New samurai is born!

Jika menonton film-film macam ini, yang pertama harus saya lakukan adalah buru-buru menutupi otak saya yang polos ini dengan jas hujan atau apapun itu, kedua saya mencari nama Yoshihiro Nishimura, dan terbukti disini pun di hadir duduk manis di departemen spesial efek. Jadi saya tidak akan heran jika film ini berubah jadi sajian gila tak berlogika, yang dipenuhi hal-hal ganjil tak masuk di akal. Tapi tentu saja film ini dan film-film sejenis dimana nama Yoshihiro Nishimura muncul entah sebagai apa, selalu ada aturan baku yang menjelaskan untuk nikmati saja setiap adegannya dan tidak usah pusing memikirkan bagaimana caranya payudara berubah menjadi semacam granat lempar atau seseorang bisa melihat kedalam pikiran orang lain dengan cara mengambil otaknya dan mem”plugin” kabel data ke otak tersebut (brilian tak berotak). Kengo Kaji sepertinya tidak puas hanya menulis Tokyo Gore Police, jadi dia memberanikan diri terjun sebagai sutradara dan mengajak Nishimura untuk menangani efek-efek gila di “Samurai Princess” atau dalam bahasa aslinya Samurai purinsesu: Gedô-hime ini. Tidak tanggung-tanggung dia juga terlibat dalam penulisan ceritanya dan untuk cerita tak berotak dan tak berlogika, Kengo memang mempunyai bakat dan sanggup menghadirkan kegilaan versinya sendiri.

Bertemakan balas dendam seperti kebanyakan tema yang diusung film-film sejenis, film ini memfokuskan cerita pada seorang gadis lugu yang tidak pernah diberitahukan nama-nya dari awal, teman-temannya diperkosa dan dibunuh, sedangkan dia ditinggalkan diantara tumpukan tubuh teman-temannya yang sudah terpotong-potong. Beruntung seorang biksu wanita menemukannya dalam keadaan sekarat dan tubuh penuh darah dan luka. Seorang ilmuwan gila bernama Kyoraku menawarkan diri untuk menyelamatkannya dengan cara mengubahnya menjadi mecha (semacam manusia robot atau cyborg). Sang biksu wanita pun menempatkan jiwa kesebelas temannya pada tubuh mecha si gadis yang kelak dikenal dengan nama Samurai Princess. Sampai sini saja otak polos saya sudah tidak tahan ingin keluar dari tempurungnya karena cerita sudah terlalu gila untuk dicerna. Samurai Princess (selanjutnya saya akan tulis dengan si putri) pun berkeliaran mencari orang yang bertanggung jawab atas kematian teman-temannya, termasuk bos mereka yang sepertinya seorang mecha juga. Dewi fortuna ajaibnya hinggap di bahu si putri dan dia pun bertemu dengan tiga anak buah sang bos, malang bagi ketiga orang pembunuh bayaran tersebut karena mereka hanya jadi sasaran pedang samurai yang tiba-tiba keluar begitu saja dari tangan dan senjata rahasia berupa bola payudara yang sukses membuat hancur kepala salah-satunya, sukses juga membuat air liur saya menetes saking begonya.

Tuan putri pun bertemu tak sengaja dengan Gekko yang ternyata sama-sama mecha dan Kyoraku yang menciptakannya. Gekko sendiri memang sedang mencari si putri karena biksu wanita yang dia temui dijalan menyuruhnya untuk mencarinya. Biksu wanita telah menyesali keputusannya untuk menyetujui Kyoraku dan ingin membawa jiwa si putri ke surga untuk membiarkannya istirahat. Selain itu, Gekko juga sebenarnya sedang mencari Kyoraku untuk misi pribadi, balas dendam karena sudah membuat adiknya gila dan mati setelah melakukan operasi mecha. Maka Gekko dan Samurai Princess pun bekerja sama menuntaskan misinya masing-masing, tapi sebelum itu mereka terlebih dahulu dihadang oleh dua orang wanita yang mengklaim sebagai pemburu mecha. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Gekko, gitar super canggihnya, mereka akhirnya bisa melarikan diri. Film ini memang punya segala cara untuk membuat saya betah membiarkan hasrat menghibur diri sendiri ini untuk terpenuhi. Dari memanjakan mata dengan obral berliter-liter darah yang keluar deras bervariasi dari berbagai bagian tubuh sampai visual tak berlogika yang mengobral bertumpuk-tumpuk tubuh manusia yang abrakadabra bisa berubah menjadi senjata mematikan sekaligus menggelikan secara bersamaan.

Jika berbicara soal hiburan tak berotak, boleh dibilang film ini punya momen-momennya, beberapa adegan yang disiapkan oleh Kengo Kaji dan Yoshihiro Nishimura memaksa saya untuk memberikan nilai positif berlumuran darah. Plot ringan amburadul dengan jalan cerita yang sama-sama tak berotak dengan bos mecha yang punya dua kepala, saya tidak punya masalah dengan semua itu, tapi sayangnya Kengo Kaji tidak mengemas jalan ceritanya menarik, malah justru kehilangan momentumnya dari adegan seru ke adegan seru lainnya, diantara itu ada lubang yang menjerumuskan saya ke dalam kebosanan level akut. Di lubang tersebut tersaji porsi drama berdialog panjang-aneh-tak-terarah, akhirnya memaksa saya untuk menurunkan adrenalin dan efek ephoria dari lantai dansa, ketika mereka sedang asyik-asyiknya menari menikmati setiap menit penuh dengan kebrutalan.

Yoshihiro Nishimura sekali lagi sanggup memuntahkan idenya tepat ke depan kamera, pria plontos dan berkacamata ini selalu saja bisa mengejutkan saya dengan berbagai macam efek dan make-up aneh yang berhasil dia sajikan di moncong kamera. Sutradara Hell Driver dan Mutant Girls Squad ini pun sanggup mencerna idenya sampai halus lalu dikeluarkan lewat bokong bergergaji menjadi visual-visual imajinatif, efek-efek cheesy yang menghibur, dan permak wajah aneh yang hasilnya tidak kalah dengan film-film sebelumnya yang melibatkan orang gila yang satu ini. Dengan dukungan talenta jenius dari Nishimura, Kengo Kaji pun ternyata tidak terus larut dengan adegan-adegan yang membosankan dan dia tidak menyia-nyiakan apa yang sudah diciptakan oleh Nishimura. Terbukti Kengo sanggup merampas kembali perhatian saya dengan adegan-adegan gila penuh aksi satria baja hitam versi neraka. Menuju akhir film ini pun menebus kesalahan yang dibuatnya di paruh tengah film, kembali atraktif, menghibur, dan mengisi ruang kosong di tempurung otak saya dengan segala keajaibannya. Yah tidak ada kata terlambat untuk menonton Aino Kishi (silahkan googling namanya) memotong-motong lawannya, mengeluarkan tendangan api dan mempunyai sebelas pasang tangan, kacau!