Akhirnya sampai juga di Top 5 film-film Indonesia terburuk tahun ini, tapi inget gw hanya nge-list produksi dari Januari—Oktober 2010, seperti yang udah disebutin judul di atas dan di pengantar-pengantar sebelumnya. Jika ada yang kelewatan film-film apa/siapa aja yang bertengger di posisi 6-20 silahkan cek disini untuk posisi 6-10, disini untuk posisi 11-15, dan disini untuk posisi 16-20. Maaf jika list ini juga dibuat ber-part-part gini macam episode sinetron (bedanya list ini bakal ada tamatnya, sinetron meskipun sampe zaman dimana orang dilarang nonton tv pun kayanya bakal masih ada, masih juga dengan konsep orang yang ngomong sendiri beratus-ratus episod). Maaf juga klo jeda antara part juga kadang terlalu lama, karena memang gw butuh waktu untuk berinteraksi sama otak, melakukan senam pemanasan diantara part ke part, dari posisi 20- posisi paling terbaik, yah terbaik buruknya. Maaf juga klo ada pihak-pihak yang tersinggung dengan daftar “iseng” saya ini, ini hanya daftar untuk menghibur diri sendiri karena merasa film lokal sudah sangat “tersakiti” dengan adanya film-film seperti ini, “memperkosa” kecerdasan penonton Indonesia, dan “membunuh” nafsu gw untuk terus menonton film Indonesia.

Daftar ini bukan aksi balas dendam gw untuk film-film kacrut, nga baik balas dendam klo kata guru agama gw pas SD, katanya jika ada orang yang melempar batu ada baiknya kita balas lempar kulit pisang. Tapi ada baiknya klo menurut gw nga usah bales lempar ke orang itu lebih baik kayanya yah hehehehe. Ketika film-film kacrut ibarat melempar batu ke penonton (lempar batu sembunyi tangan tepatnya, abis lempar film, ngumpet kaya si bro Nayato nga pernah ngeliatin batang idungnya huehuehue), daftar ini sih belum ada apa-apanya dibandingin sama efek “mereka” yang udah dengan seenaknya melahirkan rasa pesimis penonton terhadap film Indonesia. Mereka yang udah dengan seenaknya menawarkan kita sampah daur ulang, mereka yang dengan seenaknya membuat pocong tidak lagi bergairah untuk melompat, mereka yang dengan bodohnya membuat judul film semacam “Cyn, Tetangga Gw Diperkosa Setan Pocong Bertaring Yang Doyan Maen Facebook di Malam Jumat Kliwon” atau “Dijual Kain Kafan Berdarah Bekas Pengantin Nakal Yang Punya Affair Sama Arwah Penasaran Yang Belum Cukup Umur”. Ini bukan daftar balas dendam, tapi bentuk apresiasi terdangkal yang bisa gw berikan untuk film-film yang tahun ini menyuguhkan karya “TERBAIKNYA!!” #jaritengah

Cukup basa-basi 2 paragraf-nya, mari kita mulai posisi 5 terbaik dalam daftar bergengsi Film Indonesia Terburuk (Januari – Oktober 2010) –supaya gw juga bisa langsung buat daftar film-film yang emang berkualitas tahun ini, yang sayangnya berjumlah lebih sedikit *menghela nafas #tetapoptimisuntuktahundepan

Sutradara: Nayato Fio Nuala Pemain: Samuel Zyglwyn, Wulan Guritno, Arumi Bachsin, Adipati, Stevanie Nepa   Rilis: 26 Januari 2010 Studio: Pt. Kharisma Starvision Plus

“18+” pantas diganjar film paling fenomenal dari Nayato untuk tahun ini, tidak hanya karena ini juga film dengan judul terpendek tetapi juga karena film ini menjadi seperti pembuka jalan bagi Nayato untuk membuat record 14 film yang dibuatnya di tahun 2010. Yah delapan belas plus adalah film pertamanya Nayato tahun ini dan juga untuk pertama kalinya gw akhirnya kembali “sesat”, menonton film Nayato di bioskop setelah hampir 4 tahun “bermusuhan” dengan film-film yang dia garap. “Hantu Jeruk Purut” bisa dibilang titik balik gw, sampai pada akhirnya berhenti menonton film-film horor lokal yang pada waktu itu (sayangnya sampai sekarang) terjebak dengan pakem yang sudah basi. Gw pun hilang kepercayaan terhadap film Indonesia, sampai-sampai tidak menyadari geliat film-film bagus yang masih suka bermunculan diantara liarnya film-film jelek.

