Okay, kita ketemu lagi di ronde kedua ajang pertarungan film-film jelek memperebutkan posisi prestisius dalam daftar 20 Film Indonesia Terburuk Periode Januari – Oktober 2010. Sebelumnya gw udah memperkenalkan 5 film yang beruntung menempati posisi 20-16, film-film itu adalah: Toilet 105, Belum Cukup Umur, Menculik Miyabi, Affair, dan Pengantin Topeng. Gw lagi males basa-basi lagi, jadi langsung aja nikmati daftar film-film keren dibawah ini, siapa tahu film favorit anda masuk (semoga saja nga terjadi), enjoy!

Sutradara: Jacki Pemain: Fahrani, Agus Ringgo, Barry Prima, Barri Bintang, Joe Project, Weni Rosaline   Rilis: 14 Oktober 2010 Studio: Diwangkara

Apa yang paling menyebalkan dari film ini ternyata bukan kenyataan filmnya berlebihan disana-sini, dari komedi hingga action-nya. Tapi karena film ini udah ngebohongin gw dan publik, bukan…bukan trailer, tapi sinopsis yang dipajang meyakinkan di website salah-satu jaringan bioskop (gw nga akan cari siapa yang salah). Force yang ada dalam diri gw sangat kuat dan bilang film ini memang niat menipu, dengan segala cerita palsu sang protagonis dibawa ke puncak monas. Yah sinopsis tersebut beda banget sama isi filmnya, lebih jujur trailernya yang isinya murahan karena memang menggambarkan kemurahan isi film ini. Jujur klo aja film ini mengikuti apa yang diceritakan sinopsisnya, mungkin aja gw akan suka, kapan lagi bisa liat baku hantam di-atas monas, eh tunggu… itu juga klo memang ada adegan pertarungannya, jika terusannya Sam dibawa ke atas monas terus disuruh bersihin emas-nya gimana? beruntung “Perjaka Terakhir 2” bisa sedikit menghibur gw dengan melihat Barry Prima berantem, walau chessy dan sebentar, tapi setidaknya lebih menghibur ketimbang keseluruhan filmnya sendiri.

Momen Terburuk: Semua adegan yang melibatkan Ringgo, entah itu ketendang, kepukul, kesiram ataupun adegan penyiksaan lainnya, yang harapannya bisa memancing penonton ketawa. Gw nga akan menyalahkan Ringgo, dia bisa bermain bagus jika emang skenario dan porsi perannya dibuat bagus, tapi jalan cerita film ini emang mengharuskan Ringgo untuk tersiksa, jadi kualitas aktingnya pun ikut tersiksa. Maaf Ringgo wajah kamu yang innocent itu tidak berhasil sekarang…next!

Efek Samping: Tidak bisa tertawa akhirnya depresi, plus kepikiran kenapa nga gw makan aja popcorn yang gw beli pas nonton film ini, emang sih rasanya hambar dan agak kecut tapi filmnya sendiri lebih buruk rasanya.

Sutradara: Helfi Kardit Pemain: Cindy Anggrina, Boy Hamzah, Jehaan Sienna, Maeeva Amin Waqid, Ricky Ertan Rilis: 21 Oktober 2010 Studio: D’color Entertainment

Lupakan jika ada film berjudul The Social Network-nya David Fincher, karena film horor lokal punya tandingan yang bikin Mark Zuckerberg dan kawan-kawannya pasti kabur lari terbirit-birit. Mark sendiri mungkin tidak pernah membayangkan jika suatu saat situs jejaringnya tidak hanya diakses manusia, tetapi juga “Setan Facebook”. Disutradarai oleh Helfi Kardit, orang yang sama yang menyuruh setan-setan untuk kasting keramas, film ini tidak menawarkan apa-apa, tidak ada yang baru, kecuali setannya yang eksis total. Gw nga habis pikir kenapa harus pake fesbuk buat ngincer korban-korbannya, si setan juga kaya nga ada kerjaan lain selain online, cari temen baru dan bodohnya setelah di konfirmasi, mereka justru dibunuh. Gimana mau banyak temen klo gitu caranya, abis di-add malah nongol dari layar komputer trus makin eksis di depan kamera. Foto fesbuk udah cukup alay, data diri masukin sekalian: doyan ngebunuh temen yang baru di-add.

