“Apa adanya kamu, sudah melengkapi hidupku.”, sebuah kutipan kalimat yang diucapkan Rahmat (Reza Rahadian) kepada Tata (Acha Septriasa), ketika mereka berdua menikah tujuh tahun yang lalu, tampaknya menjadi semacam konklusi bagaimana saya melihat “Test Pack”. Film drama romansa berbalut komedi karya Monty Tiwa—sineas yang “Keramat”-nya saya kagumi—ini, seperti juga kutipan tersebut, begitu sederhana ketika menterjemahkan setiap baris kisahnya. Film yang juga diadaptasi dari novel laris berjudul sama buah tulisan Ninit Yunita ini, juga mampu menyampaikan pesannya langsung “mengena” ke hati penonton, ya tanpa dipaksa ingin terlihat penuh pesan moral tentunya. “Apa adanya…” itulah dua kata yang mewakili “Test Pack”, tanpa harus terlihat “palsu” film ini mampu mengalir mengisi ruang-ruang kosong di benak penontonnya, khususnya mereka yang sudah menikah namun belum dikarunia anak, maupun yang dalam waktu dekat ini akan duduk di pelaminan. Well, secara umum, “Test Pack” adalah film drama yang dibuat “bener”, di luar judulnya yang mungkin mengingatkan saya akan film-film drama esek-esek murahan, ini seharusnya jadi sebuah benchmark bagaimana film drama Indonesia dibuat. Ya, “Test Pack” adalah film dewasa yang tahu bagaimana menempatkan konten-konten “dewasa”-nya, tidak asal “obral” selangkangan sembarangan seperti film-film lain yang berkedok film dewasa, ya tapi justru norak-kekanak-kanakan hanya menjual otak mesum pembuatnya.

Apa yang tak bisa dilakukan film-film Indonesia sejenis, ternyata bisa dilakukan oleh “Test Pack”, yang tetap bisa fokus pada jalan cerita, dari awal hingga akhir, walaupun di beberapa bagian sempat “terpeleset” kesana-kesini. Dan yang paling menurut saya penting, film ini punya chemistry yang hebat, sesuatu yang jarang dilakukan oleh film Indonesia, khususnya drama, chemistry yang membuat saya peduli pada karakter-karakternya. Kali ini saya salut kepada Monty Tiwa, Reza Rahadian dan Acha Septriasa jadi bisa terlihat meyakinkan di layar, sekali lagi “apa adanya”, tanpa dipoles pernak-pernik “palsu” yang biasanya justru malah merenggangkan hubungan film dengan penontonnya. Penonton hanya sekedar nonton, melupakan film yang baru saja mereka tonton, dan tidak membawa apa-apa ketika keluar bioskop. Beda dengan “Test Pack”, ada sesuatu yang istimewa begitu saya melihat Reza Rahadian dan Acha Septriasa berduet membawakan lantunan kisah rumah tangga mereka. Rahmat dan Tata diperlihatkan sebagai pasangan suami-istri yang bahagia, tapi dibalik senyum manis mereka ketika terbangun di pagi hari, tersembunyi resah yang mendalam. Wajar jika keduanya gundah-gulana, sudah menikah selama tujuh tahun tapi belum juga mempunyai anak, belum lagi “teror” dari ibu mertua yang sudah mengidam-idamkan punya cucu, melihat teman Tata yang hamil lagi, menambah runyam semuanya. Segala cara dilakukan oleh Rahmat dan Tata untuk dapat anak, dari yang tradisional sampai akhirnya memutuskan untuk ke dokter. Berhasilkah?

“Test Pack” bisa dikatakan sebuah refrestment untuk genre ini di film Indonesia, jika belakangan ini drama-romantis lokal hanya berputar-putar di koridor film remaja yang “menyek-menyek” tidak jelas itu. Jenuh dengan drama yang lagi-lagi menyorot kisah cinta remaja, “Test Pack” menawarkan yang berbeda, tak hanya tema yang kali ini “tumbuh” lebih dewasa, tapi juga ada perbedaan yang begitu mencolok ketika sebuah film drama seperti ini diperlakukan dengan asyik, jadi saya yang menonton pun nyaman. Walau nantinya hanya ada dua konflik besar yang “menghiasi” rumah tangga Rahmat dan Tata, saya kira bukan berarti film ini miskin daya tarik dan bagi saya sudah cukup ketimbang banyak konflik tapi hanya numpang lewat. Justru ini kesempatan untuk Monty Tiwa, bagaimana dia akhirnya bisa leluasa memoles konflik yang ada menjadi menarik untuk disimak. Walau hasilnya dirasa tidak maksimal karena konflik yang satu terasa kurang greget dan agak dipanjang-panjangkan, sedangkan konflik satu lagi pun hadir kurang terasa efeknya. Saya tidak akan membocorkan konflik tersebut disini, ya silahkan menonton sendiri jika penasaran. Well, bukan juga berarti usaha Monty untuk menghadirkan konflik tersebut gagal total, setidaknya seperti yang saya singgung sebelumnya, film ini begitu “enak” ditonton, begitu pula dengan sajian konflik-konfliknya, mengalir begitu saja dan tanpa disadari saya sudah “masuk” ke dalam konflik. Inilah asyiknya “Test Pack”, tanpa dipaksa pun saya dan emosi bisa ikut terlibat, pada akhirnya peduli dengan filmnya.

Tidak ada adegan-adegan cengeng sampai nangis darah setiap 10 menit sekali, yang membuat saya pusing kepala. Muatan drama di “Test Pack” bisa saya bilang sudah cukup menyentuh, walaupun tanpa aktor/aktris dipaksa untuk menguras air mata mereka sampai kosong. Drama tapi tidak dramatis lebay, itu diimbangi juga dengan asupan komedi yang secara mengejutkan cukup cerdas, bukan lucu-lucuan yang kasar, tapi kebanyakan malah mengandalkan dialog-dialog “konyol”. Unsur humor “tokcer” inilah yang makin membuat “Test Pack” kian menarik, ya saya jarang melihat film Indonesia yang mampu menyodorkan lelucon ber-tag “dewasa” yang hasilnya membuat beneran tertawa, kebanyakan sebaliknya, ingin lucu tapi “mandul” menghasilkan tawa. Hadirnya Dokter Peni. S (saya tidak salah tulis, kok) yang diperankan Oon Project Pop dan pasangan suami-istri yang diperankan oleh Jaja Mihardja dan Meriam Bellina, makin melengkapi aksi-aksi konyol di film ini. 100-an menit adalah durasi yang cukup bagi saya untuk nanti diajak berkenalan dengan Rahmat dan Tata, lalu kemudian punya cukup waktu juga untuk diajak “menyelam” ke dalam kehidupan mereka. Untuk ini, peran dari kedua pemain utamanya jelas sangat berpengaruh, asyiknya, Reza Rahadian dan Acha Septriasa mampu melakukan tugasnya dengan sangat memuaskan, mereka bisa “menggiring” penonton untuk masuk ke dalam kehidupan suami-istri yang sedang dilanda krisis. Kita tidak akan dibiarkan hanya jadi penonton yang hanya bisa melihat tapi kemudian merasakan apa yang keduanya rasakan. Didukung akting yang cemerlang dan akhirnya menciptakan chemistry yang juara, dengan begitu meyakinkan mereka membujuk juga hati saya untuk ikut terlibat secara emosional. Well, tidak perlu basa-basi “Test Pack” adalah film drama-romansa yang selama ini saya cari, “apa adanya” film ini justru jadi keistimewaan yang langka ada di film Indonesia.