Ada sesuatu yang membuat gw enggan menginjakkan kaki menonton di bioskop untuk mengapresiasi film-film lokal, banyak film-film bagus juga yang akhirnya gw lewatkan penayangannya di bioskop. Jika delapan belas plus bertanggung jawab membuat gw “ketagihan” menonton film-film kacrut, “Pintu Terlarang” adalah film yang membuat kepercayaan gw kembali, membuka hati gw untuk sekali lagi datang ke bioskop menonton film Indonesia, karena sebelumnya gw selalu dikurung oleh pemikiran “ah nga usah nonton di bioskop, di dvd atau di televisi aja”. Tapi film karya Joko Anwar tersebut tidak serta merta membuat gw langsung tertarik untuk mencicipi film-film horor lokal, yang sayangnya masih saja tetap bercita rasa sama seperti ketika gw meninggalkannya 4 tahun silam. Gw mulai lagi menonton film Indonesia di bioskop (hore!), tentu saja sangat memilih, hanya akan menonton film yang memang bagus.

Momen Terburuk: ah seperti biasa gw malah jadi curhat colongan, ngomong kemana-kemana hahahaha. Lewat “18+” gw seperti diajak untuk pertama kalinya berkenalan dengan seorang Nayato (kita bertemu lagi bro), diperkenalkan dengan (masih) parahnya dia membuat film, dan diperkenalkannya Arumi Bachsin, yang kelak akan sering gw temui di film-film Nayato berikutnya (walau memang ini bukan film pertama dia dengan sutradara kesayangannya itu, sebelumnya ada “Pocong Jalan Blora” dan “Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets”). Menonton film ini seperti menunggu deretan momen terburuk untuk datang menghampiri satu-persatu, bukannya bertujuan menghibur, film ini justru sebaliknya seperti punya misi yang jelas-jelas niat sekali membuat gw depresi selama entah berapa durasinya. Semua ditumpuk, semua masalah dimunculkan, di film ini semua dianggap berat dan dipersulit, tapi dengan entengnya juga film ini dengan mudahnya membuat semuanya berujung pada penyelesaian yang paling dangkal tentunya ditemani oleh adegan-adegan yang tidak penting dan juga dialog-dialog ajaib. Gw tentunya tidak akan melupakan “Kalo tetek aku kempes, pantat aku penyok, kamu masih cinta aku?”, inilah quote terbaik tahun ini, sekali lagi gw mengalungi pujaan bagi delapan belas plus.

Efek Samping: basah kuyup, Nayato pintar sekali terus menerus mengguyur filmnya dengan hujan, mungkin dimaksudkan untuk menyegarkan gw yang sudah terlalu depresi dengan film ini. Tetapi ketika filmnya gagal, hujan pun hanya menjadi dramatisasi yang berlebihan, akhirnya hanya membasahi film ini dan membuat luntur kualitasnya.

Sutradara: Ferry Ipey Assad Pemain: Artis Jepang, Rahma Azhari, Putri Patricia, Andreano Phillip, Dimaz Andrea Rilis: 20 Mei 2010 Studio: K2K Production

Banyak yang sudah menebak-nebak film-film KKD pasti menduduki posisi 5 besar, well selamat anda benar, seratus untuk penonton Indonesia yang sudah lebih pintar untuk mengenal mana film yang super-duper-jelek, bahkan tidak harus orang yang ber-IQ normal untuk mengenali bahwa film-film KKD itu berstandar ISO 9000 (Ih Sampah Oplosan dengan 9000 ketololan). Tapi kenapa sampe sekarang K2K dan kroni-kroninya, termasuk KKD sendiri nga pernah sadar mereka udah bikin film yang udah nga bisa lagi dikategorikan buruk atau jelek, mungkin gw harus nanya ahli bahasa, apa kata yang lebih buruk dari “buruk”. Entahlah mungkin mereka kebanyakan nelen roofies sederijen sampe otaknya lumpuh dan kagak ingat apa-apalagi, termasuk mereka bikin film kaya begini, bahkan mungkin saja mereka nga ingat klo mereka itu manusia.

