Log in at your own risk…

Tahu youtube kan? situs berbagi video yang mengorbitkan si Briptu Norman itu loh, yup di situs ini lo bisa nonton berbagai macam video dari musik, film, klo beruntung juga lo kemungkinan bisa nyasar ke video aneh-aneh (baca: menjurus porno) tapi biasanya yang begini dengan sigap langsung diberangus sama admin-adminnya youtube. Klo mao nyari yang begituan, gw saranin sih ke situs tetangga yang namanya hampir mirip, ada “tube”-nya juga hahahaha. “Death Tube” bukan saingannya si youtube (walau logonya dicontek, semoga nga dituntut ya) tapi hanya sebuah film, Death Tube sendiri disini adalah nama sebuah situs fiktif belaka yang menyediakan layanan sharing video. Bedanya situs ini khusus menampilkan video-video kematian, yup pengguna internet yang udah bosen dan muak sama video yang itu-itu aja bisa berkunjung ke situs Death Tube untuk nontonin orang-orang mati dengan cara yang bisa dibilang cukup mengenaskan, gilanya lagi video yang mereka tonton disiarkan secara real time alias siaran langsung gitu.

Ceritanya situs “Death Tube” ini sedang nge-trend di kalangan penggila internet, walau statusnya tetap masih underground dan populer lewat “pemasaran”-nya yang dari mulut ke mulut. Kok situsnya bisa awet dan nga diringkus polisi ya, kan nampilin orang-orang yang mati dibunuh? soalnya kebanyakan yang nonton nga pernah tuh punya pikiran buat laporin yang mereka lihat, bisa dibilang nga mao ribet, lagian ada yang percaya kalo isi video dari Death Tube ini cuma rekayasa dan orang-orang yang ada di video itu aktor-aktor yang dibayar, jadi mereka semua hanya berakting mati (woalah). Berita soal situs sableng ini pun akhinya sampe deh ke telinga Satoshi Inoue, dia juga nga percaya kalau yang dilihatnya itu beneran. Ciri khas Death Tube selalu menampilkan 8 orang dalam 8 jendela video yang terpisah, masing-masing orang ditempatkan dalam ruangan yang tidak terlalu besar. Setiap orang ini akan diberikan perintah untuk menyelesaikan sebuah game, jika mereka tidak bisa menyelesaikan game tersebut dalam waktu yang ditentukan atau melanggar aturan tertentu maka hadiahnya adalah kematian. Bentuk “hadiahnya” macam-macam, salah-satunya seperti yang diperlihatkan oleh opening film ini, belum apa-apa sudah nongolin orang dipenggal kepalanya.

Ketidakpercayaan Inoue langsung terbayar ketika dia tiba-tiba terbangun dalam ruangan yang mirip dalam “Death Tube”, setelah teriak-teriak nga jelas akhirnya dia nyadar kalau ini bukan mimpi dan dia benar-benar sedang “siaran langsung” dilihat oleh jutaan orang yang sedang mengakses situs tersebut (gw ngarang aja sih, gw nga tahu persis berapa tuh sedang nonton). Tentu saja seperti sudah tradisi, Ino nga sendiri, ada 7 orang lain yang bernasib sama disekap di ruangan berbeda, tapi mereka bisa saling berkomunikasi karena di ruangan tersebut disediakan laptop lengkap dengan webcam, sayangnya laptop hanya bisa digunain ekslusif untuk akses Death Tube doang, klo nga kan, mereka bisa login ke akun facebook atau twitter and then update status: asyik saya masuk Death Tube, doakan saya teman-teman *hammer. Karena ini Death Tube dan bukan hotel, Ino segera nyusul diberi perintah untuk menyusun kubus rubik, aturannya sangatlah mudah yaitu selesaikan dalam waktu 10 menit, jika gagal dia akan mati, yup se-simple itu.

