Sekelompok orang dari kota sengaja berkunjung ke tengah hutan antah berantah di daerah pegunungan Hungaria, mereka tidak sedang liburan tapi menghabiskan akhir pekan untuk team-building. Richard (Tim McInnerny) dan tim-nya yang bekerja di sebuah perusahaan pembuat senjata bernama Palisade Defence, tidak menyangka jika mereka akan berakhir di sebuah pondok yang katanya mewah tetapi ternyata tidak lebih dari gedung tua yang sepertinya sudah lama diabaikan. Namun Richard, Harris (Toby Stephens), Jill (Claudie Blakley), Steve (Danny Dyer), Gordon (Andy Nyman), Billy (Babou Ceesayu), dan juga Maggie (Laura Harris) tetap memutuskan untuk menginap di tempat tersebut. Tidak perlu waktu lama sampai akhirnya mereka menemukan keanehan di pondok tersebut, dimulai dari kumpulan file berembel Palisade yang berisi foto dan dokumen berbahasa Rusia yang ditemukan Harris. Dari situ Harris mulai menceritakan gosip seputar kemungkinan pondok yang mereka tinggali sekarang adalah bekas rumah sakit jiwa, dimana pada tahun 1900-an, Palisade ikut terlibat membuat gas beracun untuk membunuh penghuninya.

Jill kemudian menimpali cerita Harris dengan rumor versinya bahwa pondok tersebut bukan RSJ tetapi semacam pusat rehabilitasi para tentara Soviet yang dianggap penjahat perang, mereka berakhir diracun oleh gas yang dibuat oleh Palisade. Cerita yang berbeda tetapi keduanya menyebutkan ada satu orang yang selamat dan berniat balas dendam dengan Palisade. Well, apakah itu hanya rumor atau bukan, yang jelas pada malam itu Jill melihat seseorang bertopeng di luar. Keesokan harinya, karena merasa pondok tersebut tidak aman dan ganjil, mereka memutuskan untuk pergi. Kemudian Harris dan Jill pergi untuk menemui pengemudi bus yang mengantar mereka, sedangkan yang lain tinggal dan bermain paintball. Harris dan Jill beberapa lama kemudian kembali dengan bus, tergesa-gesa dan panik menyuruh yang lain cepat pergi dari pondok, karena supir yang mereka cari sepertinya dibunuh oleh seseorang. Berita buruk tersebut disampaikan ketika Steve dan Billy sedang berusaha melepas bear trap dari kaki Gordon, tanpa mereka ketahui, ternyata di sekitar hutan sudah dipasang banyak jebakan. Itu belum seberapa karena hari mereka akan bertambah buruk dan berdarah, ketika seseorang yang selama ini mengawasi dari balik bayang-bayang hutan, muncul menyambut mereka dengan “hangat”.

Jangan keburu “ciut” akan disajikan aksi mind-twisting dan teka-teki memusingkan lagi seperti di film “Triangle”, di “Severance” yang dibuat sebelumnya, Christopher Smith murni hanya ingin mengajak penonton bermain-main tanpa perlu menyetel otak ke mode serius. Berdasarkan pakem film slasher yang sudah-sudah, mereka yang sering menonton film dengan genre ini pasti tidak akan asing dengan pola Smith merangkai plotnya. Tentu saja Smith sepertinya selalu ingin dilihat berbeda dan dengan konyol membungkus film yang notabennya berdarah dan lumayan kejam ini dengan komedi. Apakah Smith sukses mengawinkan aksi potong kepala dengan guyonan ala british? –iya. Film yang dibintangi oleh Danny Dyer, salah satu orang “tolol” di Doghouse ini punya banyak cara pada saat ingin membungkam kita lewat deretan adegan sadis dan menegangkan, sekaligus juga sialnya membuat saya dilempar minuman dingin dari orang yang duduk di kursi depan, well karena tertawa dan popcorn yang sedang dikunyah secara spontan ikut muncrat ke depan. Baiklah, bikin ketawanya itu bener tetapi soal popcorn dan minuman itu hanya dilebih-lebihkan saja kok.

“Severance” membuat saya lupa dengan ceritanya yang lagi-lagi sama usangnya dengan pondok misterius yang dikunjungi Steve dan kawan-kawannya. Karena apa yang Smith lakukan dari awal film ini dimulai hingga di penghujung akhir film, jelas sebuah hiburan yang menyenangkan. Smith tidak memaksakan porsi komedi—yang kebanyakan berasal dari dialog-dialog pemainnya—dan selalu menunggu waktu yang pas untuk menyelipkan leluconnya yang juga tidak berlebihan. Smith sanggup membagi kapan waktunya untuk bercanda dan kapan saatnya dia serius menancapkan ketegangan di kepala penontonnya, dan kadang dia juga “iseng” mencampurkan keduanya untuk menghasilkan adegan yang sebetulnya sadis tapi justru memancing saya untuk tertawa, ya hampir sama seperti apa yang dilakukan “Tucker and Dale vs Evil”. Untuk usaha ngebanyol, semua pemain dalam film ini punya jatahnya masing-masing untuk secara bergilir menggelitik penonton pada saat kita tengah dijejali kesadisan, tetapi Danny Dyer memang tampak jadi ujung tombak dengan karakternya yang memang sudah dibuat konyol dari awal, tukang teler dan tidak pernah serius. Bahkan ketika orang lain menceritakan kisah ngeri tentang pondok, Steve, karakter yang dilakonkannya malah bercerita jika pondok dulunya diisi orang-orang yang sudah jompo dan dirawat oleh suster-suster berdada besar.

Oke, lalu bagaimana dengan paket slasher yang ditawarkan oleh Mr. Smith? –cukuplah untuk membuat saya bersorak-sorai menyambut beberapa kepala dan bagian tubuh yang putus, sambil menjilat percikan darah segar yang muncrat dari setiap tebasan pisau dan gorokan ke leher. Smith tidak hanya membiarkan kita terlena dihajar oleh lelucon yang keluar dari mulut Danny Dyer dan kawan-kawan, tapi juga menyeret kita untuk nantinya terikat dalam ketegangan, untuk urusan menggenjot adrenalin, teman-teman Rusia kita yang pesakitan dan bersenjata lengkap sudah siap bermain “kotor” dengan para tamu dari kota, yang katanya bekerja di perusahaan pembuat senjata itu. Walau kadang mereka juga nantinya jadi korban “kenakalan” Smith, ya korban untuk ditertawakan. Jika kalian suka dengan “Tucker and Dale vs Evil”, kemungkinan apa yang ditawarkan Christopher Smith dalam “Severance” juga dapat dengan mudah disukai, tapi jika dibandingkan, saya masih lebih menyukai hasil keseluruhan dari film yang disutradarai Eli Craig tersebut. Pastinya yang jelas “Severance” juga sama-sama berhasil dalam menghibur, mereka yang senang mencicipi aksi-aksi sadis akan lumayan dipuaskan oleh Smith, sekaligus juga diberikan bonus tambahan bisa tertawa ditengah-tengah orang yang bokongnya tertusuk misalnya atau…tunggu…jadi tidak lucu jika saya ceritakan semuanya.