Review Ghost Protocol

“Mission: Impossible – Ghost Protocol” adalah salah-satu contoh kasus film yang tidak mengakali ekspektasi penontonnya pada saat menonton cuplikan trailer-nya. Sebaliknya Ethan Hunt (Tom Cruise) dan kawan-kawan kali ini sanggup melebihi batasan ekspektasi tersebut, “Ghost Protocol” di luar perkiraan tampil maksimal, saya mengira akan menjadi seri yang biasa saja, sama seperti film-film sebelumnya, tapi ternyata oleh Brad Bird (The Iron Giant, The Incredibles, Ratatouille), misi terbaru Ethan berhasil dibuat gila-gilaan. Saya suka film-film “kartun” buatan Brad Bird, terlebih kisah robot “segede gaban” yang bersahabat dengan manusia, yah “Iron Giant” itu film animasi favorit saya, bisa dibilang begitu. Melihat nama seorang Brad Bird di daftar orang yang akan menyutradarai “Ghost Protocol”, tentu saja membuat saya penasaran, karena ini menjadi film live action yang pertama baginya, bagaimana Brad Bird mengesekusi aksi-aksi Mr. Ethan menjadi sebuah pertanyaan yang mendasar, membuat saya semakin penasaran bagaimana jadinya film ini ditangan Brad Bird. Jawabannya langsung disodori begitu saya melihat bagian pembuka “Ghost Protocol”, di menit-menit pertamanya, film ber-bujet sekitar 145 juta dolar ini tak menyiakan-nyiakan waktu sedikitpun, langsung memikat sedari awal.

Selanjutnya, “Ghost Protocol” akan dijejali banyak sekali adegan aksi menegangkan yang berkomplot untuk satu tujuan, yaitu menghabiskan nafas penonton. Adegan-adegan aksi pun ditempatkan dengan rapih diantara cerita yang sedang bergerak cepat, Brad Bird kali ini betul-betul membuat kita harus merasakan letih yang sama yang dirasakan oleh Ethan. Tom Cruise yang melakukan beberapa adegan berbahaya tanpa digantikan oleh stuntman, diusianya yang akan menginjak 50, makin memberi kesan nyata terhadap setiap adegan aksi yang disuguhkan di film ini. Tentu saja bertumpuk adegan aksi tersebut dibalut oleh banyak visual efek komputer, tetapi Brad Bird mampu menampilkan semuanya senyata-mungkin, hasilnya berapa kali film ini sukses membuat kita menahan nafas melihat aksi berbahaya yang dilakukan oleh Ethan dan kawan-kawan. Semua serasa real, kita seperti diajak langsung untuk memanjat ketinggian gedung pencakar langit Burj di Dubai, yup gedung paling tinggi di dunia itu, saya sepertinya langsung phobia ketinggian setelah menonton film ini, karena kamera begitu mahir memanfaatkan setiap ruang dan lanskap untuk menghadirkan ketegangan dengan level mengasyikkan, sekali lagi di ketinggian yang membuat nyali Spiderman pun akan langsung ciut untuk melompat. Jadi siapa yang lebih cool, Spiderman atau Ethan Hunt? Jawabannya tetap Ryan Gosling di “Drive” dong karena dia sudah sukses “menyetir” hatiku tanpa harus sudah payah memanjat (apa ini?).

“Ghost Protocol” bukan saja memikat dari segi action-nya saja, adegan-adegan aksi itu pun mampu saling bahu-membahu dengan cerita yang dibuat tidak kacangan, ceritanya padat, tidak basa-basi, dan diceritakan dengan jelas diatas alurnya bergerak dengan cepat. Film ini tidak memberi sedikitpun ruang bagi penonton untuk bersantai, karena Ethan dan kawan-kawan pun memang tidak punya waktu untuk berjemur di pantai, bagaimana tidak terburu-buru ketika ancaman “kiamat” ada di depan mata dan IMF dituduh biang keladi aksi teroris yang meluluh-lantahkan Kremlin. Tanpa bantuan, Ethan dan apa yang tersisa dari IMF harus berlomba dengan waktu, menemukan biang kerok sesungguhnya dan juga menghentikan “kiamat”. Tentu saja tidak akan mudah bagi Ethan untuk menyelesaikan misinya, termasuk misi untuk menghibur seisi bioskop. Kata “menghibur” memang jadi misi utama film ini, dan Brad Bird merangkai kata tersebut dengan benar, menyelesaikan misinya dengan rapih dan menyuguhkan sebuah film yang menghibur, baik dari sisi yang sedang menyampaikan cerita dan juga sisi yang sedang “menceritakan” deretan aksinya.

Review Ghost Protocol

Action dan cerita sudah menjalankan tugasnya dengan baik dalam menghibur penonton, Brad Bird pun sesekali menyemplungkan beberapa humor segar yang ditempatkan pada titik yang tepat, termasuk ketika penonton sedang disuguhkan adegan yang menegangkan dan film ini masih saja bisa “bercanda” dengan penontonnya. Kebanyakan selipan humor tersebut dikomandani oleh Simon Pegg, berperan sebagai Benji Dunn, seorang teknisi di IMF yang sekarang merangkap juga sebagai agen lapangan. Pegg selalu sukses mengisi “Ghost Protocol” dengan tawa-tawa renyah penonton, setidaknya kita diberi waktu untuk beristirahat sebelum kembali berlari-lari bersama Ethan Hunt. Formula film ini memang tidak asing, apalagi Brad Bird sebelumnya juga pernah membuat film animasi penuh action, The Incredibles, di film tersebut dia juga pintar menyelipkan humor-humor segar, diantara aksi-aksi super menegangkan, tapi tentunya “Ghost Protocol” tidak akan se-komikal film tentang keluarga superhero tersebut. Humor dalam film ini tidak jadi milik Pegg seorang, bahkan Tom Cruise dan Jeremy Renner yang disini berperan sebagai ahli analisis, William Brandt, sesekali wajib bercanda, walau dalam kondisi serius.

Menonton film bertema spy, tentu tidak lengkap tanpa hadirnya peralatan-peralatan super canggih, “Ghost Protocol” pun tidak ketinggalan memamerkan “mainan-mainan”-nya, dari sarung tangan spiderman sampai mobil konsepnya BMW. Selain “mainan” canggih, film bertema agen rahasia biasanya juga mengajak penontonnya jalan-jalan, begitupula dengan “Ghost Protocol”. Sejenak kita akan merasa seperti di planet lain, begitu sampai di Dubai, gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur beraneka bentuk, sebuah kota megapolitan yang dikelilingi oleh padang pasir, eksotik sekaligus super-modern. Dari Dubai kita juga diajak mengunjungi India, tepatnya ke kota Mumbai, melihat glamornya kota tersebut di malam hari. Dari kota ke kota, Robert Elswit berhasil menangkap lanskap kota-kota tersebut menjadi hiburan tersendiri, sinematografi-nya memanjakan mata. Brad Bird sudah berhasil membawa seri “Mission: Impossible” ke level selanjutnya, lebih dari apa yang sebelumnya saya bayangkan, “Ghost Protocol” tidak saja dikemas menghibur tapi juga menjadi seri terbaik dari film-film “Mission: Impossible” sebelumnya. Penonton tidak ada habisnya dihajar sajian aksi bertubi-tubi yang kali ini punya level ketegangan lebih ketimbang seri-seri sebelumnya. “Babak belur” sehabis menonton film ini? sudah pasti! sekarang saya bisa bilang “selamat” pada Brad Bird. Mission Accomplished!

Rating 3.5 Bintang