Momen Terburuk: Ketika protagonis menanyakan password fesbuk kepada seseorang yang pernah punya hubungan dengan si setan, orang ini gila dan trus aja dipaksa bicara soal fesbuk. Klo adegan kemunculan setan sangat-sangat mengganggu gw, ide tentang password fesbuk buat mengusir setan, lebih mengganggu. Trik exorcist-nya Cotton (Last Exorcism) jadi kelihatan seperti mainan anak-anak ketimbang cara film ini untuk ngusir si setan, yaitu dengan password fesbuk.

Efek Samping: Baru kali ini gw harus nutup kuping ketika menonton film di bioskop, maunya sih nutup mata trus teriak-teriak, tapi filmnya nga serem, justru berisik setengah mati dan bisa bikin gangguan telinga. Penderitaan latar belakang musik dan efek suara yang sangat berlebihan (sumpah berisik banget) itu pun bertubi-tubi nga hanya sekali, tapi karena setannya muncul setiap 5 menit sekali, gw pun harus nutup kuping sesering mungkin, bodo amat dibilang norak sama penonton di sebelah, daripada keluar bioskop kuping gw rusak.

Sutradara: Rizal Mantovani Pemain: Fahrani Empel, Rebecca, Shinta Bachir, Dallas Pratama, Meidian Maladi  Rilis: 29 April 2010 Studio: Rapi Films

Masih inget sama “Jelangkung”? film horor yang nga ada habisnya diomongin pas gw masih penakut dan duduk di bangku sekolahan (gini-gini yang punya blog pernah sekolah lho). Film yang sukses bikin gw parno dan trus liat ke kolong kasur dan ngeliatin trus ke arah pintu kamar, klo-klo tiba-tiba pintu kebuka sendiri trus ada sosok perempuan dengan kostum suster lewat (hiiiiy!!). Rizal Mantovani pernah membuat film yang mengerikan pada zamannya, walau klo ditonton sekarang rasanya udah beda jauh. “Jelangkung” juga berhasil mengajak filmaker lain buat berlomba membuat film horor dengan formula sejenis dan genre horor pun mulai mendominasi film Indonesia di bioskop, sayangnya itu semua tidak dibarengi dengan kualitas, yang penting kuantitas penonton yang membeli tiket.

“Air Terjun Pengantin”-nya Rizal yang rilis 2009 lagi-lagi memberi sinyal pada film-film horor lain untuk berhenti membuat film berhantu, sebagai gantinya mencoba mengikuti jejak sukses ATP dengan slasher-nya. Film-film aneh bin ajaib pun muncul, dengan formula pantai, air terjun, cewek-cewek berbikini, dan kebodohan yang terlihat jelas mendominasi. Setelah ATP, Rizal sepertinya belum kapok, maka rilislah “Taring” yang tidak jauh berbeda dengan film yang dibintangi Tamara tersebut. Bedanya sekarang lokasinya berada di hutan Werenggini yang berdedemit. Bisa dibilang film ini tampak seperti sebuah sekuel yang melanjutkan kebodohan ATP.

Momen Terburuk: Adegan model-model yang terjun ke kolam dan saling melepas bra masing-masing. Adegan tidak penting ini ditambah bikin muntah ketika si make up artist bernama Cici tapi punya bodi Jaka, ingin ikut mandi bareng sambil membuka bajunya.

Efek Samping: Selain sering mamer kuku-kuku cantiknya yang baru aja di menikur, si setan Werenggini juga jago main akrobat. Beberapa kali dia mengejar korban-korbannya sambil kayang, kalah deh spiderwalk-nya The Exorcist yang melegenda itu. Ketika setan Werenggini asyik berakrobatik kayang, malah gw yang sakit punggung, yup serem kagak bikin ketawa iya dan gw alhasil pulang ke rumah lalu terpaksa memanggil tukang pijit.

