Bagi kalian orang-orang yang gw cintai yang suka mampir, baca, meng-komentari, atau menghujat blog “raditherapy” (gw percaya diri sekali blog ini ada pengunjungnya ya), mungkin tahu, sadar, kenal, atau pernah mendengar betapa muaknya gw sama film-film horor Indonesia yang gw labeli “kancut” di review-review gw, saking muaknya dengan film-film yang udah nga usah gw bilang lagi siapa yang bikin, gw sampe udah nga bisa memuntahkannya lagi dengan kata-kata lewat mulut, alhasil yang bisa gw lakuin hanya menulis. Toh gw juga sebenarnya tak pandai seperti tupai yang melompat untuk soal berkata-kata lewat bibir yang seksi ini. Kalau sudah muak kenapa masih aja nonton film-film begituan? well pertanyaan yang udah ditanya sama banyak orang juga nih (sekali lagi gw ke-pedean). Sebenarnya males juga ber-koar-koar kenapa gw masih aja nonton film-film yang banyak orang bilang film sampah ini.
Alasannya cuma satu, biarlah gw jadi “tumbal” film-film jelek, mengajak orang lain buat nga usah deh nonton lagi film-film kacrut ini. Yah se-simple itu, bukan buat mencari sensasi basi atau biar pengunjung blog ini naik drastis dengan gw me-review film-film tersebut. Klo gw boleh milih sih, gw nga akan pernah membuang waktu buat nulis panjang lebar, tapi itu komitmen gw dari awal (I’m a man of my word klo kata Joker mah), klo gw nga nonton gimana caranya gw bisa bilang film itu jelek, tidak layak tonton, dan tidak usah lagi deh nonton film-film yang bersangkutan, jika gwnya sendiri nga nonton. Setelah gw nonton pun itu udah kaya tugas gw untuk mempublikasikan kepada publik, hey film ini gw kasih bintang kancut, jadi artinya nga usah deh ditonton.
Karena hak orang lain juga untuk nonton apa yang mereka mau tonton, gw nga bisa seenaknya maksa begitu aja orang lain untuk “jangan nonton”, yang bisa gw lakuin cuma mencolek “lemah lembut” calon penonton lewat tulisan/review di blog ini. Jadi di setiap tulisan gw, kata demi katanya disitu tersimpan doa dan harapan supaya nga ada lagi penonton yang mengisi bangku bioskop untuk menonton film-film kacrut (dan ngarepnya pesan gw disebarkan ke pelosok gang-gang dan kampung-kampung di Indonesia, Amin). Udah kaya misi yang tidak mungkin, tapi gw percaya semua itu mungkin klo dikerjain (klo diem aja baru namanya nga mungkin toh). Sama halnya klo gw percaya penonton Indonesia udah pada pinter-lah buat nga milih nonton film-film mereka-yang-tidak-boleh-disebut-namanya (klo kata orang sunda pamali klo disebutin). Tapi kenyataannya film-film ini masih aja ada penontonnya, jadi ketika masih ada bangku terisi di film-film kacrut ini, gw juga nga akan berhenti “bertarung” dengan mereka.
Duh, kok malah jadi curhat! hahahaha, yah sekali-kali terbukalah sama para pembacanya ya nga (apaan sih nih? kebanyakan ngomong gw makin terlihat aneh yah), intinya inilah salah-satu cara gw buat membantu (sedikit) menyelamatkan perfilman tanah air yang tampaknya sedang dianiaya oleh para alien dari planet mesumnus, yang misinya cuma satu: membodohi penonton lalu dengan seenaknya mengeruk uang dari tiket demi tiket yang dijual. Mereka inilah yang harus di-stop, mereka yang membuat filmnya tanpa kecintaan terhadap film itu sendiri. Jadi gw mau mengajak, yang doyan nulis di blog trus aja nulis, klo kalian abis nonton film kacrut, silahkan review sejujur-jujur-nya dan sebarkan pesan “stop nonton film jelek”-nya. Bagi yang udah stop nonton film-film kacrut, saya bangga dengan kalian! bagi para filmmaker yang keren, baik hati, dan masih peduli dengan nasib film kita, teruskan perjuangan kalian, bikin film-film bagus.
