Ketika Asia tidak lagi sehebat dulu dalam memproduksi film hantu-hantuan, yah bahkan Sadako dan Kayako yang seharusnya sudah “dipensiunkan” itu terpaksa dibangkitkan lagi untuk menakut-nakuti penonton. Tetapi setidaknya untuk soal tontonan thriller yang berdarah-darah nan berantakan, kita tidak perlu khawatir, apalagi jika film-film itu datang dari negeri ginseng yang notabennya melahirkan orang-orang gila macam Kim Jee-woon, Bong Joon-ho, Jang Cheol-soo, Park Chan-wook, dan Na Hong-jin. Saya memang bisa menemukan film-film thriller bangsat dari benua lain, tapi Korea Selatan punya ciri kebangsatan yang tiada duanya, tak dimiliki oleh Amerika ataupun Eropa. Oldboy, I Saw The Devil, Bedevilled, dan The Chaser tak sekedar menawarkan kebrutalan yang mengasyikan semata, hebatnya film-film thriller Korea Selatan terutama terletak juga pada penceritaannya. Daya imajinasi liar mereka seakan tidak pernah mengenal kata istirahat, ide-ide sakit jiwa selalu dipakai menjadi bahan bakar utama untuk menggerakkan kreativitas dalam mendobrak batas kenormalan.
Tak terkecuali The Wailing, sebuah kegilaan terbaru yang tercipta dari kepala Na Hong-jin ini seperti mempertegas jika Korea Selatan memang negeri yang subur ide sinting, tidak hanya ginseng merah. The Wailing bisa dikatakan muncul disaat yang tepat, kala kerinduan akan kebengisan thriller Korea Selatan berada di titik puncak, jadi kedatangan Jong-Goo, polisi plenga-plengo-konyol yang diperankan Kwak Do-won, tentunya saya sambut dengan suka cita. Oleh Na Hong-jin, si polisi ini nantinya dihadapkan pada rentetan kasus pembunuhan misterius yang mulai menyebar bagaikan wabah penyakit. Awalnya Jong-Goo berasumsi kejadian aneh ini ada hubungannya dengan keracunan jamur, tapi semakin dalam penyelidikan, Jong-Goo justru menemukan petunjuk-petunjuk yang mengarahkan dirinya pada sesuatu yang jauh lebih mengerikan. The Wailing langsung menodongkan banyak tanda tanya sejak awal kita berdiri di tengah TKP yang berantakan dengan mayat dan darah. Kita sama bingungnya dengan Jong-Goo ketika melihat desanya yang damai seketika dirubah menjadi “rumah jagal” oleh Na Hong-jin sialan.
Apabila sudah terbiasa dengan thriller Korea Selatan, formula penceritaan di The Wailing bakal terasa sangat familiar, Na Hong-jin mula-mula akan mengajak kita untuk menikmati tiap kekonyolan dan kebodohan yang datangnya dari Jong-Goo. Bagaimana film-film thriller Korea Selatan menciptakan karakter utamanya bisa disebut ajaib, tapi disitulah sumber keunikannya, dan saya selalu bisa terhubung dengan mereka, termasuk Jong-Goo yang tampangnya menggelikan. Orang-orang biasa yang (terpaksa) berhadapan dengan brutalnya hidup, template inilah yang menjadikan karakter di film-film thriller Korea Selatan terlihat lebih manusiawi dan tidak dibuat-buat. Perlakuan Na Hong-jin terhadap karakternya tak sekedar membuat mereka hanya menjadi bahan tontonan, tapi juga menciptakan koneksi dengan penontonnya. Sambil kita perlahan diseret-seret lebih jauh masuk dalam pusaran misteri yang dipenuhi kengehean dan keanjingan (bahasa planet mana pula ini), Na Hong-jin juga memperlihatkan bangunan karakter yang menarik di The Wailing, Jong-Goo yang kalem, sayang keluarga dan takut mertua ternyata bisa berubah jadi buas.
