A thief broke into this house but someone worse was already inside.

Arkin (Josh Stewart) hanyalah “tukang kayu” yang bekerja di rumah keluarga Chace, tak ada yang aneh dengan pria bermata layu ini kecuali dia sepertinya terus memperhatikan setiap sudut rumah majikannya tersebut. Belakangan diketahui, Pria mantan narapidana ini punya beban berat untuk menyelamatkan keluarganya dari hutang, mantan istrinya berhutang banyak dan harus dilunasi sebelum tengah malam. Apa yang harus dilakukan Arkin? ternyata Arkin bukanlah tukang kayu sembarangan melainkan seorang pencuri profesional. Sambil menyelam minum air, Arkin pun menargetkan rumah keluarga Chase sebagai target operasi selanjutnya. Setelah melakukan perjanjian dengan “teman lama”, Arkin bersiap mencuri di rumah yang dipercaya menyimpan perhiasan bernilai tinggi tersebut. Berbekal keahliannya, Arkin dengan mudah masuk, ditambah dia sudah lama “mengawasi” rumah yang sedang ditinggal pemiliknya ke luar kota ini. Tanpa berlama-lama, dia langsung menuju lemari penyimpanan yang tersembunyi dibalik sebuah kaca besar. Dilengkapi dengan beberapa alat, Arkin mencoba membuka lemari tersebut, tapi tiba-tiba suara-suara aneh mengganggu konsentrasinya.

Arkin ternyata tidak sendirian di rumah itu, seseorang baru saja masuk melalui pintu belakang dan mulai naik ke atas dimana Arkin berada. Arkin pun bergegas pergi secara diam-diam sebelum ketahuan. Tapi sialnya, pintu belakang sekarang dikunci berlapis-lapis, padahal sebelumnya dia masuk melalui pintu tersebut. Arkin berusaha mencari jalan keluar lainnya, tapi karena mengingat keselamatan keluarganya, dia kembali ke lemari penyimpanan untuk melanjutkan pekerjaannya. Sekali lagi suara menghentikan pekerjaannya, kali ini seorang berteriak dan terdengar melaui ventilasi udara. Bersamaan dengan teriakan tersebut, sang pemilik rumah muncul berlumuran darah dan babak belur. Arkin akhirnya sadar bahwa keluarga Chase tidak keluar kota tapi disekap di ruang bawah tanah oleh pria bertopeng. Sekarang Arkin harus memilih antara menyelamatkan keluarganya sendiri dengan mengambil perhiasan dan pergi dari rumah tersebut atau bersikap heroik menyelamatkan keluarga Chase, terutama anak yang paling kecil yang mengingatkannya pada anaknya sendiri. Potongan intro “Dead Bodies Everywhere” dari band “KoRn” menandakan bahwa mimpi buruk akan segera dimulai.

Jika “The Collector” mengingatkan anda dengan kisah Jigsaw yang lebih dahulu populer lewat film “Saw”, itu ada hubungannya dengan dua orang “sakit” yang ada di balik layar. Duo penulis dari seri Saw 4,5, dan 6 (kelak seri ke 7) Patrick Melton dan Marcus Dunstan kembali dengan lembut “mencingcang” otak kita, lewat film yang merupakan debut penyutradaraan Marcus Dunstan  ini. Film yang aslinya berjudul “Midnight Man” ini, awalnya disiapkan untuk prekuel “Saw”, namun batal karena ketidaktertarikan produser. Jadi apa yang ditawarkan Marcus di film ini, ketika premis cerita terkesan klise dan kemungkinan besar justru akan dibanding-bandingkan dengan “saudara” terdekatnya yang lebih dahulu hadir, yaitu “Saw”. Dengan pikiran pesimis, mungkin penonton akan lebih dahulu berpikir apa menariknya dua orang yang terjebak di satu rumah, satu pencuri yang berubah baik dan lawannya adalah pria psycho yang memakai topeng. Tapi ternyata Marcus bisa membalikkan keadaan dengan menyuguhkan film yang benar-benar penuh dengan kejutan. Marcus dengan apik berhasil mengubah rumah yang kelihatan biasa saja menjadi “medan perang” yang ampuh memacu adrenalin sampai level maksimal.

Marcus sepertinya ingin mengajak kita bermain di rumah ini, bersamaan dengan Arkin dan si “collector” yang asyik bermain kucing-kucingan. Kita pastinya akan dibuat terkejut ketika mengetahui tiap sudut rumah yang sudah dipenuhi dengan jebakan-jebakan mengerikan, yang siap mengundang maut untuk datang kapan saja dan bagi siapa saja yang bodoh ataupun sial terkena jebakan tersebut. Marcus tidak hanya fokus dalam menghadirkan adegan-adegan sadis lewat jebakan-jebakan yang telah disiapkan, tapi juga tidak lupa mengemasnya dengan plot yang lumayan menarik, mengajak kita untuk terus berada di rumah tersebut dan setiap saat bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya dengan Arkin dan keluarga Chase. Marcus benar-benar berhasil menjauhkan filmnya dari kata bosan, sebaliknya film ini berhasil terus meningkatkan ketegangannya setingkat demi setingkat sampai akhir film. Selama 90 menit, ramuan Marcus yang lengkap dalam menyajikan film bertema slasher yang pintar, telah berhasil menghadirkan hiburannya sendiri. Secara keseluruhan, film ini merupakan menu slasher yang spesial, unik dalam penyajian dan teresekusi dengan matang. Bersiaplah terjebak oleh “The Collector”!!

Rating: 3.5/5