Silahkan skip baca tulisan panjang diatas klo emang males baca, sekarang saatnya gw mempersembahkan film-film Indonesia terburuk yang udah gw tonton tahun ini, kenapa tahun ini aja, karena emang gw mulai menonton film-film yang sayangnya jelek itu yah dimulai tahun ini, sebelumnya gw sangat-sangat anti menonton film yang dari posternya aja udah keliatan-lah filmnya kaya apa. Tapi sekali lagi saya tergerak untuk bertindak, susah klo sudah diteriaki hati yang menjerit. Pasti semua udah bisa nebak film-film siapa yang bakal mendominasi di list prestisius gw ini, mari acungi jempol ber-upil untuk film-film yang sudah rela dibuat untuk menjadi jelek. Sebelumnya saya mau memberi warning film-film dibawah ini punya efek menurunkan tingkat intelejensi, jadi sebaiknya ditemani akal sehat dan jangan sambil ngemil, gw nga akan tanggung jawab klo nanti muntah. Oke gw mulai aja yah menghitung mundur film-film terburuk sepanjang tahun ini, periode Januari sampai Oktober 2010 *toeeeeeeeeet
Sutradara: Hartawan Triguna Pemain: Coralie Gerard, Ricky Harun, Indra Birowo, Aming Sugandhi Rilis: 14 Januari 2010 Studio: MVP Pictures
Mari standing ovation untuk film pertama di daftar film terburuk ini, “Toilet 105” yang disutradarai oleh Hartawan Triguna ini mungkin saja berharap bisa duduk tenang berada di posisi 105, sesuai dengan judulnya, tapi gw dengan baik hati menempati film yang rilis pada 14 Januari 2010 ini di urutan buncit, woo-hoo posisi 20…!
Lalu why oh why film yang klo kata twitchfilm: “a film that I personally consider a companion piece in crapiness to fellow Indonesian shlock-fest Raped By Satan” ini bisa masuk list ini? pertama karena “Toilet 105” sukses membuat gw berputar-putar bodoh mencari arti dari 105 di judul, yang ternyata ketika gw lelah dibuat frustasi dengan jalan cerita dan setan black metal yang tidak menyeramkan sama sekali, film ini dengan akhir yang dangkal menyimpulkan arti 105 tersebut dengan seenaknya saja tanpa memikirkan penonton yang sudah bersusah payah mencoba memecahkan misteri kode 105 (atau cuma gw doang yang bego cari-cari letak hubungan 105 dengan jalan cerita), bodohnya gw.
Momen Terburuk: setan black metal muncul dari berbagai tempat, termasuk pamer aksi legendaris yang mengalahkan aksi sadako muncul dari sumur, yaitu dengan nongol dari dalam tempat pipis…eeewwwwww!! epik!! *muncrat french fries *sayang banget
Efek Samping: gw jadi sering kebelet ke toilet karena film ini punya adegan toilet 105 kali ditambah dialog “saya permisi ke toilet” yang entah sudah dimunculkan berapa kali. Efek samping parahnya sih bikin sekolahan terlihat nga jauh beda kaya di mall, bebas ngeluarin baju dengan gaya anak-anaknya yang kaya bukan anak sekolah. Sebuah produk sinetron yang dikanibal lalu dibuat seperti baru untuk tontonan bioskop.
Sutradara: Nayato Fio Nuala Pemain: Joanna Alexandra, Zidni Adam, Mentari Rilis: 4 Maret 2010 Studio: Handmade Film
“Belum Cukup Umur” rilis di bulan Maret, masih di bulan yang sama, Nayato juga bikin film “Affair” dan “Terekam” (disini dia memakai nama Koya Pagayo, tapi anggaplah ini film Nayato juga, lucu ya). Awal-awal tahun saja sudah terlihat produktivitas sutradara yang kelak akan merilis film ke-12 nya di bulan November ini. Masih dengan formula khasnya, film ini mengawali ceritanya dengan tiga muda-mudi yang kebingungan karena salah satunya memasukan “sesuatu” tanpa pengaman yang mengakibatkan salah satunya lagi berbadan dua. Yang memasukkan tidak merasa memasukkan, yang dimasukkan juga sangat lugu, tapi dia yakin dirinya hamil walau kenyataannya belum diperiksa. Bingung dengan apa yang gw tulis, itu cuma gambaran kecil betapa membingungkan film ini saat menceritakan jalan ceritanya, bisa dibilang seperti peribahasa air di daun talas yang nga sengaja daun-nya gw patahin. Artinya apa? gw juga nga tahu *hammer
Momen Terburuk: sempilan adegan menggurui sebelum credit title muncul dan pas gw sebenarnya udah pasang kuda-kuda mau cepat-cepat keluar bioskop.
