Your husband is not sleeping, Sarah, He’s Dead!

Let me first say “fu*k you” to Beatrice Dalle, well bukan sama orangnya tapi sama lakon yang dia perankan di Inside (À l’intérieur). Karena karakter dia di film ini kagak dikasih nama sama sutradaranya, gw akan berbaik hati ngasih nama dia, hmmm bitch aja kali yah. Film horor tebas-tebasan asal Perancis ini dibuka dengan sebuah kecelakaan maut (duet DePe sama JuPe di film Arwah Goyang Karawang juga maut tuh *muntah) yang menimpa Sarah (Alysson Paradis), kecelakaan tersebut merenggut nyawa suaminya. Ok film melompat ke beberapa bulan kemudian, tepatnya pada hari Natal, kita melihat Sarah sudah berbadan dua alias hamil besar dan bersiap untuk melahirkan anak pertamanya. Sejak ditinggal pergi suaminya, Sarah seperti kehilangan segalanya, dunia tidak lagi jadi tempat dia untuk tersenyum. Tapi semua akan segera berubah, secepat jentikan jari.

Malamnya Sarah terganggu oleh seorang wanita misterius (bitch) yang meminta bantuan, menyuruhnya membukakan pintu untuk menggunakan telepon. Tapi Sarah ingat pesan bijak yang mengatakan “jangan bukakan pintu untuk orang asing, apalagi alien”, maka dia terpaksa berbohong jika suaminya sedang tertidur dan dia tidak mau diganggu. Tapi si bitch ini terus bersikeras untuk masuk plus dia ternyata tahu kalo suami Sarah sudah lama meninggal. “For god sake! darimana dia tahu suami gw udah meninggal, sutradara kamu memang asshole ngasih tahu facebook gw ke bitch”, seperti itulah kira-kira Sarah menggeretu sepanjang malam. Tidak berhasil membujuk Sarah membukakan pintu, si bitch sekarang dengan norak mejeng di depan jendela dan memaksa untuk masuk dengan memecahkan kaca, sambil ngerokok pula doi. Sarah yang kerjaannya tukang foto-foto di sebuah surat kabar atau majalah (gw lupa), langsung mengambil kameranya dan berusaha memotret si bitch, tidak lupa menuliskan nota berapa dia harus membayar dan kapan bisa ambil fotonya. Sarah juga tidak lupa menekan tombol 14045!

(Ting Tong) suara bel berbunyi, “ini pesanan anda, total…” (kuis..kuis siapa diaaa!!) ternyata pengantar makanan cepat saji, “ambil aja kembaliannya bang…” jawab Sarah sambil menyerahkan uang recehan seribuan. Ternyata bitch masih di depan jendela makin kesal karena tidak dibagi makan (mukanya sudah kaya muka YM gini nih > -_-) oh iya Sarah lupa menelepon polisi. “Pak tolong kesini ada cewek gila mau maksa masuk rumah gw nih, maaf pak klo suara gw nga jelas lagi penuh mulutnya sama burger, enak pak, klo cepet kesini mungkin saya bagi”, saut Sarah menjelaskan situasinya kepada pak polisi di telepon. Polisi pun datang ASAP, tapi sayangnya burger sudah habis, lagi-lagi wajah-wajah > -_- terlihat di kamera. Arrrgh!! bitch juga udah kabur ketika polisi datang, dan polisi memastikan Sarah akan baik-baik saja karena mereka akan mengirim patroli polisi untuk melihat keadaan sepanjang malam, ngaruh? I don’t think so mr. policeman.

Sarah merasa semua baik-baik saja tapi ketika dia baru saja tertidur lelap, bitch sudah ada di hadapannya, mencoba menusuk perut besar Sarah. Ketika udelnya sedikit tertusuk dan mengeluarkan darah, Sarah langsung bangun dan bitch spontan menyabet mulutnya. Yup sambil mulutnya berdarah-darah, Sarah menyelamatkan diri ke kamar mandi dan kita pun segera ditawarkan permainan kucing-kucingan ter-BLOODY sepanjang film. apakah si bitch berhasil menangkap buruannya yang mengunci dirinya di kamar mandi? I hope not yah, gw nga tega liat wanita hamil dipaksa main-main dengan orang gila yang membawa pisau. Sebelum gw lanjut, gw mao nanya siapa yang berani-beraninya nambahin sinopsis diatas jadi berantakan gitu, helooooooo!!!