Na Hong-jin memanjakan mereka yang memang menyukai film-filmnya, gayanya, dan selera dalam menghadirkan kegilaan, suspense serta kekerasan dosis tinggi. Paruh pertama The Wailing memang terasa mengambang, tapi bukan berarti tak ada adegan yang membuat saya berteriak “anjing benar kau Na Hong-jin!” sambil membentur-bentur kepala ke bantal guling. Na Hong-jin ini “pemancing” handal, dia tahu bagaimana membuat penontonnya yang penasaran setengah mati serta lapar akan jawaban pada akhirnya “memakan” umpan buatannya. Butuh sedikit kesabaran, tapi nantinya sepadan ketika The Wailing melangkah ke paruh kedua yang dipenuhi kejutan-kejutan menggila. Na Hong-jin memang sukses membuat mulut saya terbuka lebar tatkala lapis demi lapis misterinya mulai diungkap, tapi apa yang membuat saya semakin menyukai The Wailing adalah sisi supranatural beserta elemen relijius terkait keberadaan iblis. Setelah The Conjuring 2, lalu ada Munafik, kita kembali diingatkan bahwa iblis laknat akan melakukan banyak trik untuk menambah calon penghuni neraka.
andika hilman
Penasaran. Nonton di mana tuh?
Putri
Wah, saya belum tahu film ini, makasih ya. Betul juga, sekarang nonton “film horor Asa” (Jepang, Thailand) pun harus pilih-pilih, nggak lagi bisa jadi patokan bagus-jelek. Tapi untuk saat ini Korea emang termasuk yang “beda” banget kalau buat film-film thriller dan slasher.
Balda
Terakhir nonton thriller Korea itu The Piper. Itu aja udah lumayan sialan sakitnya. Apalagi ini, sepertinya menarik. Tayang di bioskop Indo gak nih, mas?
raditherapy
@ andika hilman, rahasia dong hehe, bisa dicari di lapak-lapak yang menyediakan streaming.
@ Putri, thriller dari negeri ginseng memang patut dinanti. Selamat mencari filmnya.
@ Balda, The Piper sih belum ada apa-apanya hehehe, nga tayang disini sayangnya.
tegar
jadi sebenernya yg jahat itu wanita muda berbaju putih atau kakek tua dari jepang?? hehehe
raditherapy
—SPOILER ALERT—-
Jika melihat The Wailing yang memang dipenuhi simbol dan referensi agama, saya percaya kalau perempuan berbaju putih itu adalah semacam “penjaga” atau malaikat yang berusaha menolong dan memperingatkan Jong‑Goo, dari tipu daya iblis, setan, atau pengikut aliran sesat yang di film ini diwakili oleh sosok kakek Jepang itu.
tegar
Sepakat!!
Kasamago
gile, ni pelem dr awal bikin gregeten n tegang dikit.. terutama perkembangan karakter nya yg begitu pengin ditonjok mnjdi agak simpatik..
hingga kini masih blm nemu kepastian, siapa sebenarnya penyebab kekacauan di desa
Nid
Baru saja nonton film ini. Gila. Sadis sekali ya memainkan psikologi saya. Saya jadi diajak masuk ke dunia Jong Goo. Harus ngikutin kata perempuan baju putih atau lebih milih anaknya. Film ini merepresentasikan pengujian iman. Kalo udah nyesel karena iman ga kuat, ya trus apa yang udah diperingatkan jadi sia-sia. pantes banget nih film di Rotten Tomatoes dikasih rate 100%. Keren. Psychological thriller terbaik di tahun 2016 ini.
walley
Kalau lihat dari komen di atas kelihatan banget ya, orang indonesia itu nggak mampu dikasih yang mikir dikit. No wonder pelem sampah ke war*&p reborn bisa sukses berat! Maklum negara berkembang.
The wailing memperlihatkan karakter utama yang bodoh dan lemah, karena memang tipikal seperti inilah yang sering kena tipu daya iblis. Sudah jelas si kakek ini adalah iblis dan shaman lelaki adalah pengikutnya, mereka berdua bekerjasama membuat perangkap. Sementara wanita berbaju putih sebenarnya adalah guardian atau malaikat, makanya pas ketemu si kakek iblis di hutan, dia dikejar. Sementara, ketika bertemu shaman lelaki, wanita berbaju putih ini bisa dengan mudah mengusir shaman pengikut iblis tersebut.
Yang masih jadi tanya tanya adalah nasib si deacon atau calon pendeta, yang bertemu langsung dengan si kakek iblis. Soalnya dia bilang “kalau bisa melihat wujud aslinya, dia bakal pergi.” Tapi begitu wujud si kakek kelihatan, si deacon nggak di lepas dan malah di foto terus. Jadi si deacon ini selamet apa nggak?
