Setelah lama tak bertemu kakaknya, Caroline (Amy Seimetz), Patrick (Kentucker Audley) seorang fotografer fashion, tiba-tiba mendapatkan surat dari sang kakak, sebuah surat undangan yang memintanya untuk datang ke ‘Eden Parish’, tempat terpencil yang hanya bisa dijangkau dengan helikopter. Patrick tidak sendirian, dia mengajak dua temannya, Sam (AJ Bowen) dan Jake (Joe Swanberg), keduanya jurnalis yang tertarik ingin mendokumentasikan perjalanan Patrick ke sebuah tempat misterius untuk bertemu Caroline. Sesampainya disana, ‘Eden Parish’ tak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya, tempat yang lebih mirip dengan desa kecil tersebut ternyata dijaga oleh orang-orang bersenjata. Setelah dipersilahkan masuk oleh Caroline dan mendapatkan sedikit pencerahan tentang ‘Eden Parish’, Sam dan Jake lanjut mulai mewawancarai penduduk setempat yang tampaknya begitu memuja figur yang mereka juluki sebagai “Bapak”. Mereka juga nantinya diberi kesempatan untuk berhadapan langsung dengan pemimpin ‘Eden Parish’, sekaligus mewawancarai sang “Bapak” (Gene Jones) di hadapan jemaatnya. Tak perlu waktu lama sampai akhirnya Sam dan Jake menemukan keanehan dengan tempat yang kelihatannya damai ini, ‘Eden Parish’ menyembunyikan sesuatu.

Apa yang disembunyikan ‘Eden Parish’ memang akan terlihat tak menyeramkan untuk mereka yang mencari horor dengan gambar-gambar seram, karena kali ini Ti West tak lagi mengajak kita untuk ditakut-takuti bertemu dengan hantu jelek di sebuah hotel tua nan angker. Apa yang dipaparkan oleh Ti West sekarang saya pikir lebih menyeramkan ketimbang dikagetkan oleh hantu, tanpa tetek-bengek supernatural, ‘The Sacrament’ nantinya akan terlihat lebih menakutkan daripada film yang memang ditujukan untuk menakut-nakuti, lebih horor daripada horor di film horor. Apalagi jika membayangkan horor di ‘Eden Parish’ ternyata pernah terjadi di dunia nyata, tepatnya pada 18 November 1978, ketika Guyana, sebuah negara di pesisir utara Amerika Selatan seketika menjadi pusat perhatian dunia karena aksi bunuh diri massal. Sekitar 900-an orang pengikut sekte relijius yang dinamakan ‘Peoples Temple’ tewas setelah sebelumnya meminum racun bareng-bareng, termasuk diantaranya anak-anak, sedangkan Jim Jones, pimpinan sekte tersebut menembakkan pistol ke kepalanya sendiri. Peristiwa tragis yang sempat terpampang di cover majalah Time dengan judul ‘Cult of Death’ ini kemudian jadi semacam inspirasi Ti West untuk membuat ‘The Sacrament’.

Walaupun ‘The Sacrament’ nantinya bukan film yang secara langsung bilang “ini adalah film tentang Jonestown massacre”, tapi apa yang dipertontonkan bagaikan reka ulang kejadian di 1978 tersebut. Papan kayu bertuliskan ‘Peoples Temple Agricultural Project’ di gerbang masuk berganti ‘Eden Parish’, jumlah yang tewas tak lagi 900 orang tapi seratusan, dan sosok Jim Jones diwakilkan oleh seorang berjuluk “Bapak” yang diperankan Gene Jones (sama-sama punya nama belakang Jones). Untuk menambah kesan real, ‘The Sacrament’ pun dipresentasikan seolah layaknya film dokumenter—yup bergaya found footage. Menikmati film ini jelas membutuhkan kesabaran, karena satu jam pertamanya dijejali dengan beraneka ragam perkenalan karakter, wawancara dan obrolan yang tiada habisnya. Akan ada bagian yang terlihat membosankan, tapi tidak sampai membuat film menjadi gagal di mata saya, setidaknya Ti West masih mampu membuat saya tertarik dan super-penasaran dengan apa yang ingin ia ceritakan. Terlepas dari alur ceritanya yang bergerak perlahan, saya akan tetap bertahan di ‘Eden Parish’ hanya karena sudah terlanjur dibuat kepo oleh Ti West. ‘The Sacrament’ membuat saya seperti terjebak, tak bisa pulang sampai semuanya selesai dan horornya terungkap.

Beruntunglah ‘The Sacrament’ punya Gene Jones, perannya sebagai pimpinan di ‘Eden Parish’ bisa dibilang salah-satu alasan kenapa saya pada akhirnya memilih untuk setia tetap tinggal. Karisma yang ditampilkan “Bapak” begitu kuat, dialog-dialognya pun terucap begitu meyakinkan, membuat saya pada akhirnya percaya tiap kata yang keluar dari mulut pria tua yang selalu berkacamata ini, termasuk katanya rela mati untuk melindungi jemaatnya, yang sudah dia anggap keluarga. Akting Gene Jones pun pintar memperdaya, di satu sisi saya dibuat percaya tapi di sisi lain kita juga dibuat (sengaja) untuk ragu, apakah dia memang orang suci yang akan menyelamatkan pengikut setianya atau tukang bohong yang menjual ayat-ayat Tuhan demi keuntungannya sendiri, atau murni orang sakit jiwa yang mengaku “Nabi” lalu menyebarkan kesesatan, tak ada bedanya dengan karakter Pak Ngadimin di serial “Tukang Bubur Naik Haji” yang mengaku keturunan Wali. Karakter “Bapak” di ‘The Sacrament’ tak hanya menarik tapi juga berhasil untuk menggiring saya tetap setia duduk manis melihat semuanya berakhir, termasuk ketika film ini mengungkap horornya di 30 menit akhir film. Gene Jones terbukti jadi penyelamat untuk ‘The Sacrament’ lewat performanya yang menghipnotis.