Efek Samping: Basah, kedinginan (karena film ini terus saja diguyur hujan), dan wajah gw terlihat kaya gw dulu nga ngerjain PR pas sekolah SD (tunggu wajah ketakutan di hukum donk ya), bedanya ketakutan disini karena filmnya lebih horor dari film-film horor nayato. Ngeri banget ketika film ini sangat terlihat bodoh, mereka justru jadi sok menggurui dengan terang-terangan di akhir cerita.
Sutradara: Findo Purnomo Pemain: Maria Ozawa, Rizky Mocil, Nicky Tirta, Herfiza Novianti Rilis: 6 Mei 2010 Studio: Maxima Pictures
Jangan berharap bisa menonton Miyabi beraksi seperti di koleksi vcd, dvd, dan file film di harddisk komputer elo-elo (ketahuan banget nih yang lagi nulis ini pasti ngarep ya ß iyaaaa gaaaan *mewek). “Menculik Miyabi” tak lebih dari film komedi murahan dengan formula film televisi (film-film televisi lain yang bertema komedi masih banyak yang jauh lebih menghibur dari film ini), karena berharap mendulang kesuksesan komersil dengan bermodalkan kehadiran Miyabi (yang cuma seupil), film ini pun dipaksakan jadi tontonan bioskop. Hasilnya adalah satu jam lebih penuh dengan hal mengganggu dari komedinya sendiri sampai kehadiran Rizky Mocil yang menambah dosisnya menjadi dua kali lipat. Kenapa filmnya nga mengganti judul dan plotnya dengan menculik si Mocil?
Momen Terburuk: Kemunculan Rizky Mocil dan geng cupunya yang berkali-kali pake tambahan kata “temans” di setiap dialognya, gini-gini mereka fans Miyabi juga lho.
Efek Samping: hidung gw mimisan, bukan-bukan karena Miyabi muncul dengan balutan pakaian seksi, tapi tanda klo otak gw udah miring sedikit karena tidak bisa terhibur dan tidak bisa tertawa, yang ada justru senyum kecut sepanjang film yang rilis pada bulan Mei ini melahap durasinya.
Sutradara: Nayato Fio Nuala Pemain: Sigi Wimala, Garneta Haruni, Dimaz Aditya, Monique Henry, Rohman Rilis: Maret 2010 Studio: Starvision Plus
Jika “Rumah Dara” tahun ini disebut-sebut sebagai film horor terbaik dengan genre slasher-nya, itu salah besar karena film Nayato “Affair” sukses menyingkirkan film Mo Brothers tersebut dari posisi terhormat film horor terbaik hanya dengan sekali sentilan. Film ini jauh lebih sadis dan berdarah (sekedar sekilas informasi, saya menulis ini sambil diancam akan dilempar gas tiga kilogram #tolongbaim), lihat saja posternya yang dengan brilian memajang quote-quote dari majalah film dan kritikus dunia. Nayato benar-benar kesurupan disini, dia membabat abis porsi drama lalu akhirnya bisa leluasa menyajikan setumpuk adegan menyakitkan yang sangat-sangat memilukan. Adrenalin pun dipompa untuk naik ke level maksimal lewat adegan-adegan yang terkemas dengan kelam dan tak lupa jalan cerita yang dijamin sangat mudah dicerna namun tetap brilian.
