Review The Tarix Jabrix 3

Mao curhat sebentar, klo gw sebetulnya nga begitu suka sama grup band “Changcuters”, eh tapi bukan berarti gw langsung menghakimi “The Tarix Jabrix 3” itu film jelek banget. Sama kaya cara gw menilai film “Purple Love”, lupakan kalau ada Changcuters di dalam film ini, gw hanya akan me-review filmnya doang tok, mereka, para personil Changcuters bukan sebagai grup band, tapi sebagai individu-individu yang berakting bukan bermain musik. Well, mari kesampingkan dulu ketidaksukaan gw sama band yang satu ini, setelah merilis dua film “The Tarix Jabrix”, Cacing dan geng motornya balik lagi untuk film ke-3 masih memakai formula komedi dan disutradarai oleh Iqbal Rais. Nah gw mau ngaku lagi nih, klo belom nonton dua film sebelumnya, hmm jadi sayangnya nga bisa ngebandingin. Lagipula film ketiga ini toh berdiri sendiri tanpa ada sangkut paut benang merah dengan pendahulunya, kecuali tokoh-tokoh yang berseliweran dalam film.

Alkisah kota Bandung sedang dibuat rusuh oleh geng motor Road Devils, imbasnya tidak hanya kepada penghuni kota tersebut, tetapi juga sampai ke Jakarta, dimana perusahaan asuransi tempat Cacing (Tria Changcut) bekerja dibuat pusing karena menerima banyak klaim asuransi, disamping banyaknya korban akibat ulah Road Devils. Solusinya adalah, atasan Cacing meminta dia untuk membereskan masalah ini, pergi ke Bandung, bukan untuk liburan, tetapi bertemu anggota RD dan bernegoisasi dengan mereka supaya tidak membuat keonaran lagi. Berangkatlah Cacing, Dadang (Erick Changcut), Mulder (Dipa Changcut), Ciko (Alda Changcut), dan Coki (Qibil Changcut), ternyata tidak sulit untuk menemukan geng RD, lucunya justru mereka yang duluan menyergap Cacing dan teman-temannya. Pendekatan diplomatis Cacing pun gagal, usahanya untuk ngomong baik-baik pada anggota RD tidak menghasilkan apa-apa. Parahnya lagi uang dan mobil perusahaan justru dirampas oleh mereka, lebih memalukan lagi ketika Cacing kalah balapan dengan jendral RD, seorang cewek cantik dan tangguh, Melly (Olivia Jensen Lubis). Cacing pun menyatakan perang dengan RD, karena mereka juga dengan jahatnya sudah menyerang Ibu Cacing. Dibantu oleh Barokah (Eddi Brokoli), mantan jenderal RD yang punya niat terselubung, dan Laksamana Roda Gila, geng Tarix Jabrix pun berlatih dengan keras dan tekun untuk mengalahkan RD sekaligus mengembalikan Bandung kembali normal.

Review The Tarix Jabrix 3

“The Tarix Jabrix 3” (TJ3) lucu sih tapi emang nga nawarin sesuatu yang baru, sekali lagi ceritanya juga berjalan klise, mudah ditebaklah kemana arah cerita akan bergulir. Untuk urusan komedi, anggota geng TJ nga cuma dipaksa untuk jago naek motor, tapi berada di baris depan untuk mengantarkan lelucon-lelucon ke muka penontonnya. Kebanyakan sih mengandalkan aksi komikal dan sok keren Cacing, sisanya ada Dadang yang lemot bin pikun, lalu si kembar Ciko dan Coki yang selalu punya cara untuk membuat penontonnya tertawa, yah setidaknya tersenyum dengan ulah spontan mereka yang kocak, sedangkan si Mulder entah kenapa disini kebagian peran yang mukanya selalu kusut saja, meracuni aura ceria teman-temannya, dan dia tidak ada lucu-lucunya sama sekali. Well, mungkin karena memang karakter yang satu ini punya beban konflik dengan ayahnya.

Film ini bukan melulu soal melontarkan kelucuan tetapi juga berusaha menyelipkan kisah asmara antara Cacing dengan Melly, si jenderal RD. Tapi yah sekali lagi semuanya masih dikemas dengan kekonyolan, bagaimana nantinya Cacing dibantu oleh kawan-kawannya dalam misi mendekati Jenderal jadi bagian lucu tersendiri di film ini. Dibilang bosenin, TJ 3 nga seburuk itu, tapi memang gw rasain ada beberapa momen di paruh kedua yang terlalu bertele-tele, segala macam latihan yang tidak jelas itu juga membosankan menurut gw. Untuk menambah warna, romansa kedua kembali ditambahkan, kali ini antara si Dadang dengan cewek yang pernah dia tolong, yang ternyata ada hubungan keluarga dengan Laksamana Roda Gila. Porsi cinta-cintaan Dadang ini memang dikasih porsi lebih sedikit, tapi untungnya bukan hanya numpang lewat saja terus tidak diceritakan lagi, yah kisah mereka punya ending-nya sendiri.

Sebuah hiburan ringan yang mudah dicerna, dari awal memang punya niat menghibur, ya tapi sayangnya kemasannya terlalu biasa dan ceritanya sebenarnya mudah dilupakan. Itu juga makin minus dengan akting Changcuters, yang terlihat masih kaku saja, termasuk si Dipa yang memerankan Mulder. Beruntung film ini masih punya Olivia Jensen yang gw akui punya kualitas akting yang mumpuni sebagai jenderal RD, sayangnya memang tidak terlalu dieksplor lebih, karena peran dia adalah yang paling menarik disini. Akting Olivia adalah magnet tersendiri selain ya kecantikannya itu. Terlepas dari kekurangannya, film ini masih cukup menghibur sebagai sebuah karya yang mengedepankan komedi dan tentu saja menjual nama personil Changcuters, yang sudah punya nama di blantika musik tanah air. Tapi apa yang mengganggu gw adalah banyaknya pesan-pesan moral yang kadang penempatannya tidak tepat, apalagi ketika bapak yang satu itu tiba-tiba muncul dengan atribut pramuka, woalah paling males deh klo ada film yang sok menceramahi kaya gini. Salam pramuka….! *benerin dasi dan topi pramuka*

Rating 3 Bintang