“The Quiet Ones” benar-benar akan bergantung pada bagaimana cara John Pogue menangani filmnya, idenya sangat menarik—walaupun tema supernatural versus ilmu pengetahuan bukan sesuatu yang baru—dan premisnya menjanjikan. Nah, sekarang nasib filmnya berada di tangan Pogue, 98 menit memang seperti waktu yang sebentar, tapi untuk sebuah film horor, bisa jadi sangat panjang jika sedari awal film tidak di-treatment dengan benar. “The Quiet Ones” adalah tipikal film yang butuh banyak usaha keras untuk meyakini penonton, membuat penonton setidaknya percaya apa yang mereka tonton bukanlah hasil bualan pembuat film dan apa yang terjadi bukanlah omong kosong yang menjual karangan true story belaka. John Pogue punya banyak pekerjaan rumah untuk melakukan itu semua dan dengan jejak rekam sebagai sutradara debutan di sekuel “Quarantine” saya memang agak ragu dan pesimis. Well, setidaknya Pogue pernah menuliskan skrip untuk “Ghost Ship”, walaupun saya hampir lupa seluruh ceritanya tapi siapa sih yang bisa melupakan adegan pembuka di atas kapal pesiar yang berujung pada pesta dansa berdarah. Tipe penonton sabar mungkin bisa menikmati “The Quiet Ones”, yang memang butuh ekstra kesabaran untuk menontonnya, sebaliknya ini akan jadi film paling membosankan jika kalian adalah tipe penonton instant yang maunya di lima menit pertama sudah ada penampakan setan.

Sekali lagi, “The Quiet Ones” membutuhkan usaha keras penonton untuk banyak-banyak bersabar dalam mengikuti ceritanya, yang didasarkan pada eksperimen parapsychology di tahun 1972, oleh sekelompok grup asal Kanada berjuluk The Philip experiment. Jika pernah menonton film bertema serupa, yang ceritanya berfokus pada membeberkan gejala supernatural dan aktivitas paranormal lewat kacamata science, sebetulnya tak butuh waktu lama untuk mengetahui kemana film ini akan mengarah, kita hanya akan menunggu sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan terjadi. Tapi saya seperti biasa tidak akan menghabiskan energi dan waktu hanya untuk repot-repot menebak apa yang akan terjadi dengan sang profesor dan mahasiswanya ketika eksperimen mereka berujung bencana. Saya akan menikmati “The Quiet Ones” seperti saya tak pernah menonton film horor, saya akan membiarkan Joseph Coupland (Jared Harris) bermain-main bersama Brian McNeil (Sam Claflin), Krissi (Erin Richards) dan Harry (Rory Fleck-Byrne), dalam usahanya menyembuhkan Jane Harper (Olivia Cooke), seorang gadis yang dipercaya kerasukan, lewat bantuan ilmu pengetahun. Coupland yakin fenomena supernatural dan paranormal hanya omong kosong dan semua gejala aneh yang menyelimuti Jane bisa dijelaskan dan disembuhkan oleh ilmu pengetahuan.

Separuh pertama “The Quiet Ones” bisa dibilang agak mirip sebuah kuliah, Pogue kebanyakan akan menjejali kita dengan setumpuk teori, bukti-bukti dan tak lupa praktek. Kita sama tak tahunya dengan Sam, si anak baru yang direkrut profesor Coupland untuk mendokumentasikan segala macam aktifitas yang berhubungan dengan eksperimen menyembuhkan Jane Harper. Sambil memperkenalkan satu-persatu karakternya, Pogue punya banyak waktu untuk membangun cerita serta membuat kita percaya film ini bukan sekedar bualan. Apakah berhasil? Well, 50-50 antara bertele-tele dan cerdik mempermainkan durasi film, karena jika anda berharap akan ada penampakan atau jump scares, silahkan kecewa, hampir tidak ada apa-apa di paruh pertama “The Quiet Ones” selain kita semakin terbuai larut dalam rasa penasaran yang kian tinggi. Menjejalkan teori ternyata ada gunanya, karena toh pada akhirnya kita semakin penasaran apakah Coupland hanya pintar ngomong saja atau dia bisa membuktikan teori-teorinya tersebut, jika dia benar-benar mampu menyembuhkan Jane Harper hanya bermodalkan science. Kita pun diminta bersabar untuk melewati paruh pertama yang nyaris membosankan jika bukan karena teori-teori yang dijabarkan cukup menarik untuk disimak.

Tak akan ada penampakan, “The Quiet Ones” bukan sejenis film yang dibuat oleh James Wan, jadi percuma menunggu ada seseorang yang mukanya penuh riasan, berdandan ala hantu dan mengagetkan ketika kita sedang lengah. Film ini masih punya beberapa kejutan, tampak seperti film-film bertema exorcist namun tanpa hantu-hantuan dan yang kerasukan berubah wajahnya jadi buruk rupa. Realistis saja karena yang dilawan disini bukan pendeta jadi Pogue menawarkan sesuatu yang lebih bisa masuk akal untuk dilawan sang profesor. Akan lebih tampak jadi murahan jika “The Quiet Ones” sengaja mengubah template-nya untuk jadi horor setan-setanan, karena sejak awal film ini hanya ingin mempermainkan psikologis penontonnya, horor yang hanya ada di kepala penontonnya saja. Horor dibangun dengan sederhana dan konvensional, tak banyak main visual tapi memanfaatkan departemen suara yang bekerja keras untuk menciptakan suara-suara aneh dan berisik untuk mengganggu penonton. Saya bilang cukup efektif dalam usahanya membangun atmosfir yang tidak mengenakan, Pogue ingin kita ikut merasakan gangguan yang diciptakan oleh Jane Harper. Sayangnya pemakaian efek CGI yang buruk hampir merusak apa yang coba dibangun film ini, beruntung Pogue masih mampu menutupinya dengan kejutan mengerikan yang akan kita temui di akhir-akhir durasi “The Quiet Ones”. Didukung oleh performa jempolan dari cast-nya, terutama Jared Harris dan Olivia Cooke, “The Quiet Ones” terbukti masih mampu jadi sebuah horor yang menghibur, walaupun pada akhirnya mudah dilupakan begitu kita keluar dari bioskop, yah secepat itu, sayangnya.