Momen Terburuk: Melihat adegan para pemainnya yang kebingungan – bengong – kaget – bengong – pusing – dan – kembali – bingung. Plus: Adegan pertarungan di kamar mandi yang melibatkan gas 3 kg, WTF!! mandi pake gas ya bukan pake air *nancap pisau ke kutil
Efek Samping: Depresi karena cerita yang begitu tak karuan mau dibawa kemana plus banyak adegan sok absurd. 2 bulan dirawat inap karena depresi tersebut, trauma karena ditipu poster dan trailer, terus ditambah pendarahan otak karena ditimpa bertubi-tubi gas 3 kg. Parahnya gw jadi nga mau lagi nonton film-film slasher Indonesia.
Sutradara: Awi Suryadi Pemain: Masayu Anastásia, Lolita Putri, Adelia Rasya, Hardy Hartono, Gabriel Tabalujan, George Timothy Rilis: 15 Juli 2010 Studio: Besinema
Jangan tanya gw kenapa akhir-akhir ini film Indonesia diramaikan dengan judul-judul dangkal dengan memakai kata pengantin. Apakah ini menandakan fase musim kawin di perfilman tanah air, atau hanya ingin mendulang sukses film dengan judul pengantin juga yang katanya sih boks opis dengan jumlah penonton puluhan juta. PEPENG pun segera bergerak—pepeng itu singkatan untuk pengantin topeng—dengan poster ala kadarnya, gila dari poster aja udah nga niat, yang kenyataannya filmya juga dibuat dengan niat nga 100% (kayanya butuh minuman berenergi yang satu itu tuh, gw nga mao iklan ah). Cerita lagi-lagi memasukkan unsur pantai, jadi film ini punya alibi kuat untuk memaksa pemain-pemainnya untuk memakai bikini dan berpose lebih menantang dari adegan sadis yang disiapkan disini. Si “Pengantin Topeng” punya seribu alasan untuk menahan para penonton agar tidak keluar bioskop terlebih dahulu, yah betul dengan segala produk basi mesumisme. Lalu giliran disuruh bergerak untuk membunuh, film ini tidak hanya bodoh tapi juga salah membunuh karena sang pengantin topeng justru membunuh kualitas.
Momen Terburuk: semua pemain berkumpul di sebuah rumah kosong dan menemukan mayat, salah satunya berkata “mayatnya sudah mati”, di luar sang pembunuh yang dari awal mengamati, segera tidak mood untuk membunuh mereka karena kata-kata tersebut.
Efek Samping: kasihan dan terharu karena melihat pengantin topeng yang sudah haus membunuh dipaksa untuk terlihat bodoh dengan terus ngintip di rimbunan semak-semak bau pesing. Plus: pengen ke pantai untuk mandi buang sial habis nonton film ini.
merry go round
Haaiii….
salam kenal.
Rasanya setiap nyari info tentang film sering nyasar ke alamat ini gara-gara Google.
Musti ngomong apa yaa….
– Terimakasih sudah mau menonton semua film cetek itu dan mereviewnya agar publik tidak ikut dibodohi. Tujuan Anda sungguh sangat mulia, karena saya sendiri tidak akan mampu duduk diam di dalam studio sampai film yg bersangkutan selesai.
– Menyenangkan bisa bertemu seseorang yang juga memiliki passion sedemikian besar untuk film. Kalau boleh mengutip ‘just movie-fans not film critic and my review totally sucks’, kecintaan terhadap film memang menghasilkan sesuatu yang luarbiasa ya —-> review film, memilah mana film yg baik atau tidak berdasarkan pendapat pribadi, dan mencoba menyadarkan publik akan film2 Indonesia yg tidak layak tonton.
Satu hal yg saya sesalkan, kenapa baru sekarang ngeh dengan Raditherapy dan memasangnya di blogroll.