Ree
Shamannya pengikut iblis kakek itu ya? Agak bingung jg soalny pas ketemu cewek baju putih itu dia bawa2 patung budha gt,gk nyangka kl shaman nya pengikut iblis.
Erlin setya
Setuju banget,,, dari awal sampai akhir aku udah gregetan sama ini film. Bingung mana yang baik dan yang jahat. Sampai ada sebuah adegan,, dimana si lelaki yang mengaku sebagai canayang akhirnya memfoto kematian keluarga polisi dan disaat membuka mobil,, ada kotak yang jatuh,, ternyata isinya foto foto korban yang sempat ada dirumah kakek tua jepang. Ini film kalau tidak dicermati secara detail detik demi detik,, bakalan bikin pusinb orang.. good good
Kubikel Yusuf
Nonton sampai akhir dan masih bingung siapa sebenarnya antagonis di film ini, baru ngeh di ending ketika shaman muda menjatuhkan box foto dari rumah orang jepang. Jadi itu intinya mau nyari duit ya shaman nya?
Hartadi
Baru selesai nonton film ini, emang bener2 twist ending. Geregetan ma polisinya / jong goo nya, konyol plonga plongo dan pengecut tp sayang keluarga. Walo filmnya 2 jam stgh tp nontonnya ga terlalu kerasa, diajak bwt nikmatin suasana pedesaan di negeri ginseng dan alurnya jg naik secara pelan2. Endingnya bener2 tdk tertebak dan tdk sesuai dengan harapan…
Jimmy
Kalo memang shaman lelaki itu pengikut kakek iblisnya, kalau tidak salah ada di satu adegan berdampingan di mana shaman melakukan pengusiran iblis namun di saat yang sama sang kakek iblisnya pun merasa tersakiti. Adegan ini maksudnya apa untuk penonton? Apa ini cuma adegan pura-pura?
Handika
Gue pikir itu dua adegan yang berbeda, cuma waktunya saja yang bersamaan dan seolah-olah dibuat saling terkait. Jika mau mengamati sedikit, sebenarnya kakek iblis tsb kesakitan karena kehadiran si wanita muda di dekat rumahnya. Ada adegan si wanita muda ngliatin kakek tsb setelah si kakek kesakitan dan keluar dari ruangan ritualnya. Well, itu pendapat gue sih ya.
—–
Menurut gue, sutradaranya emang bikin kita buat ending masing-masing, karena memang ga ada clue yang bener-bener memuaskan untuk menentukan gimana ending sebenarnya..
—-
Btw, thanks untuk reviewnya mas Radit.
Rangga Adithia
Teori yang menarik, seperti iblis yang pandai memanipulasi, Na Hong-jin pun ahli memelintirkan kebenaran, pada akhirnya membuat penonton percaya apa yang mereka lihat.
muhammad yudha fadhilah
Spertinya si biksu itu kerja sama dengan si setan… Saat adrgan terakhir bukannya nolongin si polisi o’on malah di fotoin.. Dan lagipula si biksu itu yang minta si polisi buat cepat2 balik krumah.. Padahal sudah di halangin sama si cewek baju putih itu.. Dan si biksunya nyari duit doank.. -_-” Si cewek baju putih udah kasih ptunjuk dari awal cuman si o’on nggak nangkap2.. Ni produser bener2 bikin orang ber imajinasi masing2 dech….
Taufikkk
Huh bener2 bikin mikir nih film.. di awal film gue udh pede bakal blg kalo si org jepang bukan pelakunya.. dan itu yg di pengenin sutradara buat menggiring org so tau kek gue buat mikir gtu.. tp pas akhir2 gue bener2 d buat bingung.. jd kalo menurut gue sih intinya iblis itu bener2 licik buat ngejebak manusia lewat apa aja.. rating 8/10 .. yg kurang gue suka sma karakter2 di film ini bener2 absurd mnurut gw
Mufqi Alus Naufal
—SPOILER ALERT—-
Film ini emang sakit banget, tapi hebatnya film ini adalah bisa ditonton untuk orang yang jijik/gak kuat dengan adegan berdarah lawaknya film thriller Amerika yang berkesan banjir darah dan isi perut keluar sana-sini. Adegan berdarah dalam film ini dibuat layak tonton dan tidak “menggelikan”
Oke, pertama dari awal cerita, kita udah dibikin berfikir bahwa seorang Jepang itu adalah tersangkanya, karena dia orang asing dan sejarah Jepang-Korea yang juga gak begitu baik (seakan-akan orang Korea akan bikin film bahwa orang jepang suka memperkosa/sadis/bencana bagi orang Korea).
