So, I went to read English books, and did my best to avoid the speccy, spotty fate that Helen had predicted for me. I probably looked as wide-eyed, fresh, and artless as any other student…But I wasn’t. One of the boys I went out with, and they really were boys, once asked me to go to Paris with him. And I told him I’d love to, I was dying to see Paris… as if I’d never been. ~ Jenny

Jenny (Carey Mulligan) adalah gadis yang pintar, cantik, dan berbakat, tinggal bersama dengan orang tuanya di sebuah kota kecil Twickenham, London. Di sekolah dia termasuk siswi yang aktif dan berprestasi diantara teman-temannya yang lain. Ayahnya ingin sekali anak satu-satunya itu untuk masuk ke Oxford, supaya dia bisa mendapat kehidupan yang lebih baik nantinya ketimbang orang tuanya sekarang. Jenny memang seperti dikurung oleh keinginan keras ayahnya ini, tapi tetap saja gadis yang hanya punya teman laki-laki bernama Graham ini (yang tampaknya baik namun sedikit aneh) melakukan yang terbaik di sekolah untuk mencapai cita-citanya diterima di Oxford. Kehidupan Jenny pun segera berubah ketika dia bertemu secara kebetulan dengan David (Peter Sarsgaard), yang ketika itu menawarkan barang-barang Jenny untuk di “titipkan” sementara di mobilnya. Jenny terbujuk kebaikan pria yang berumur dua kali darinya tersebut, memberikan cello-nya dan beberapa barang miliknya ke dalam mobil. Tapi Jenny enggan masuk dan memilih untuk jalan disamping mobil David yang berjalan pelan, padahal saat itu sedang hujan. Namun pada akhirnya, Jenny memutuskan untuk masuk ke dalam mobil. 

Mereka pun berkenalan dan saling bertemu lagi keesokan harinya, David memberanikan diri untuk mengajak Jenny untuk ikut dengannya ke sebuah konser klasik. Sang ayah yang biasanya bersikap keras dalam menghadapi laki-laki yang menjadi teman Jenny, justru melunak ketika bertemu dengan David. Tidak sulit pada akhirnya untuk David yang sukses mengambil hati orang tua Jenny untuk meminta ijin mengajak anaknya keluar. Sejak saat itu hubungan David dan Jenny semakin dekat, bersamaan dengan itu Jenny mulai masuk ke dalam kehidupan David dan temannya Danny dan Helen. Jenny sepertinya menikmati kehidupan barunya yang cukup glamor dengan pergi ke klub jazz dan makin sering berkumpul dengan orang-orang yang lebih dewasa darinya. Jenny pun terpaksa mengubah gaya hidupnya dan bersikap terlihat dewasa di balik umurnya yang belum beranjak 17 tahun tersebut. Tapi apakah romantisnya hubungan dia dan David akan terus berjalan lurus-lurus saja tanpa ada halangan yang berarti? Terlebih ketika sedikit demi sedikit Jenny mulai mengetahui siapa David sebenarnya, termasuk darimana dia mendapatkan uang selama ini. Ketika cita-citanya untuk masuk Oxford dipertaruhkan demi kehidupan baru dan tentu saja david, apakah Jenny mengambil langkah yang benar?

Bersetting Inggris tahun 60-an, An Education membawa kita menyorot kehidupan Jenny yang awalnya sudah bermasalah dengan tuntutan sang Ayah soal pendidikan, semakin complicated ketika seorang pria yang lebih tua masuk ke dalam kehidupannya. Film yang dinominasikan untuk 3 penghargaan Oscar, termasuk kategori film terbaik ini, akan menawarkan kita cerita yang berkembang menarik dengan menyertai konflik-konflik cinta dan kehidupan yang juga tak kalah menghibur batin. Lone Scherfig mengambil tindakan sempurna, ketika dia mengemas film ini dengan halus, dibiarkan berjalan apa adanya tanpa harus menambah embel-embel palsu untuk menambah emosi atau dramatisasi yang terlalu berlebihan. Sutradara wanita asal Denmark ini justru sukses menangkap emosi yang tercipta dari karakter-karakter di film ini, membiarkan para pemainnya bermain se-ekspresif mungkin dan menggali lebih jauh akting yang di miliki Carey dan kawan-kawan. Terbukti akting gadis mungil yang pada Mei nanti berumur 25 tahun ini, bisa tampil cantik dan sekaligus elegan dalam memerankan Jenny, namun tidak kehilangan aura yang memberitahukan kita bahwa Jenny masih seorang perempuan yang rapuh dan labil.

Carey Mulligan yang juga dapat disaksikan di film Public Enemies ini, memerankan Jenny dengan sungguh mempesona dari awal hingga akhir film. Dengan lawan main seperti Peter Sarsgaard yang juga tampil bagus, kedua pasangan ini memiliki chemistry yang cukup untuk melekatkan penonton untuk terus “betah” di kursinya. Jangan lupakan dukungan para pemain lain seperti Emma Thompson, Rosamund Pike, Dominic Cooper, Alfred Molina sebagai ayah yang keras, yang dengan baik memerankan perannya masing-masing. Film bertema seperti ini memang bukan favorit tontonan gw, tapi tidak selalu  menghindari film-film seperti ini. Walau banyak yang merekomendasikan dan tidak sedikit yang bilang film ini bagus, tetap saja gw menomor-sekian-kan film ini untuk baru bisa ditonton sekarang. Untunglah sedikit lambat diawal dalam mengambil simpati gw, film ini akhirnya bisa “menghibur” ketika konflik menarik mulai bermunculan dan joke-joke hangat sedikit menggelitik. Apalagi ketika film menuju 30 menit terakhirnya, film ini sudah jelas membuat gw tersenyum, tanda bahwa film berdurasi 95 ini telah terselamatkan. Apakah gw menyukainya? Bisa dikatakan demikian, terlebih lagi Carey Mulligan benar-benar mencuri hati disini (mengingatkan gw dengan Katie Holmes, jika dilihat dari sudut yang tepat). Enjoy!

Rating: 3.5/5