Jadi…salam kenal ya. Mohon ijin untuk sering mampir dan komen disini 🙂
raditherapy
Salam kenal juga 🙂
wah makasih udah mampir dan berkomentar, yah sudah saatnya film-film yang kata situ cetek itu tak hanya asyik bercokol di bioskop-bioskop tapi ada yang mengkritiknya dgn “jujur”, karena sekarang menurut apa yg gw liat, review-review film kaya gini yg ada bertebaran di media khususnya internet kebanyakan cuma sinopsis, dan sebagian lagi isinya cuma “cari aman” hehehe…
review-review gw disini juga masih dalam tahap belajar kok, belajar menulis dan belajar menilai, jadi silahkan dikomentari sambil dikritik juga, gw sangat butuh itu…
eh tadi nengok ke blognya, ternyata ada artikel seru ttg europe on screen, sampai ketemu di film2 festival film eropa yah 🙂
Antz
LOL list yang bagus. Saya ketawa ngakak pas baca
Ditunggu lanjutannya loh kk Rangga :B
raditherapy
makasih support-nya, ditunggu 15 film lagi yah… 🙂
rejects22
You did a good job, man. Believe that. You take one for the team. Hahaha.
Andre
we want more…
we want more..
ehem..btw ram, gw yakin seyakin2nya kalo kebanyakan pengisi list 20 pilem kancut indonesia 2010 diisi oleh mas bro nayato…
Cool Jerk
gue heran bagaimana anda bisa rajin menonton film2 ini..???
Ardhi
Radith…. saya sungguh terharu dan salut melihat keberanian anda melawan beribu ke kancut tan dalam film paling sampah dalam sejarah umat manusia ini,… dan misi anda… sungguh mulia.. saya akan membantu 😀
bayusurya
ditunggu untuk part II… 😀
adelwina
peringkat pertama pasti film gerderuwo,mahakarya kkd,sepulang ‘menimba ilmu’ dari india…. 😀
kaarsekar
aha!! akhirnya ngerti juga “misi” raditherapy!
meskipun bukan movie mania atau semacamnya (bahkan movie database-ku error setiap saat),, sejak pertama baca lgs suka sm blog ini,, IMO radit *sokakrab* nulisnya pake hati 🙂
doaku menyertaimu, semoga bangku bioskop di film kancut makin melompong, dan semoga otakmu senantiasa diberi imunitas tinggi untuk menolak bala perkancutan itu. amin! 😉
raditherapy
hahaha panggil gw apa aja, radit boleh kok 😛
doaku menyertaimu, semoga bangku bioskop di film kancut makin melompong, dan semoga otakmu senantiasa diberi imunitas tinggi untuk menolak bala perkancutan itu < amin 🙂
makasih yah udah mampir2 dan support blog ini 🙂
Sang Penjelajah Malam
Hem, blog tentang film ya??
Rea
ngakak abis :)) bahkan gue ga tau kalo emang sebagian besar dr film2 di atas emang eksis ddunia ini 😀
raditherapy
sayangnya dan malangnya film2 itu masih eksis “mengotori” sinema tanah air 🙁
Rea
makanya gue seneng baca postingan lo yang ini 🙂 jadi yaa ‘mereka’ eksis, tapi ada para reviewer yang menyelamatkan para penonton awam dari membuang2 duit untuk film yg ga penting 😀 *eh penting dink, kalo ga ada film2 ini kita jadi ga punya contoh yang bagus buat film yg buruk xD
raditherapy
wah sekali lagi makasih yah… gw hanya mencoba menuliskan keluh kesah jujur gw setelah nonton aja kok hehehehe, eh ini lucu juga > penting dink, kalo ga ada film2 ini kita jadi ga punya contoh yang bagus buat film yg buruk < hahaha 😀
oleh oleh bali
Saya gak habis fikir, kalau liat film indo dengan film barat , kok beda jauh ya , dari segi sinematografi maupun acting , sangat beda jauh. Sepertinya gak ingin membuat film yang cerdas dan berbobot seperti film luar.
raditherapy
wah ada beberapa film kita yg nga kalah kok kualitasnya sama film luar, salah satunya Minggu Pagi di Victoria Park, akting & sinematografi top disitu kualitasnya, sayang sepi pendukung alias yg nonton nga banyak pas diputas 🙁
Rea
hahah, pokoknya gue nanti yg part 3 nya nih 🙂 sukses selalu buat perfilman Indonesia, yeaaah! :beer:
raditherapy
ditunggu aja yah…siapin nyawa dulu buat nulisnya hahaha :beer: juga