Sutradara: Muhammad Yusuf Pemain: Aurellie Moeremans, Ferdy, Ray Sahetaphy, Yurike Prastika, Him Damsyik, Hengky Solaiman, Tatang Gepeng, Fairly, Adam Jackson  Rilis: Februari 2010 Studio: Skylar Picture

Kesialan yang menimpa orang-orang yang tidak sengaja bertemu atau berpapasan dengan sang tokoh utama Shanti (Aurellie Moeremans) ternyata juga secara tidak langsung kena ke penonton, apalagi parahnya penonton yang paling sering “berpapasan” dengan Shanti, jadi menonton film ini seperti sebuah kesialan. “JINX” memang toh dikelilingi oleh sial, seperti judulnya yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti nasib malang. Dari segi cerita film ini sialnya asyik menumpuk-numpuk plotnya tanpa alur yang bersahabat, semua pemainnya punya ceritanya masing-masing, yah kumpulan pemain yang tidak sedikit itu, dan film ini seenaknya masukin semua cerita tanpa memikirkan penontonnya yang sudah bermuka pucat di bangku penonton, menahan muntah. Bukannya meredakan mabuk laut…maksud saya mabuk jinx, film ini justru menambah penderitaannya dengan kamera yang trus bergerak—niatnya sih pengen keliatan keren ala film-film bourne—tapi bukannya memberikan kesan artistik, pengambilan gambar yang terus bergoyang (kayanya kameramennya salah satu anggota trio macan nih) malah bikin kantong muntah gw terisi penuh. Lumayan buat nimpuk layar bioskop pas pulang, alhasil gw dikejar-kejar satpam, jika digambarkan akan seperti adegan di film ini dengan kamera goyang-goyang.

Momen Terburuk: Semua adegan yang meng-close up muka nga enak pemainnya plus sisa nasi dan jigong yang masih nempel di gigi dan pipinye.

Efek Samping: Minum obat puyeng sampe 5 biji ditambah ditempel koyo cabe, buset!! udah kaya ibu kost yang belum dapet uang kost bulanan dari anak-anak gini. Seharusnya di awal film dikasih peringatan: bagi yang gampang pusing, mabok, dan tidur nga usah nonton film ini, kameranya 100 persen bergoyang, ceritanya nga jelas, dan bikin bosen.

Sutradara: Nayato Fio Nuala Pemain: Ratu Felisha, Uli Auliani, Fero Walandouw, Billy Ade Sumirat, Rozie Mahally, Rommy Ravalzy Rilis: 29 Juli 2010 Studio: Mitra Pictures

“Nakalnya Anak Muda” bisa dilihat dari judulnya saja sudah bikin nga mood, film ini menandai kehebatan lain dari nayato yang ternyata tidak hanya hebat dalam urusan bikin film, sutradara produktif ini juga jago banget main sulap. Sehabis ikut ajang The Master, dia langsung memamerkan kelihaiannya bermain sulap dengan mengubah judul film ini dari Jeritan Perawan menjadi judul resminya sekarang. Yah mengganti judul film itu memang wajar di industri perfilman, tapi klo nga sampe 24 jam tiba-tiba judulnya ganti, apakah bukan sulap hebat itu namanya. Melihat isi filmnya yang penuh dengan adegan sadis, slasher sejati, gw lebih memilih judul JIPER: Jeritan Perawan deh ketimbang “Nakalnya Anak Muda” yang kesannya loyo dan nga mewakili bergalon-galon darah yang membanjiri film ini. Serius ini film paling berdarah tahun ini!

Momen Terburuk: Sebenernya ngeliat posternya aja udah momen terburuk, lagi-lagi cuma ngasih liat beberapa pemainnya berjejer nga jelas, yang cowok telanjang dada, yang cewe nongolin belahannya dan diberi sudut pas dan efek sotosop supaya terkesan lebih besar, harapannya sukses mancing penonton-penonton cowok. Tapi yang lebih buruk lagi ketika pengantin topeng muncul lagi dari kuburnya, kali ini tidak memakai topeng hanya berjas hujan. Nayato pun menyuruhnya untuk membunuh ngasal yang akhirnya justru mengenai kualitas film ini, akhirnya kualitas pun bocor bermandikan darah.

Efek Samping: memuja-muja sang sutradara karena sukses membuat film slasher paling keren yang pernah gw liat, produktivitasnya patut diacungi jempol buntung. Nayato plis bikin akun twitter dong biar gw bisa follow kamyu!

PART 1 PART 3 LAST PART