangkitnya Pocong” atau “Keramat”. Ceritanya memang terkesan klise dan mudah ditebak, mengisahkan tentang Tania (Wiwid Gunawan) yang hidupnya bagai di neraka, di rumah selalu dimarahi ibunya (Bella Espearance) yang tampak sekali membenci Tania, semua yang diperbuatnya selalu salah di mata sang ibu. Di kantor lebih tidak mengenakkan lagi, Tania selalu jadi bulan-bulanan ejekan Grace (Kartika Putri), teman sekantornya yang tidak ingin Tania dekat dengan sang bos. Tania yang diam-diam “terobsesi” dengan Jordy (Framly Nainggolan), bosnya sendiri, akhirnya memilih jalan pintas untuk mendapatkan cinta, dengan bantuan tali pocong seorang gadis perawan yang baru saja dikubur karena mati bunuh diri. Tentu saja si pemilik tali pocong tidak senang, hidup Tania justru semakin tidak menyenangkan, karena sekarang ada pocong yang menerornya dimana saja dan kapan saja. Hiyy!

Walaupun konfliknya terkesan sinetron banget, saya jadi tidak peduli, karena “Tali Pocong Perawan 2” itu adalah film horor lokal yang langka, karena bisa menyusun ceritanya dengan cukup rapih, selagi secara bersamaan membangun horornya yang juga dirangkai dengan cukup baik, saya tidak sedang berlebihan tapi itu kenyataan. Jika biasanya film-film horor lokal kebanyakan (bodohnya) sudah nafsu mati-matian untuk pamer setan-setan jeleknya dan melupakan cerita, belum 5 menit sudah bikin muntah dengan adegan setan yang di close-up, 5 menit kemudian muncul lagi, setiap semenit sekali terus saja tidak punya malu menampakkan setan “lucunya”. Berbeda dengan “Tali Pocong Perawan 2” yang secara mengejutkan bisa cukup sabar untuk membiarkan penonton untuk nyaman mencerna cerita, memperkenalkan penonton dengan Tania dan kehidupannya yang sucks itu. Untuk film horor yang punya judul “Tali Pocong Perawan 2”, agak kaget ketika saya pada akhirnya peduli dengan yang namanya cerita, apalagi dengan karakter utamanya, saya sampai cubit-cubit tangan saya sendiri untuk memastikan saya sedang tidak bermimpi. Well, sampai akhir film pun “Tali Pocong Perawan 2” tidak pernah lupa dengan cerita yang sudah dibangun sejak awal, termasuk menceritakan hubungan Tania dan ibunya. Walau klise dan yah mudah ditebak, niat film ini untuk bercerita patut diacungi jempol berdarah-darah.

“Tali Pocong Perawan 2” juga mampu memecut pemain-pemain seksinya untuk tak hanya numpang pamer “kelebihan” mereka, tapi benar-benar dipaksa berakting, ya lihat saja Nikita Mirzani, untuk pertama kalinya saya tidak terganggu dengan lakon yang ia mainkan. Memerankan Tania, Wiwid Gunawan pun bisa dibilang hebat, tidak hanya ketika ketakutan bertemu dengan pocong, menyalurkan ketakutan itu dengan baik ke penonton, tetapi juga aktingnya dalam porsi drama, termasuk pada saat ia harus memperlihatkan sisi psikopat seorang Tania yang terobsesi dengan bosnya. Seksi ketika melihat Wiwid Gunawan harus berjibaku menggali kuburan, sekaligus ikut merinding pada saat ia harus membuka tali pocong dengan mulutnya, adegan di lubang kuburan itu adalah salah-satu adegan terseram terbaik yang pernah muncul di film horor Indonesia, saya tidak sedang mengada-ngada. “Tali Pocong Perawan 2” pun tahu bagaimana cara menakut-nakuti tapi tidak murahan, tidak lagi menyontek cara penampakan bodoh setiap 5 menit sekali, tapi memanfaatkan dengan sangat baik lokasi rumah susun yang atmosfirnya sudah bikin bulu kuduk merinding disko. Jadi ketika pocong sesekali menampakkan dirinya, seramnya dapet banget, girang sekali ketika film ini berhasil menakuti-nakuti saya. Well, saya kembali dibuat takut di bioskop oleh pocong adalah “sesuatu”,  “Tali Pocong Perawan 2” memang masih punya daftar panjang kekurangan disana-sini, tapi ketika niatnya untuk membuat film horor sudah berada di jalur yang benar, saya toh akhirnya tidak lagi peduli dengan kekurangan tersebut. Semoga “Tali Pocong Perawan 2” memang jadi sebuah pijakan awal untuk horor-horor asyik selanjutnya dari Movie Eight. Peringatan: ini bukan film horor kacrut!