Review Hantu Kak Limah Balik Rumah

Mamat Khalid is back!! abis bikin “Zombi Kampung Pisang” di tahun 2007, lo bisa baca reviewnya disini, Mamat belum jera juga mengusung genre komedi horor, dan membuat film yang pastinya nga kalah bikin perut ini melintir, “Hantu Kak Limah Balik Rumah”. Film yang tayang perdana di Malaysia pada Desember tahun lalu ini bisa dibilang sebuah sekuel untuk film zombi si Mamat, bersetting di lokasi yang sama, yaitu kampung pisang, plus memboyong penghuni kampung yang sekali lagi dipaksa Mamat untuk menghadapi fenomena tidak wajar, termasuk si Hussein yang diperankan oleh Awie. Sekuel tentunya harus berbeda dong sama predesesornya, maka Mamat tidak akan lagi membawa zombi-zombi gondrong yang demen Siti Nurhalizah itu buat balik menginvasi kampung pisang, sebagai gantinya penduduk kampung nantinya akan diteror oleh sosok hantu wanita tua yang mirip-miriplah sama kuntilanak. Well, yang jelas jika ada yang pernah nonton film “Zombi Kampung Pisang” dan lo ketawa, dijamin disini lo bakal lebih ngakak lagi, yah Mamat juga ngerti kalo sekuel itu mesti punya kelebihan, selain sepertinya punya bujet lebih untuk benerin segi produksinya, komedi yang jadi barang jualannya si Mamat juga makin tajam dalam mengiris-mengiris syaraf tawa penontonnya.

Seperti gw bilang di paragraf awal, “Hantu Kak Limah Balik Rumah” (HKLBR) balik lagi mengajak kita untuk mengunjungi kampung pisang nan asri dipenuhi penghuni yang kocak bukan main. Kali ini diceritakan Hussein (Awie) baru saja balik kampung setelah merantau ke Singapura untuk bekerja. 3 tahun yang lalu Hussein terpaksa mengorbankan pertunangannya dengan anak perempuan Pak Munawer, Cik Nin (Ummi Nazeera), hanya karena dia ingin mapan dulu sebelum menikah. Cik Nin ternyata tidak marah ditinggal oleh Hussein, beda lagi dengan sang ayah yang tampak benci melihat Hussein balik. Oke, Hussein ternyata punya masalah lain ketika tiba di rumahnya, Kak Limah yang tinggal di sebelah rumah terlihat sangat aneh, Hussein menegornya tapi wanita yang bertampang seram ini hanya diam saja. Malamnya, ketika Hussein lagi enak-enaknya istirahat, Kak Limah mendatanginya, eh bukan mau minta oleh-oleh dari Singapura melainkan datang menghantui Hussein. Dia pun langsung lari terbirit-birit, beruntung di jalan bertemu dengan dua orang temannya, mereka bersama-sama pergi ke warung kopi Pak Munawer. Di sana, Hussein menceritakan apa yang dia lihat, Kak Limah sekarang sudah jadi hantu! semua tentu saja kaget dan tidak percaya. Salah-satu teman Hussein pun menambahkan kesaksiannya kalau dia pernah diserang oleh Kak Limah. Untuk membuktikan perkataan Hussein, Pak Abu (Zami Ismail) dan yang lain pun segera menyatroni rumah Kak Limah, betapa terkejutnya mereka ketika menemukan tengkorak yang dipercaya sebagai mayat Kak Limah. Apa betul Kak Limah mati penasaran lalu jadi hantu?