Jika membaca apa yang gw karang diatas, pastinya lo berpikir ini permainan jigsaw versi Jepang (oh iya gw lupa nyebutin ini film Jepang ya), ada benarnya sih, karena Death Tube juga mengintip pola seorang jigsaw, beberapa orang dikurung dan diuji dengan berbagai permainan yang berakhir dengan mereka mati atau bebas, dalam artian hidup. Bedanya Death Tube tidak menyediakan jebakan-jebakan cerdas nan maut ala pemilik boneka Billy tersebut, sebagai gantinya permainan-permainan di film ini justru terlihat sangat sepele, seperti menyusun rubik, bermain hulahop, balap lari, menumpuk kotak, makan donat, pokoknya permainan yang nga bikin ciut duluan kaya di film-film SAW, belum main kayanya malah udah mati duluan.

Keasyikan Death Tube ternyata sebatas melihat permainan apalagi yang bakal dihadirkan oleh si beruang pokemon, yah kalo SAW punya Billy sebagai “pembawa acara” yang mempresentasikan setiap permainan maut jigsaw. Death Tube tidak mau kalah, film ini menampilkan seseorang yang memakai kostum beruang bertopi, yang sama-sama muncul juga di televisi dalam bentuk kartun ketika menjelaskan game demi game kepada para peserta. Walau terkadang game yang dihadirkan sangatlah konyol tetapi letak menarik film ini ada pada setiap permainan tersebut, yang terkadang tidak hanya membutuhkan kekompakan, kecepatan, daya pikir, tapi juga mempermainkan psikologis setiap peserta. Di Death Tube setiap permainan juga tidak hanya dirangkai untuk mengeliminasi satu-persatu pesertanya tetapi juga membiarkan mereka membuka topeng dan memperlihatkan siapa mereka sebenarnya, yah ketika tujuannya adalah menghindari kematian, untuk bisa selamat satu-satunya jalan adalah melakukan apapun kan. Seorang yang terlihat sangat lemah pun disini harus diwaspadai dan seorang yang diam saja patut diawasi.

Sayangnya “the game is boring”, seperti dikutip dari komentar salah-satu pengunjung situs Death Tube, komentar-komentar yang berseliweran di layar ketika kita nongkrongin orang-orang pada mati inilah yang terkadang menghibur disaat filmnya sendiri terlalu lama berbasa-basi dengan segala remeh-temeh drama. Jujur seperti juga pengunjung situs Death Tube yang tampaknya tidak peduli dengan orang yang ada di video dan apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya, gw juga kayanya digiring untuk ikut nga peduli dengan mereka, termasuk si Ino. Apa yang mau gw lihat cuma mereka gagal dalam game dan mati, supaya film ini juga cepat selesai, karena yang membuat gw bertahan duduk berlama-lama adalah hanya penasaran siapa yang akan mati dan siapa yang akhirnya bisa selamat dari si pokemon. Cara mereka mati juga ternyata tidak semenarik apa yang awal-awal film ini sajikan, kepala dipenggal atau dibor, sisanya makin kesini Yohei Fukuda (Grotesque) seperti nga tahu film ini mau diapakan.

Walaupun sutradara Urahorror ini nantinya menyimpan kejutan-kejutan, gw pikir udah terlambat karena film ini terlalu lama menyekap gw dalam kebosanan, mengikat gw dengan rasa penasaran tetapi memanjakan gw dengan jalan cerita yang datar dan adegan-adegan kematian yang bisa dibilang lesu, tidak menggairahkan adrenalin dan pelit dalam soal menyajikan sensasi ketegangan, pokoknya emosi kita akan datar saja selagi film ini berpikir keras untuk mengeluarkan permainan macam apa lagi. Padahal di awal Death Tube sepertinya sangat menjanjikan tetapi hanya sanggup memberikan kekecewaan saja. Beruntung sekali lagi gw ditemanin sama komentar-komentar pengunjung yang konyol yang isinya selalu diikuti dengan kata “LOL”, si pokemon juga cukup bisa menghibur dengan tingkah lakunya yang ngeselin disini, walau ternyata dia tak lebih dari badut yang kehabisan akal bagaimana caranya menghibur penontonnya.