If you’ve never seen a ghost… Look closer.

“Lake Mungo” membuka kisahnya dengan kasus tragis hilangnya seorang gadis remaja berusia 16 tahun bernama Alice Palmer. Keluarga Palmer berasumsi bahwa anaknya telah tenggelam di sebuah danau, dimana sebelumnya Alice terakhir terlihat tengah asyik berenang di danau tersebut. Pihak kepolisian segera melakukan pencarian di sekitar danau, setelah datang laporan dari keluarga Palmer. Media pun tidak luput terpancing untuk meliput hilangnya Alice. Polisi akhirnya menemukan mayat seorang gadis di danau tersebut dengan kondisi mengenaskan dan sepertinya sulit dikenali. Proses identifikasi pun memastikan mayat yang ditemukan memang Alice, melalui Russel sang ayah, yang meyakini mayat tersebut adalah memang benar anaknya yang hilang. Diliputi rasa duka yang mendalam atas kepergian putri tercinta, keluarga Palmer akhirnya mengubur Alice.

Selang 10 hari kematian Alice, ketika keluarga masih berduka, Russel dan keluarga mulai merasakan sesuatu yang aneh sedang mengusik kenyamanan mereka. Bunyi-bunyi aneh kerap terdengar di sekitar rumah, terutama dari kamar tidur Alice. Apakah Alice datang untuk menjenguk keluarganya? Sepertinya begitu karena sejak saat itu, tidak hanya suara yang mengganggu, Alice pun muncul dalam sebuah foto. Mathew, saudara laki-laki Alice menangkap sosok bayangan perempuan yang diyakininya sebagai Alice di foto yang dia ambil di pekarangan rumah. Hantu Alice juga muncul di foto yang dimiliki penduduk setempat, tak sengaja ketika dia sedang memotret sekitar danau dimana Alice ditemukan tewas. Sebuah kamera video pun akhirnya menangkap bayangan Alice tengah berjalan di rumah keluarga Palmer.

Kejadian aneh yang beruntun ini tentu saja ujian berat bagi keluarga Palmer, pada saat mereka seharusnya melupakan kepergian Alice. Justru Alice yang ternyata tidak ingin dilupakan. Kemunculan Alice di foto dan video membuat keluarga Palmer, terlebih June, Ibu dari Alice mulai meragukan kematian Alice sediri. Ada keraguan jika tubuh yang sudah dikubur bukan anaknya dan Alice masih hidup berkeliaran. Untuk membuktikan keraguan tersebut, kuburan Alice kembali digali untuk dilakukan tes DNA. Sayangnya hasilnya positip Alice memang telah tiada. Seorang cenayang pun sengaja didatangkan ke rumah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sebuah ritual “orang mati” yang dimaksudkan untuk mengundang Alice, ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Namun rekaman video lagi-lagi memberikan bukti yang mengejutkan. Ketika keluarga Palmer dan cenayang melakukan ritual, Alice ternyata hadir disana.

Misteri tidak hanya menyelimuti keluarga Palmer dengan sosok perempuan yang diakui memang mirip dengan Alice. Tapi juga misteri-misteri itu nantinya akan bertumpuk dengan ditemukannya bukti-bukti lain tentang siapa sesungguhnya Alice. Ketika keluarga merasa telah mengenal Alice, ternyata kenyataannya Alice punya rahasia dibalik misteri kematiannya. Joel Anderson, selaku sutradara pun mengemas misteri kembalinya Alice dalam sosok hantu ini dengan sangat menarik. Film keluaran tahun 2009 dengan embel-embel “After Dark Horrorfest” ini memulai ceritanya dengan manis dan dibalut rapih ala acara-acara dokumenter. Film yang diklaim berdasarkan kisah nyata ini, melepas bukti-buktinya dengan santai namun kuat mencengkram nalar. Kita yang penasaran dari awal makin dibuat bertanya-tanya apakah ini memang nyata terjadi? Apakah itu betul arwah penasaran Alice? Semua thriller psikologis tersebut diiringi dengan video-video rekaman polisi, media, dan koleksi keluarga yang dibuat seolah-olah itu rekaman asli.

Warna yang tidak cerah, gambar yang terlihat seakan video lama, dan beberapa bagian video yang terlihat rusak, makin menambah “otentik” rekaman-rekaman yang disajikan oleh Joel dan filmnya. Ditambah dengan foto-foto kemunculan Alice dan gambar yang cukup mengerikan ketika Alice baru saja ditemukan, itu salah satu bagian yang sangat menakutkan dari film ini. beberapa bagian memang memicu rasa penasaran, merinding, tegang, tapi film ini juga tidak lepas dari beberapa momen membosankan. Untungnya sutradara asal Australia ini sigap menutup momen boring tersebut dengan twist yang cukup membuat kita mungkin mengeluarkan kata sumpah serapah (dalam arti positip). Layaknya sebuah dokumenter asli film ini diakui cermat dalam menuntun kita untuk tak melepaskan pegangan dari awal sampai akhir. Perlahan tapi pasti, setiap bukti-bukti yang ada menghantarkan kita ke sebuah kenyataan yang mengejutkan dan Joel menceritakan kisahnya tidak berlebihan, disitulah kelebihan film ini.

Dokumenter yang sederhana tanpa dramatisasi yang berlebihan, namun justru efektif merangkul penontonnya untuk merasakan apa yang dirasakan keluarga Palmer, mungkin tidak dengan ikut berduka, tapi merasakan sisi penasaran dan ketakutan perihal bangkit-nya Alice. Joel juga tidak berhenti dengan satu twist dan puas dengan bukti-bukti rekaman dan juga foto yang sudah cukup membuat bulu kuduk kita merinding. Film ini punya kejutan-kejutan lain yang siap berkata “booo” dan kita akan loncat dari tempat duduk. Pengambilan-pengambilan gambar yang sunyi, gelap, ditambah rekaman-rekaman “asli” dan juga foto-foto kemunculan Alice begitu kuat menyatu menghasilkan sebuah kisah yang mengerikan sekaligus menyentuh, sedikit drama keluarga yang tercelup dalam kisah misteri ini. Semua itu juga didukung oleh para pemain yang tampil tidak canggung dan mengecewakan di depan kamera, seolah mereka memang sedang bercerita kisah nyata, yah aktingnya mengalir begitu saja dengan sederhana dan alami. Overall dan secara singkat, “Lake Mungo” merupakan horor dengan gaya mockumentary yang rapih, efektif dan cukup nyata. Beberapa momen menakutkan akan tertancap dengan kuat ketika kita selesai menontonnya, mungkin sekali lagi bertanya, benarkah ini terjadi pada Alice?