Born to bleed fighting to succeed Built to endure what this world throws at me ~ In Ashes They Shall Reap

Setelah digempur pada bulan September lalu oleh dua band metal asal Amerika Serikat, “Dying Fetus” dan “Exodus”, Indonesia kembali kedatangan satu lagi band asal negeri paman Sam tersebut, Hatebreed sukses “membakar” Hall Basket Senayan, Jakarta pada Rabu malam, 27 Oktober 2010. Konser yang dipromotori oleh Lian Mipro dan Fulltrek.com ini pun sukses mengundang ribuan penggemar band hardcore tersebut, tidak hanya dari kota Jakarta dan sekitarnya tetapi juga dari Bandung, Tasikmalaya, Yogjakarta, Solo dan Surabaya, sengaja datang melihat band idola mereka manggung setelah menunggu dengan sabar selama lebih dari 10 tahun. Band yang juga sering terlibat dalam mengisi soundtrack film ini—termasuk “Punisher: War Zone” yang rilis di tahun 2008—memang pernah digosipkan akan datang ke tanah air untuk menemui penggemar-penggemarnya tapi akhirnya baru sekarang mereka bisa mampir ke Indonesia, lewat rangkaian tur Asia Tenggara bertajuk “Rise Brutality Asian Tour 2010”. Impian para die hard fans-nya Hatebreed pun terkabul, kini James Jasta, Chris Beattie, Wayne Lozinak, Matt Bryne, dan Frank Novinec berdiri didepan mereka.

Konser yang dimulai pada pukul 7.30 malam ini dibuka oleh band hardcore metal asal Depok, Paper Gangster. Hall Basket Senayan pun segera dipenuhi oleh penonton yang didominasi oleh atribut serba hitam, berbondong-bondong masuk dengan dihiasi oleh kaos-kaos bertulisan Hatebreed dimana-mana, seperti sebuah tanda penghormatan dan kecintaan mereka pada band tersebut. Setelah sekitar satu jam “pemanasan” diiringi oleh tembang-tembang gahar milik Paper Gangster, para serdadu hardcore metal terlebih dahulu diajak menundukkan kepala, mendoakan saudara-saudara setanah air di Metawai, Merapi, dan Wasior yang tengah dilanda bencana alam. Musik boleh keras tapi apa yang ditunjukkan oleh penonton Hatebreed pada malam itu menandakan mereka juga memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Tepat sekitar pukul 9 malam, James Jasta dan kawan-kawan pun keluar dari balik panggung menyapa penggemarnya yang sudah menunggu tak sabar, tanpa basa-basi Hatebreed mulai menyihir hampir 2000 orang untuk mengepalkan tangan mereka di udara, bernyanyi bersama, berteriak sekeras-kerasnya, tidak lupa moshing, dan headbanging. Hall Basket Senayan pun bergemuruh, terbakar, dan dibanjiri keringat.

Hatebreed membawakan total sekitar 20 lagu, termasuk deretan lagu-lagu jagoan seperti “Doomsayer” dan “This is Now” dari album ketiga “The Rise of Brutality”, lalu “Everyone Bleeds Now” dan “In Ashes They Shall Reap” (lagu ini juga masuk dalam soundtrack film horor SAW VI) dari album terbaru bernama sama dengan bandnya “Hatebreed”. Dari album ke-empat “Supremacy”, James Jasta mengajak penggemarnya berteriak destroy everything! destroy everything! destroy everything!” dalam lagu yang berjudul “Destroy Everything”, tidak ketinggalan “Defeatist” dan “As Diehard As They Come” dari album yang sama. Kegaharan gitar Frank dan Wayne, gebukan drum Matt Bryne dan permainan bas Chris Beattie yang menggila, ditambah suara James Jasta pun terus berlanjut makin memanaskan Hall Basket Senayan dengan lagu-lagu dari album ke dua, “Perseverance”. Penonton yang sudah menari kesana-kemari juga diajak kembali nostalgia dengan lagu lawas dari album pertama Hatebreed “Satisfaction Is the Death of Desire”, yang rilis pada 1997.

Sang frontman, James Jasta, bisa dibilang sangat bersahabat dengan penggemarnya, dia tidak hanya asyik melahap habis lagu-lagu Hatebreed dari album ke album, tetapi sekali-kali juga menyapa ribuan penonton di depannya, kata-kata terima kasih kerap terdengar dari vokalis berumur 33 tahun ini. James yang juga memiliki band hardcore lain bernama Icepick ini berterima kasih kepada fans Hatebreed karena sudah mendukung mereka sejak album pertama mereka rilis, dia juga tidak henti-hentinya “memerintahkan” penonton untuk menciptakan “circle pit” dan mengajak penonton untuk mengepalkan tangannya ke udara sambil bertanya apakah penonton sudah bersenang-senang, apakah penonton masih ingin mendengar lagu-lagu Hatebreed lainnya. Tentu saja spontan para penonton berteriak “Yessss!”, berteriak sekeras-kerasnya menginginkan lebih banyak lagu.

Malam semakin brutal dan lagu-lagu Hatebreed makin menghipnotis penontonnya yang sepertinya tidak kenal lelah. James dan kawan-kawan juga sempat membawakan lagu “Ghosts of War” yang aslinya dibawakan oleh Slayer dan masuk kedalam album “For The Lions”, sebuah album cover version dimana Hatebreed merekam ulang nomor-nomor milik Metallica, Sepultura, Suicidal Tendencies, Sick Of It All, dan lain-lain. Sebagai penutup konser, Hatebreed masih punya “Live For This” yang kembali mengajak penonton bernyanyi bersama dan terakhir ada lagu yang memang ditunggu-tunggu sejak awal konser dimulai, “I Will Be Heard” dari album “Perseverance”. Lagu yang memang disiapkan sebagai “salam perpisahan” untuk menutup setiap konser-konser Hatebreed dan juga salah-satu lagu yang ikut meramaikan soundtrack untuk film “xXx” (2002) ini, tak pelak dimanfaatkan untuk menghabiskan energi terakhir mereka sebelum meninggalkan Hall Basket Senayan. Penggemar Hatebreed tidak hanya “disihir” oleh lagu-lagunya tetapi selama lebih dari satu jam penonton juga dimanjakan oleh tata suara yang bersih tanpa masalah teknis dan perpaduan sorot lampu yang apik. Salut untuk Hatebreed yang bermain sangat profesional walau sebelumnya sempat terbentur sulitnya perizinan dan  dua jempol bagi penonton yang tanpa lelah “menghajar” setiap lagu yang dibawakan band kesayangan mereka.

http://twitter.com/#!/raditherapy/status/28900925997