“Rayuan Arwah Penasaran” secara mengejutkan, sial gw kira hari ini nga bakal terjadi, hari dimana gw mengatakan klo film KKD yang satu ini sukses membuat gw seperti orang bodoh. Film yang lebih dikenal dengan sebutan RAYAP oleh anak-anak #vividsm ini adalah film terpintar, terjenius KKD tahun ini. Film yang bisa membuat M. Night Shyamalan mungkin aja membeli copyright-nya dan membawanya ke Hollywood untuk di remake. Dalam Rayap, semua plotnya dibangun dengan tingkat intelejensi yang luar biasa tinggi, ramai dengan ketegangan dan horor yang diracik dengan matang, terakhir dilengkapi dengan twist yang sanggup memelintirkan otak ini berkali-kali. Gw menulis ini lagi tidak bercanda, seratus persen serius, tapi emang dalam keadaan tidak sadar, jelas karena gw mesti menelan obat penenang. KKD membuat film yang MIND-BLOWING?

Momen Terburuk: mungkin klo gw bilang munculnya setan-setan khas KKD adalah hal yang biasa, jadi mari simpan itu untuk film berikutnya, karena ternyata ada yang lebih buruk dari setan-setan akrobatik-jelek-mirip-zombie-diperkosa-babi-ngepet, apaan tuh?? kemunculan salah-satu pemainnya yang diperankan Andreano Phillip. Ketika semua orang di film ini bermain seadanya, Andreano sepertinya yang paling bisa memanfaatkan porsi aktingnya, memaksimalkan performanya hanya dengan bengong bermuka mupeng dan membayangkan yang jorok-jorok. Dia pun terus mengulang wajah default tersebut sambil curhat tidak penting di laptopnya (entah dia mengetik apa karena sepertinya di layar laptop tidak ada tulisan apa-apa).

Efek Samping: gw lupa klo lagi berada di bioskop, karena Rayap benar-benar cemerlang dalam urusan meracik filmnya untuk menghipnotis penonton. Namun sudah pasti bukan menghipnotis dalam artian positip tapi jika dibandingkan sama seperti penjahat yang suka menghipnotis orang buat menjarah barang-barang berharga korbannya, film ini tidak hanya mencuri hak asasi penonton untuk mendapat tontonan yang layak ditonton (entah siapa yang cocok dikasih tontonan film ini, orang gila pun masih terasa tidak manusiawi) tetapi juga sudah merampok slot bioskop yang seharusnya bisa dipakai untuk film yang lebih bisa disebut sebuah film. Lho emang Rayap bukan film?

Sutradara: Steady Rimba Pemain: Andi Soraya, Trio Macan, Tesa Mariska, Ferly Putra, Rizky Mocil  Rilis: 4 Februari 2010 Studio: K2K Production

Sensasi film KKD yang satu ini memang sangat sensasional belum lagi kontroversinya, dari bersiteru dengan badan sensor sampai harus rela tidak jadi tayang, ketika judulnya pada waktu itu masih “Hantu Puncak Datang Bulan”. Tapi bukan KKD namanya jika tidak bisa “menyulap” judulnya yang seharusnya hampir kondang tersebut (padahal KKD sudah susah payah menemukan judul epik ini, sampai harus mendaki gunung, melewati lembah, dan bertapa selama tujuh hari tujuh malam di gua ketek gondrong), guru sulap-nya Nayato ini tinggal mengganti judulnya dengan “Dendam Pocong Mupeng”. Tidak hanya membuktikan jika KKD masih yang terhebat dalam soal memilih judul film paling dangkal tetapi juga dia mampu mengelabui badan sensor, dengan film yang sama namun judul yang berbeda toh akhirnya film ini lolos dengan mulus ke bioskop.