Review Hantu Kak Limah Balik Rumah

HKLBR jelas lebih lucu ketimbang geng zombi gondrong yang dikepalai oleh bos zombi yang punya tanduk itu. Bukan saja untuk urusan komedi yang digandakan level kocaknya tapi juga Mamat tidak lupa untuk membuat cerita yang lebih matang. Selain membumbui film ini dengan romansa, seperti sudah jadi ciri khasnya, Mamat juga masih sempat saja menyelipkan sebuah “video klip” di dalam filmnya. Dengan cerita seputar teror hantu kak Limah, Mamat sekarang nga kaku dalam bercerita, mengalir begitu saja sambil menebar kekonyolan-kekonyolan yang datangnya dari Hussein dan kawan-kawannya. Alhasil gw mudah untuk diajak menikmati film ini tanpa harus ngerasain bosen, apalagi walau gw tahu ini film komedi tapi ada beberapa momen yang dikemas Mamat dengan mantap, eh bukan porsi lucu-lucuan tetapi ada hubungannya sama horornya. Yup! nga nyangka loh kalau gw bisa ngerasa ngeri pas ngeliat penampakan hantu kak Limah, pokoknya kalau sudah giliran kak Limah muncul, pingin rasanya ikut kabur bareng sama Hussein sambil bawa-bawa sendal, scene perkenalan awal Hussein dengan hantu kak Limah bener-bener epik-kocak! dan nantinya HKLBR punya ciri khas ketika membungkus adegan orang-orang yang lari ketakutan, asli bikin ngakak sambil nungging.

Ada lagi sih yang bikin nungging sambil ngakak terus jungkir balik plus kayang, pas ada kemunculan karakter yang nga diduga-duga, seorang dukun berasal dari Indonesia, kalau nga salah Banten deh, namanya Pak Salam Erwin Joko Anwar (buset, lol). Apapun itu maksud si Mamat buat masukin si dukun sok sakti ke filmnya, karakter tersebut tokcer bikin ketawa, apalagi pas dia pamer kalau dia pernah ke puncak Everest terus melawan Yeti (lol), ke Mesir buat ngelawan Mumi (rotflmao), lengkap dengan efek-efek cheesy-nya yang tiada duanya. Tapi pas kebetulan dimintai tolong untuk “mengusir” hantu kak Limah, Pak Salam justru K.O dalam sekali tamparan #ngakak—eh spoiler nga yah gw, maaf nga tahan buat cerita. Mamat emang lebih jago ngelawak disini ketimbang sewaktu dia membesut zombi yang kerap berseru “otak..otak..otak” itu, lebih menghibur dari sisi cerita, lebih baik juga dari segi pengemasannya, termasuk penggarapan tata musik. Tidak lupa juga gw mau menyinggung soal twist yang disisipkan Mamat, walau jujur pelintiran film ini sudah bisa ditebak, tapi bagaimana usaha Mamat untuk mengecoh penonton bisa dikatakan tidak kacangan. Disana masih ada plothole tapi gw tidak pedulilah toh Mamat sudah membuat gw terhibur ketika beranjak dari titik A ke titik B, hebatnya lagi Mamat tidak hanya melempar satu twist saja, salah-satunya kayanya sih sengaja untuk sekuel berikutnya, can’t wait kalau emang bener ada.

Deretan pemain yang dijajarkan Mamat memang patut diacungi jempol ketika bersama-sama maupun secara individu, dengan agak berlebihan dan tetep norak kaya di film yang pertama, sanggup menciptakan banyolan-banyolan yang mujarab membuat gw terbahak-bahak. Selain penghuni kampung pisang yang memang dari dulu sudah terkenal konyol, seperti Hussein, Usop—ngakak banget deh pas adegan dimana dia bilang “ayo semua angkat tangan seperti saya”, trus semua ikut angkat tangan sambil melambai-lambai—dan yang lain, termasuk si anak gemuk, zombie hunter, yang muncul lagi disini macam rambo saja. Mamat sendiri mampu menempatkan mereka dengan pas pada setiap adegan-adegan lucu yang sudah disiapkan, hasilnya adalah banyak scene yang tidak sia-sia saat berurusan untuk menggelitik penonton. Walau terkesan film kacangan, HKLBR bukan seperti yang dibayangkan, saya termasuk korban kekonyolan film ini, formulanya bisa berhasil mungkin karena dari awal Mamat memang niat untuk menghibur penontonnya. Mamat juga sukses memperbaiki kekurangannya dalam film “Zombi Kampung Pisang”, menjadikan film itu pelajaran dan membuat HKLBR bukan sekedar komedi yang berhasil tapi film yang memuaskan secara keseluruhan, horornya pun seram.

Rating 3,5 bintang