Holi-mother-of-lolipop!! Inside (À l’intérieur) sukses membuat sisi lain gw-yang-sangat-menyukai-film-penuh-darah-dan-gore untuk melompat-lompat kegirangan dan ekspektasi gw salto bulak-balik ngalahin pesenam olimpiade, ketika Dale yang bermetamorfosis menjadi predator tanpa hati manusia dengan asyik mengobrak-ngabrik kehidupan normal Sarah, mengubah rumahnya jadi kolam darah buatan. Lumayan untuk sebuah debut dari duo sutradara Alexandre Bustillo dan Julien Maury, karena mereka tidak malu-malu untuk bermain “kasar” dan berani melabrak norma-norma kemanusiaan melalui karakter wanita tanpa nama yang diperankan oleh Beatrice Dalle. Membuat gw tidak peduli pada apa yang mereka sebut dengan cerita, karena toh lagi-lagi apa yang bisa diharapkan dari cerita ketika gw berharap film ini hanya diguyur oleh darah. Namun ketika gw biasanya acuh, cuek bebek dengan para protagonis di film-film se-penis…maksudnya sejenis. Kali ini Alexandre Bustillo dan Julien Maury bikin gw bete ketika mereka sukses menyentuh kepedulian gw untuk bersimpati dengan Sarah, sang heroine.

Apa yang membuat gw ter-renyuh adalah karena Sarah sedang hamil (biasanya gw juga nga akan menganggap film kaya gini serius, tapi ini pengecualian), seperti Jennifer di I Spit on Your Grave versi film orisinil yang “disantap” dengan brutal, bedanya disini gw dibuat tidak tega dengan menonton seorang ibu hamil besar harus menghindari maut yang ditawarkan oleh Dalle si bitch. Dipenuhi adegan-adegan sadis, film ini juga menyorotnya dengan apik. Momen-momen berdarah tersebut berhasil tertangkap kamera Laurent Bares (Frontiers) dan ditangannya gambar-gambar brutal film ini makin tampil menggemaskan, nyata, dan menyakitkan. Jika ditanya banyak nga darah yang dibuang-buang di film ini? well gw akan jawab sangat banyak, mubajir, dan membuat palang merah mungkin saja menggetok kepala sinting Alexandre Bustillo dan Julien Maury karena sudah buang-buang darah seenaknya.

Inside (À l’intérieur) tidak hanya lihai dalam bermain-main dengan kebrutalannya tapi tampil superior ketika berurusan mengurung penontonnya dalam ketegangan. Apalagi bisa memaksimalkan koridor-koridor sempit rumah Sarah sebagai arena permainan darah dan bacok-bacokan. Alexandre Bustillo dan Julien Maury bak ikut mengunci gw dalam kamar mandi yang sama dimana Sarah terkurung, membiarkan rasa takut itu kegirangan dan rasa penasaran kenapa Beatrice Dalle bernafsu membunuh Sarah itu juga muncul makin bertumpuk. Tapi tentu saja film ini tidak membiarkan kita untuk tahu jawaban dari setiap pertanyaan bodoh itu untuk terjawab karena sebelumnya kita harus rela disemprot darah yang tak ada habisnya. Seperti anak kecil yang senang bermain hujan, gw juga gila menyambut setiap tusukan, robekan, sayatan, bacokan, sabetan, benda tajam yang dipegang Beatrice Dalle. Tapi sayangnya ada momen WTF yang gw kurang suka ketika seorang polisi yang ditembak kepalanya bangkit lagi, zombie? atau hanya lelucon yang diselipkan Alexandre Bustillo dan Julien Maury untuk upayanya meneruskan jalan cerita dengan cara termudah, karena jika iya itu berhasil. Ah sudahlah terlepas dari ceritanya yang cukup basa-basi, munculnya zombie, film ini sudah “mengenyangkan” gw dengan santapan lezat menu-menu brutal dan mengejutkan. Kalau boleh gw minta tambah?

http://twitter.com/#!/raditherapy/status/13269425436233728