Sebagai penggemar found footage sekaligus franchise “Paranormal Activity” (PA), bisa dibilang saya tak pernah benar-benar dikecewakan oleh franchise film horor yang satu ini. Walaupun seri ke-empat PA, misalnya, dicap seri paling buruk, toh saya tetap menyukainya. Saya akui bagian ceritanya memang lemah, tapi film ke-empat tak seburuk apa kata orang, beberapa bagian yang di-set untuk menakut-nakuti setidaknya masih menyenangkan dan sukses bikin saya menjerit-jerit, iya saya memang cemen kalau sudah berurusan dengan film horor hahahaha. Sayang film ke-5 yang awalnya dijadwalkan rilis pada Oktober 2013, terpaksa ditendang mundur jauh ke Oktober 2014. Sebetulnya saya sudah mulai agak bosan dengan treatment dan formula yang dipakai di film-film PA, tapi franchise ini selalu bisa membuat saya penasaran dengan setiap serinya. Jadi mundurnya rilis PA 5 saya bilang ada bagusnya, memberi saya waktu untuk “bernafas” dulu sebelum balik ditakuti-takuti oleh seri terbarunya nanti. Nah spinoff, apapun namanya, bertajuk “Paranormal Activity: The Marked Ones” justru merusak.

Kemunculan “Paranormal Activity: The Marked Ones” awalnya saya pikir bakal jadi kado indah tahun baru, semacam cemilan mengenyangkan sambil menunggu lanjutan Paranormal Activity berikutnya. Tapi ternyata sebaliknya, walau punya kisah menarik yang dihubung-hubungkan dengan universe PA, dengan beragam easter egg yang diselipkan di beberapa adegan, saya tidak bisa lagi menyangkal jika “The Marked Ones” adalah seri terburuk dari kesemua seri PA. Baru kali ini saya menonton seri Paranormal Activity dengan mimik wajah yang hampir tidak berubah sepanjang film. Datar seperti sedang melihat kecoa yang tiba-tiba lewat, tapi hanya lewat saja dan tidak sampai terbang, “The Marked Ones” tidak pernah punya momen “kecoa terbang” itu. Saya tahu formula menakuti yang dipakai di setiap seri PA tak bisa dibilang baru, tapi “The Marked Ones” tidak saja ber-basi-basi-ria dalam urusannya trik jump scare, kesalahannya sejak awal adalah malas untuk menakuti-nakuti penontonnya. Disutradarai Christopher B. Landon, saya harusnya bisa berharap lebih, karena dia punya pengalaman menulis ke-empat seri PA sebelumnya, jadi seharusnya dia tahu mesti apa. Nyatanya si Landon tak bisa apa-apa ketika berurusan menakuti penontonnya, saya kecewa!

Dari sisi cerita, Landon memang cukup baik dalam mengulik plot, menghubung-hubungkan “The Marked Ones” dengan seri-seri sebelumnya. Untuk cerita, saya bisa bilang Landon “aman”, walaupun beberapa bagian kemudian dengan cepat mengingatkan saya dengan “Chronicle (2012)” dan “Insidious: Chapter 2 (2013)” terlebih di penhujung film (semoga tidak spoiler, hahaha). “The Marked Ones” berfokus pada Jesse (Andrew Jacobs) yang tiba-tiba saja mendapati bekas gigitan di tangannya. Beberapa hari kemudian, ia dan Hector (Jorge Diaz), sahabatnya, tak sengaja dicegat dan diserang oleh preman, tapi sebuah kekuatan yang tidak terlihat tampaknya melindungi Jesse, membuat kedua preman pingsan setelah sebelumnya terlempar. Selang beberapa hari kemudian, kejadian-kejadian aneh mulai bermunculan, termasuk Jesse yang menemukan kalau dirinya mempunyai kekuatan super. Awalnya Jesse senang-senang saja, dia memamerkan ke Hector, bermain-main dengan kekuatanny, merekamnya lewat kamera kemudian iseng meng-upload aksinya ke internet. Siapapun yang “melindungi” Jesse, belakangan diketahui semakin menunjukkan tujuannya, tujuan yang jahat tentunya.

“The Marked Ones” jelas hanya sebuah iseng-isengan-berhadiah, yuk bikin film horor berbujet 5 jutaan dolar (lagi), jangan lupa di judulnya tambahkan embel-embel Paranormal Activity, pasti laku dan untungnya berlipat-lipat. Terbukti dari hanya seminggu setelah penayangan perdananya, “The Marked Ones” sudah bisa mengantongi 30 jutaan dolar. Saya tidak pernah terganggu dengan film-film yang dibuat untuk mencari keuntungan, sah-sah saja menurut saya, asalkan dibarengi dengan niat bikin film yang bener—film horor yah harus nakutin, misalnya. Well, mungkin kebetulan saya saja yang sedang bosan dengan trik “The Marked Ones” menakut-nakuti penonton, alhasil ketika disodorkan trik yang sudah berulang-ulang kali dipakai di film-film PA sebelumnya dan film horor berbungkus found footage lainnya, saya sudah keburu muak lebih dulu. Sedang jenuh dan kebetulan “The Marked Ones” memang begitu membosankan dalam menyampaikan cerita, walaupun sekali lagi ceritanya tak seburuk itu, jadilah film ini “korban” caci dan maki saya. Saya memang penggemar PA, saya akan bela jika filmnya masih bisa menampilkan apa yang saya suka dan menyimpan bagian yang menarik, paling penting masih seram. Maaf, sayangnya saya tidak bisa melakukan itu untuk “The Marked Ones”, saya sulit menemukan celah yang membuat saya suka film ini. Ya, tak perlu buang-buang duit kalian untuk seri terburuk Paranormal Activity.