Kedua, ooh ternyata gue salah, orang Jepangnya baik (karena dia menangis di adegan terakhir kejar-kejaran dan dia tertabrak pula di jalanan setelahnya)
Ketiga…. Na Hong-jin anda jenius! (saya tidak akan menambah ending di spoiler ini, karena pasti ada beberapa dari kalian yang tergoda baca spoiler ini sampe habis hahaha)
lang
super sakit, imajinasi kita dimainin sama si dia, anjay emang kampret,jadi who the evil?
Elvia Rosixta
just watched the movie and it was insane! gue kira bakal ada banyak jump-scare yang bikin jantung copot kayak film-film horor di luar sana dengan ending yg biasa aja. tapi ternyata, ini film kedua yg bikin gue mikir keras setelah Interstellar. film ini bener-bener dikemas secara apik! yang biasanya gue mual liat adegan dengan banyak darah, kali ini gue nonton dengan mata terbuka lebar dan makin semangat nontonnya lol. im not going to spoil the ending of the story, like who is the actual evil and blahblah bcs you gotta watch and find it out by your own self. this movie is worth watching. nice review anyway! ^^
cilbow
Baru selesai nonton film ini. Langsung googling dan nemu forum ini. Syukurlah bukan saya aja yg bingung. Hahaha…
Kalau menurut pendapat saya, memang benar bahwa kakek tua jepang itu dari awal adalah iblis. Si dukun biksu tao itu sudah benar. Cerita yg dia sampaikan juga benar. Dan dia sudah hampir berhasil membunuh / memusnahkan kakek iblis itu, sayangnya ritual itu dihentikan secara paksa oleh Jong Goo yg tidak tega melihat anaknya menderita. Akibat dari penghentian ritual ini fatal (seperti sudah diperingatkan si dukun sebelumnya). Selain Jong Goo dan keluarganya yg harus menanggung kesialan, si dukun pun harus menerima akibat, yaitu dikalahkan dan akhirnya tubuhnya ikut dirasuki oleh iblis Jepang tersebut.
Adapun perempuan berbaju putih itu adalah perwujudan malaikat yg sebenarnya ingin membantu Jong Goo dan warga desa tersebut. Itulah sebabnya si dukun yg sudah dirasuki iblis langsung mimisan dan muntah ketika mendekat kepadanya.
Suhadak Akbar
Film ini benar2 buat saya berpikir keras. Di awal terlihat seperti ini ulah si kakek. Adegan saat the Jap ngidupin mayat menguatkan perkiraan awal saya. Pas the Jap diuber para polisi, perkiraan saya berubah. Melihat bagaimana dia nangis di tepi jurang, kemudian pas the Jap tertabrak mobil pak pol cs. Perkiraan saya berubah kalau The Jap itu manusia, dengan no-name sebagai antagonis. Di akhir malah gila lagi, semua fakta terbuka dengan sendirinya.
mo
SPOILER ALERT! Nilai 8.5
film sangat baik.. untuk sebuah film yg memiliki 2.30 menit durasi. Membosankan sebenernya untuk ditonton sekali, karena film ini menurut saya sulit dimengerti. Saya butuh 3x untuk menonton film ini baru bisa memberikan sedikit mengerti (mungkin saya bodoh. :D). Inti dari film ini sebenernya sangat manusiawi, terjadi di kehidupan kita sehari hari. Jadi adalah untuk percaya pada siapa, dan bagaimana kepercayaan terhadap sesuatu itu membentuk realita yang kita ingin lihat. Terlihat dari adegan pastor melihat stigmata Yesus di tangan setan dan runtuhnya kepercayaan protagonis di adegan terakhir saat melihat baju dan jepit rambut.
Shaman korea sebenernya adalah manusia yang jahat, tetapi di twist dengan memberikan gambaran ia minta pertolongan budha dan membawa patung budha di mobilnya. Interpretasi mengenai yg jahat selalu takut dengan budha atau tuhan tidak berlaku disini karena ia masih manusia.