Walau filmnya berhasil nangkring di bioskop, KKD harus rela filmnya banyak digunting oleh badan sensor, kenapa nga sekalian aja dilarang tayang lagi (?) itu pertanyaan bernilai satu milyar yang sampe sekarang gw nga bisa jawab. Ah tapi KKD tenang-tenang saja, justru karena guntingan acak-kadut malah makin membuat filmnya hancur berantakan. KKD orangnya memang sabar, sesabar dia ketika mendapat hujatan dari mana-mana, jadi ketika filmnya dihancurkan, dikecam, kontroversial, yah dia pasrah saja, toh itu jadi bagian dari publikasi gratis, dan dia akan masih menerima gelontoran uang dari tiket demi tiket yang terjual di bioskop, well akhirnya dia bisa membuat film lagi. KKD memang tidak selaris Nayato yang ditarik rumah produksi sana-sini, tidak juga produktif tahun ini, hanya empat film saja kalau tidak salah. Tapi efeknya lebih busuk dari ke-14 film Nayato yang digabung jadi satu, termasuk film ini salah-satu masterpiece-nya tahun ini. Baiklah gw akan terjun bebas dari pohon cabe sekarang….

Momen Terburuk: Semua adegan yang saling terajut selama 400 jam durasinya adalah momen terburuk, KKD tidak sedikitpun memberi nafas gw untuk membetulkan posisi otak yang saat itu hampir saja melintir 180 derajat. Tapi yang paling terburuk adalah bagaimana caranya KKD bisa punya ide untuk membuat hantu-hantu yang seperti abis tertabrak gerobak bubur ini jadi kelihatan amat manusiawi. Berbeda dengan Nayato yang hobinya menyiksa hantu-hantunya, KKD punya pendekatan yang bisa terbilang manis manja grup (buseeeet!!), dia memanusiakan hantu, sebaliknya dia juga membuat manusia justru terlihat kaya setan dengan aktingnya yang sangat horor. Hanya di film ini lo bisa liat hantu bermesraan-janganlah-cepat-berlalu-oh-kemesraan-ini, hantu yang cemburuan, hantu yang tukang ngintip orang mandi sampe dilemparin celana dalam (alhasil pocong pun berubah jadi pocong kancut, makin serem donk? pastinya).

Efek Samping: autis di bioskop karena hampir setiap menit pasti nga tahan buat lempar celaan, mendadak bego sampe sempet-sempetnya sms-an padahal hapenya waktu itu mati total, silahkan untuk nga percaya, tetapi setiap nonton film KKD pasti ada aja kutukannya lho, well anak #vividsm udah pernah mengalaminya, termasuk gw yang dateng kerumah tahu-tahunya kamar banjir, nga ada hujan padahal… #kutukanKKD

Sutradara: Ferry Ipey Assad Pemain: Enno Lerian, Pinkan Mambo, (artis Korea), Roy Marten, Dimaz Andrean, Melina Zafar, Adhi Pawitra Rilis: 22 Juli 2010 Studio: K2K Production

Oh Tuhan, gw bertemu lagi sama “Selimut Berdarah” -__- film yang gw anggep paling sakit tahun ini, bukan sakit dalam artian banyak adegan bunuh-bunuhan sadis, tapi betul-betul bikin gw sakit, muntah-muntah abis nonton ini. “Selimut Berdarah” tuh diibaratkan kaya gw yang lagi ada di kapal kecil trus diombang-ambing ombak kesana-kemari, pasti bakal mabuk laut tingkat akut. Film ini tidak hanya bikin muntah tapi juga bikin depresi, jadi setelah sukses bikin rekor ngabisin kantong muntah terbanyak, film ini juga sukses bikin gw bolak-balik ke psikiater hanya untuk curhat KKD udah jahat banget sama gw. Serius, gw udah nga mempermasalahkan ceritanya yang mendaur-ulang Memento-nya Nolan, tapi kenapa bisa-bisanya KKD bikin film dengan segudang ketololan yang pada akhirnya justru membuat penonton hilang ingatan, seperti pelakon utama yang katanya mengidap penyakit Short Term Memory Loss Syndrome.

