Review Av Mevsimi

“Av Mevsimi (Hunting Season)” dibuka dengan gambar pemandangan sebuah hutan, lalu ditemani oleh suara perempuan yang sedang “curhat”, kamera mulai bergerak menelusuri sungainya yang dipenuhi sampah. Di hutan inilah semua berawal, ketika potongan tangan ditemukan, polisi bagian pembunuhan pun ditugaskan menyelidiki kasus ini. Ferman (Şener Şen), veteran sekaligus yang terbaik di departemennya, dan dua anak buahnya, Idris (Cem Yılmaz) yang tempramental dan seorang rookie, Hasan (Okan Yalabık) hanya memiliki sedikit petunjuk dalam upayanya membongkar siapa pelaku mutilasi tersebut. Sampai akhirnya penyelidikan mengarahkan mereka kepada pacar si korban, orang ini sepertinya memang cocok untuk dijadikan tersangka, suka menyiksa pacarnya sekaligus seorang bandar narkoba. Namun Ferman yang dikenal juga sebagai “hunter” tidak akan mendapatkan mangsa-nya dengan semudah itu.

Penonton awalnya diajak untuk mengira bahwa “Av Mevsimi” adalah sebuah film crime biasa, seorang korban pembunuhan ditemukan, misteri dibuka dan penyelidikan ala film-film sejenis menjadi menu utama, pembunuh ditemukan dan film selesai. Well kita nanti pun akan melewati segala prosedur penyelidikan, dari mendatangi lokasi pembunuhan sebagai start-nya dilanjutkan dengan bertemu beberapa saksi, teman korban, keluarganya, dan orang-orang yang berkaitan dengan kasus ini, termasuk juga seorang kaya raya yang punya status suami korban, bernama Battal (Çetin Tekindor). Walau terkesan rumit, film ini tidak akan membuat bingung penontonnya, Yavuz Turgul (Eskiya) yang selain duduk dibangku sutradara juga merangkap penulis, sepertinya ingin agar ceritanya mudah untuk dicerna penonton. Tidak ada flashback yang mengacak-ngacak alur cerita, jadi cerita bisa dibilang bergerak lempeng. Apa yang tidak saya duga adalah apa yang dimasukkan oleh Yavuz kedalam adonan cerita kriminalnya, disana terdapat drama yang berkelok-kelok. Bukan sekedar tempelan tapi porsi drama yang membongkar setiap kehidupan karakter-karakternya justru terkesan menjadi dominan ketimbang porsi “polisi-polisian”.

Seperti yang saya katakan tadi, ini bukan film crime biasa, sambil melihat Ferman beserta anak buahnya berjibaku dengan kasus yang semakin menggiring mereka ke jalan buntu, diam-diam Yavuz juga turut mengajak penonton untuk “membongkar” kehidupan dari masing-masing karakter dan keduanya pun, bagian crime dan drama, nantinya “dipaksa” untuk berjalan beriringan, tidak sesempurna yang diinginkan oleh Yavuz tapi masih bisa menghibur dan nyaman untuk diikuti. Tidak dipungkiri memang, dengan durasi film ini yang bisa dibilang panjang, dua jam setengah, perasaan bosan kerap menghampiri. Belum lagi ketika Yavuz “terpeleset” dengan menempatkan adegan-adegan yang dirasa tidaklah penting, hanya berfungsi sebagai “tambalan” untuk memadatkan durasi, hasilnya makin membuat saya lelah menunggu Yavuz kembali ke plot yang sebenarnya.

Review Av Mevsimi

“Av Mevsimi” bukanlah film tanpa cela, namun kekurangannya dalam menyampaikan isi cerita dan durasi yang kelewat melelahkan, mampu ter-cover oleh cara Yavuz membuat kita terkurung dalam rasa penasaran. Yavuz punya caranya sendiri untuk mengikat para penontonnya untuk tetap berada di kursinya, yah jawaban tentang siapa pembunuh yang sebenarnya memang jadi modal saya untuk setia dengan Yavuz, selain itu bagaimana dia memperlakukan karakter-karakternya menjadi kelebihan Yavuz dalam film ini. Kita telah diperlihatkan kelihaian Yavuz dalam menyajikan sebuah kisah detektif lewat Ferman dan anak buahnya di departemen pembunuhan, setelah itu seperti menunggu si pelaku berbuat bodoh dan menunjuk dirinya sendiri sebagai si pembunuh, Yavuz memperkenalkan kita dengan siapa Ferman, Idris, dan Hasan. Paling terlihat lebih dulu adalah Hasan, seorang polisi baru yang awalnya penuh semangat namun seketika drop setelah melewatkan satu hari bersama senior-seniornya, apalagi setelah memegang potongan mayat. Ferman yang dipuji-puji oleh rekan seprofesi di departemennya ternyata tidak sesempurna itu, dibalik sebutannya sebagai “hunter”, dia hanyalah manusia yang juga punya kehidupan di rumah dan rentan akan kesalahan. Paling menarik adalah tokoh Idris, karakter yang satu ini bisa dibilang punya peran untuk menyetir emosi penonton.

Yavuz seperti sedang mengupas bawang, karakter-karakternya “dikupas” perlembar demi lembar, “Av Mevsimi” bisa dibilang cukup kuat dalam soal penggalian karakternya dan hal tersebut didukung oleh permainan mantap dari para pemainnya. Sener Sen yang disini berperan sebagai Ferman si pemburu mampu menjadi pribadi yang diidolakan, dihormati, dan disegani. Tantangannya memang tidak banyak tapi Sener memberikan kemampuan terbaiknya untuk memperlihatkan tokoh Ferman yang memiliki wibawa kuat, serius tapi bisa santai dan terkadang bisa juga lucu. Cem Yılmaz yang memerankan Idris si pemarah mungkin satu-satunya yang punya porsi paling menyita perhatian, Yılmaz tidak hanya asal marah-marah ketika dia harus beradegan marah-marah, tapi sanggup menyampaikan perasaannya kepada penonton, kita juga ikut marah karena sebal dengan karakter Idris ini yang kerap membuat Ferman terbentur dengan masalah. Yılmaz dengan karakter Idrisnya bisa dibilang memberi warna ke dalam “Av Mevsimi”, begitupula dengan Hasan yang juga diperankan dengan cukup baik oleh Okan Yalabık. Akting dan drama dalam “Av Mevsimi” merupakan nilai plus yang mampu menutupi kekurangan film ini. Walaupun sanggup membuat saya betah dalam menng-eksplor misterinya, menunggu siapa pelaku sebenarnya dalam “Av Mevsimi” adalah perjalanan yang cukup melelahkan.

Rating 3 Bintang