Film slasher yang tayang juga di program Midnight Madness-nya TIFF (Toronto International Film Festival) bareng “The Raid” pada 2011 silam ini, dengar kabar awalnya akan diboyong INAFFF (Indonesia International Fantastic Film Festival) untuk dimasukkan dalam agenda surprise movie-nya, cuma gagal gara-gara pihak Lionsgate selaku distibutor yang membeli hak edar tayangnya bisa dibilang rese. “Digudangkan” hampir selama dua tahun, “You’re Next” pun akhirnya dirilis juga tahun ini, setelah berkeliaran di beberapa festival bergengsi, termasuk Fantastic Fest di Amerika sana. Beberapa tahun ini subgenre horor yang satu ini memang agak turun pamornya, horor setan-setanan bisa dibilang sedang jadi primadona, slasher-slasheran kalah saing. Bukannya menghilang sama sekali, tahun ini juga masih ada “Countdown” dari Thailand dan “Texas Chainsaw” yang direct sekuel dari film orisinilnya, tapi sayangnya kedua film tersebut di mata saya belum bisa dibilang slasher yang memuaskan, termasuk “The Purge” yang punya premis taik banget namun tidak diikuti oleh esekusinya, filmnya justru tampak bodoh.

Hari yang tampaknya akan sempurna berubah tragis, kumpul keluarga Davison jadi “berantakan” ketika tiba-tiba perayaan mereka terganggu oleh orang-orang bertopeng binatang. Premis sederhana itu kemudian dikembangkan oleh Adam Wingard (A Horrible Way to Die) dan Simon Barrett (ikut bermain sebagai salah-satu pembunuh bertopeng) menjadi aksi yang diluar dugaan mengasyikkan. Yah, saya akui “You’re Next” tidak mengusung cerita yang orisinil, bisa dibilang hasil comot sana-sini, tapi saya tampaknya tidak terlalu peduli begitu anak panah dari salah-satu pembunuh bertopeng mulai melesat, kemudian tepat melubangi jidat korban pertamanya. Alih-alih kecewa dengan ceritanya yang gitu doang, jauhlah dari sajian horror yang cerdas—ini bukan “Cabin in the Woods” atau “Behind the Mask: The Rise of Leslie Vernon” yang meracik darah dan cerita dengan apik—sebaliknya film yang punya bujet “seikhlasnya” ini sukses membuat saya tepuk tangan dan berteriak-teriak ketika darah sudah disiram-siramkan ke penonton. Sejak awal Adam Wingard memang sudah meniatkan “You’re Next” sebagai film yang mengajak penontonnya untuk bersenang-senang, saya girang.

Untuk menemani formula slasher-nya yang konvensional, Adam Wingard tak saja menawarkan hiburan lewat adegan bacok-bacokan dan tusuk-tusukan, tapi saat sayat demi sayatan berbagai benda tajam sedang beraksi di layar yang memerah karena darah, ada sisipan black comedy yang kemudian membuat film ini kocak. Jadi ketika saya sedang asyik-asyiknya disumpalkan adegan-adegan yang penuh kekerasan berlumur darah, film ini menyempatkan saya untuk tertawa terbahak-bahak sampai kemudian diseret balik untuk dikelitiki oleh ujung golok karatan. Akhirnya jadi wajar ketika ada adegan yang seharusnya mengerikan justru saya respon dengan ketawa-ketiwi, karena Adam Wingard memang sengaja membuat adegan-adegan berdarahnya tercampur dengan komedi yang membalut film ini sedari awal tadi. Porsi komedi yang disiapkan pun cukup pintar dan ditempatkan di titik yang tepat, selagi leher sedang “geli” dikelitiki aksi crot sana crot sini, tak beberapa lama kemudian dialog-dialog lucunya ikut-ikutan menggelitik. Film ini bisa dibilang memberikan kesegaran di kala film-film berdarah lainnya memaksa untuk terlalu serius, “You’re Next” mengajak kita teriak sambil tertawa.

Diiringi oleh “Looking for the Magic”-nya The Dwight Twilley, “You’re Next” tahu bagaimana menjaga momentumnya dan tidak terlalu terburu-buru untuk urusan melepas satu-persatu “binatang buasnya”. Membiarkan penonton untuk bernafas dan bersantai, sambil berkenalan dengan para calon korbannya, termasuk final girl di film ini yaitu Erin Harson yang diperankan oleh Sharni Vinson (Bait 3D). Erin disini diperlakukan tidak seperti biasanya, bukan tipikal “mangsa” bodoh yang hanya bisa berlari kesana-kemari dan bersembunyi di lemari sampai durasi film habis. Sebaliknya, cewek tangguh yang justru memangsa balik pemangsanya satu demi satu, ketangguhan yang membuat orang-orang asing bertopeng hewan itu seharusnya berpikir dua kali ketika memutuskan untuk menyatroni rumah dan mengobrak-ngabrik malam yang seharusnya penuh kebahagiaan. Dituliskan oleh Simon Barrett, “You’re Next” memang tak banyak basa-basi sekaligus sabar dalam mengesekusi tiap adegannya, di beberapa bagian memang dirasa hambar dan perlu revisi ulang, tapi kemudian saya dengan cepat lupa dengan beberapa “bolong”-nya karena di adegan berikutnya saya sudah disuguhi aksi berdarah-darah yang menyenangkan. Yah saya akui “You’re Next” memang bisa lebih baik lagi, potensinya cukup besar untuk menjadi film slasher yang istimewa. Tapi apa yang sudah disuguhkan oleh Adam Wingard untuk saat ini cukup terbilang bikin saya kenyang, binatang-binatang jalang sudah melakukan pekerjaan dengan baik dalam misinya mengajak saya bersenang-senang dalam kubangan darah.