Shaman Jepang adalah setan sesungguhnya yg berusaha menyesatkan manusia. Hal ini dibantu oleh shaman korea yang seorang manusia tetapi tamak dan memihat setan.
Wanita berbaju putih adalah malaikat yg berusaha melindungi manusia dengan membuat jimat didepan pintu masuk rumah. Di awal film juga ada scene dimana “musroom” yg ada dipintu rumah sebenernya menunjukan bahwa malaikat sekali lagi gagal melindungi manusia.
Secara singkat film ini adalah karya seni yang menyerahkan arti dari makna film kepada penonton. Menurut saya film ini intinya adalah mengenai pertarungan antara setan dan malaikat dimana manusia menjadi arena pertarungan tersebut, Hasil pertarungan tergantung dari manusia yang memberikan keputusan untuk memilih yang mana muslihat setan atau percaya pada kejujuran malaikat. Dalam film ini seperti biasa setan selalu menang karena tipu muslihatnya yang kuat.
budiman tan
penjelasan yg bagus, keep it bro
kucing
mumpung baru liat jadi masih fresh.
memang ini film paling enak ditonton sendiri jadi lebih meresapi. gw juga waktu nonton kok lama yah terus gw ngintip liat di player video lah udah sejam tapi masih di tengah video. wah lama juga nih film.
sutradaranya jenius sih, penulisnya kan dia juga.
————— OKE————
gw jadi ngerasa desa ini gak ada ritual keagamaan. makanya setan masuk leluasa seperti memberi punishment ke desa tersebut. terbukti datengin shaman keluar desa, gereja juga bukan didesa.
gw kesel sama bapaknya sih, meskipun bersimpati di akhirnya. yang gw keselin, polisi tingkah lakunya kok gitu. sama orang berani, sama zombie kaga, terus yang gw tanyain polisi disitu gak ada pistol emang?. selalu waktu adegan zombie itu. konyol aja sih, kayak gak becus jadi polisi, biasanya karakter konyol polisi 1 doang yah, ini kagak, semua polisi takut cuma gara2 1 zombie doang, YAELAHHH. adegan yang sampai si pastur newbie kena gigit, itu asli buang buang waktu !!!!!
awalnya gw kira itu virus karena scene di awal kan nggigit2 gitu kan zombienya/kesurupannya
—->
sutradara emang niatnya mengelabui penonton jadi gatau yang bener mana yang jahat mana, si wanita misterius juga aneh banget, lemparin batu lah. waktu kakek ketabrak mobil ngeblur di atas bukit. Di ending ada bukti jepit rambut segala macem, mana dia nongolnya aneh banget. kayak nggak niat nolongin.
—->
gw selalu yakin di awal sampai akhir si kakek jahat.nggak mungkin ritual “baik”. karena mengorbankan hewan. kalo yang tau simbol simbol satanisme pasti ngerti yang namanya kambing hitam, ayam hitam. jadi gw udah yakin gak ada alasan buat si kakek itu orang baik. tapi gw masih positif kalo si shaman korea itu baik, eh ternyata di ending begitu. jadi mungkin mereka bersekongkol. keduanya sama sama punya kamera dan buktinya fotonya juga ada. si kakek juga jelmaan iblis yang membuat pastur newbie jadi bingung
itu sih yang bikin kesel
1.wanita misterius yang seolah olah ditampilkan di film tidak baik
2.polisi tapi tingkahnya lebih kayak preman penakut
3.itu kan anaknya masih kecil yah, kalo pembunuhan keluarga lain kan dewasa gw masih yakin bisa lah ngebunuh, ini anak kecil, walaupun dirasuki ya anak kecil, di endingnya si ibu sama mertua berdua kagak ngelawan apa gimana
4. apa hungungannya kagak boleh masuk sampai ayam berkokok 3x ? kan itu penangkal iblis, ngapain bapaknya masuk kaga boleh
budiman tan
ada yg bs jelasin, perempuan yg menghalangi jong goo untuk pulang, dia berkata, ada seseorang sedang berusaha menyelamatkan anakmu, seorang ibu tua. kata nya, siapa itu ya gan yg dimaksud
Afriant Ishaq
Saya udah nonton berkali-kali tapi gak ngerti-ngerti,…
Siapa sih sebenarnya penjahatnya? Orang jepang, dukun atan perempuan berbaju putih?