Keluar bioskop gw kaya orang goblok, sampe nga bisa bedain mana tempat pipis dan yang mana tempat cuci tangan, akhirnya gw malah pipis di poster “Selimut Berdarah”. Film ini jelas gw labelin “100% non-tontonan manusia” dan harapan gw pas review film ini berbulan-bulan lalu ternyata tidak terkabul, “Selimut Berdarah” gw harap dapat fatwa harap dirilis dalam bentuk VCD/DVD, eh tapi sialnya gw melihat keping-keping film propaganda planet mesumnus ini sudah manis terpajang di toko-toko film.

Karena gw nga mau lagi muntah-muntah dan bayar mahal psikiater, gw akan terpaksa men-skip Momen Terburuk dan Efeknya, toh gw udah menjelaskan segelintir efeknya di tulisan gw diatas… tapi efek paling jelas dari “Selimut Berdarah” adalah sekali lagi gw disadarkan ternyata benar apa yang KKD selama ini bilang “bikin film bagus itu mudah” apalagi klo bikin filmnya nga pake otak manusia yah, tapi pake otak babi ngepet. Terus ngapain juga om Roy Marten main di film kaya gini *nohope

Sutradara: Petruska Karangan Pemain: Cynthiara Alona, Teguh Julianto, Amastur, Anggun, Nia, Elfrida Manik, Winda Amanta, Daffy, Faizal Rilis: 18 Februari 2010 Studio: Mm Creations

Gw percaya aja pas sutradaranya Petruska Karangan mengarang klo “Diperkosa Setan” jauh dari unsur porno dan vulgar dan murni hanya komedi horor. KKD tampaknya harus siaga karena film produksi Mm Creations ini ternyata berhasil melampaui kesuksesan dia dalam menggarap film-film tanpa kualitas, mengambil start lebih dulu dari pada K2K di tahun ini, film ini toh akhirnya selamat dari gempuran sesama film jelek lainnya, entah itu dari KKD dan Nayato lalu sukses bertengger di posisi puncak di daftar prestisius gw ini. “Diperkosa Setan” bikin film-film KKD kaya film normal, bikin film Nayato malah jauh lebih bagus, dan bikin kecerdasan gw yang pas-pas-an terasa tengah diperkosa.

Sekali lagi muncul pertanyaan satu milyar, kenapa kok film-film kaya gini bisa lolos ke bioskop dan gw penasaran berapa orang yang menonton. “Diperkosa Setan” jelas sebuah karya yang patut untuk tidak dihargai, karena film ini toh memang tidak ingin dihargai dengan membuat film yang asal jadi, yang penting ada Alona beraksi multi-dimensi, diperkosa secara virtual, dan ditambah setan-setan yang nga lebih cuma menambah ancur film ini. Mungkin film ini bisa dikategorikan film bencana, karena dengan dampaknya yang destruktif terhadap perfilman tanah air khususnya horor, yang tahun ini sama sekali tidak menyisakan film-film yang cukup berkualitas, didominasi oleh pocong apes Nayato. Beruntung masih ada “Rumah Dara” yang sayangnya jadi film horor satu-satunya yang menghibur gw sepanjang tahun ini. “Diperkosa Setan” sudah sukses memperkosa sinema tanah air, saya hanya bisa berharap tahun depan tidak ada lagi film seperti ini, amin.

Tunggu, gw belom selesai diluar 20 film terburuk yang udah gw sebutin, ternyata ada satu film yang benar-benar membuat KKD harus banting otak memikirkan film tandingan trus bikin Nayato depresi karena ke-14 filmnya tahun ini tidak mampu mengalahkan satu film ini, lalu bikin Petruska Karangan tidak jadi bangga karena filmnya ada di posisi ke-1 dan merasa “Diperkosa Setan” justru diperkosa balik oleh film yang satu ini. Sebagai penutup gw mempersembahkan: #SpecialMention “Ciin… Tetangga Gw, Kuntilanak!”, okay that’s it! Semoga tahun depan gw nga harus bikin daftar kaya gini lagi atau melabeli sebuah film dengan kancut KKD, sekali lagi amin.

Sekian dan terima kasih 🙂

PART 1 PART 2 PART 3