…dan mereka terlambat menyadarinya

Menggali kuburan lalu menyuruh mayat didalamnya untuk bangun dan berakting adalah pekerjaan yang tidak mungkin, kecuali anda adalah Ki Bidin yang punya ajian sakti untuk membangkitkan orang mati. Namun semuanya menjadi mungkin ketika berbicara soal film (Ki Bidin toh juga adalah karakter fiktif di film Jaka Sembung, walau saya juga percaya dengan hal berbau supernatural dan di dunia ini pasti ada orang yang sanggup membangunkan mereka yang sudah mati), di film kita bisa melihat mereka yang mati bangkit kembali entah karena virus atau dengan alasan-alasan yang kadang tidak diterjemahkan secara gamblang. Kalian pasti tahu film apa yang saya sedang bicarakan, yup film zombie, tapi kali ini saya tidak akan berbasa-basi tentang zombie luar negeri melainkan buatan dalam negeri alias zombie lokal.

Walau tema film zombie sendiri masih terasa asing bagi budaya film horor Indonesia, yang masih terbiasa dengan horor atmosperik berisi pocong dan kuntilanak (dua hantu populer) atau hantu-hantu lainnya, tapi jangan salah sudah ada beberapa film zombie yang bermunculan (kebanyakan memang berakar dari  film-film  independent). Miasma adalah salah-satu film zombie yang akan meramaikan “march of the dead” di sinema horor kita. The Rescue sudah memulainya di tahun 2008, film yang dibesut oleh Raditya Sidharta dan tergabung dalam horor antologi “Takut: Faces of Fear” tersebut, seperti sebuah secercah harapan jika Indonesia juga bisa membuat film zombie yang  berkualitas dan menakutkan. Tidak mau kalah dengan “Backpackers” (Phobia 2) asal Thailand yang sama -sama mengusung tema yang sama dan tergiur untuk “membudayakan” film zombie di negeri sendiri, proyek Miasma hadir dengan semangat yang besar untuk melakukan gebrakan di ranah horor lokal, yah siapa tahu Indonesia kelak akan terkenal dengan zombie-nya seperti apa yang sudah dilakukan Eropa (La Horde, Shaun of the Dead) dan Hollywood (Dawn of the Dead, Zombieland).

Proyek “Miasma” sendiri tergerak dari sebuah keinginan besar, semangat, dan idealis untuk membuat sebuah film zombie karya anak negeri. Proyek ini akan diproduksi oleh Tim JAJAL PROJECT dan ANEMONE CREATIVE STUDIO, bekerjasama dengan IZOC (Indonesian Zombie Club) atau Komunitas Zombie Indonesia dan beberapa komunitas seperti: Komunitas 2 siang Univ. Budi Luhur, SINEMA (Sineas Muda SMK Manggala), KOFIMATANG (Komunitas Film Pendek SMAN 3 Tangerang), dan Indonesian Beatbox Community. Ari Fastono & Dion Widhi Putra yang duduk di bangku sutradara, bukan orang baru dalam urusan mengarahkan mayat-mayat hidup berakting di depan kamera, mereka sebelumnya pernah terlibat juga dalam pembuatan film pendek bertema zombie, Sitanala & The Lost Tape.

Dikutip dari blog resminya:

Konsep kita sebenernya mau berbicara tentang kondisi Indonesia sekarang yang sudah tidak kondusif lagi buat anak cucu kita dimasa depan, trus kita mau nyoba kasih gambaran tentang apa yang mungkin aja Tuhan lakukan sebagai ganjaran atas apa yang udah kita lakukan sekarang, terlepas itu hal baik atau hal buruk. Film ini sih intinya mau ngasih peringatan buat kita-kita aja warga Jakarta, biar lebih care sama tempat yang mereka tinggali. Dikarenakan kita tidak bisa ngomong sama mereka langsung, kita mau ngomong pake karya ini, semoga aja dengan berjalannya karya ini, nantinya ke mana-mana spirit kita ini bisa dimaknai oleh semua orang

Penasaran seperti apa filmnya, berikut ada klip “first look” yang menampilkan zombie-zombie kelaparan di Miasma.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=TvttwUh68QY]

Sinopsis: Beberapa tahun setelah transmigrasi besar-besaran dikarenakan perpindahan Ibukota Negara. Jakarta menjadi kota besar yang mengalami fase “pengurangan perhatian” dari Pemerintah. Dan Jonggol sebagai ibukota Negara baru berkonsep Cyber Green Metropolis mencuri hati sebagian masyarakat dan membuat mereka sadar akan arti pentingnya lingkungan. Hingga suatu waktu, BMKG memprediksikan bahwa Matahari akan memancarkan suhu tertingginya pada periode 2 tahun mendatang, laporan ini membuat semua jajaran departemen Negara diberikan perintah untuk menanggulangi segala kerugian akibat peristiwa tersebut.

Keputusan telah diambil dan Waktu yang diprediksikan terjadi, namun pemerintah telah mensiasati hari paling panas tersebut dengan membuat hujan buatan. Namun apa yang terjadi. Sepekan setelah hujan deras di pertengahan bulan Mei yang panas terjadilah peristiwa kematian massal akibat kerusakan otak yang masih misterius.

6 jam berlalu dan Status ibukota Jakarta kini Siaga 1. Kerusuhan dan kekacauan ada di penjuru kota. Seluruh pasukan bersenjata yang diturunkan oleh Polri dan Dephankam, tidak berhasil mengamankan ibukota.

Masyarakat yang terjebak di dalam kepanikan, tidak bisa saling mempercayai lagi dan mereka pun berlarian menyerang satu sama lain tanpa sebab yang jelas. Di tengah kekacauan itu, sekelompok orang yang dipimpin oleh seorang dari Satuan Khusus yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan terus berjuang di tengah kekacauan.

Akankah mereka terus hidup? Dan apa yang sebenarnya terjadi di Jakarta?

Yang pasti Jakarta kini benar-benar ditinggalkan

Dan mereka terlambat menyadarinya.

Silahkan kunjungi blog resmi “MIASMA” untuk tahu lebih banyak tentang proyek ini dan update-update terbarunya.