“Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, ku yakin hari ini pasti menang. Kobarkan semangatmu, tunjukkan keinginanmu, ku yakin hari ini pasti menang…”, sepenggal lirik lagu dari grup band Netral tersebut mengingatkan saya kalau sudah ngomongin sepakbola, orang Indonesia itu paling fanatik, suka bola tak pandang umur dan kelas sosial, dari anak kecil sampai orang dewasa, dari orang kaya hingga tukang ojek. Yah termasuk juga saya. Dari warung rokok pinggir jalan sampai ke kafe elit di mall-mall, kalau sudah menyiarkan pertandingan bola, apapun liganya, pastilah ramai. Apalagi jika yang ada di televisi itu pertandingan bergengsi macam World Cup, Piala Eropa, atau Liga Champions, tempat-tempat yang mengadakan nonton bareng penuh sesak bukan main. Segitu gilanya orang-orang Indonesia dengan yang namanya sepakbola, dan segitu cintanya kita orang Indonesia dengan Tim Nasionalnya. Whoa! jujur saat menulis review ini, entah kenapa saya juga ikut jadi emosional, mata berkaca-kaca, dan ada sesuatu yang ingin berteriak dari “dalam”. Mungkin karena saya sudah lelah melihat sepakbola di negara kita dibuat semrawut oleh politik busuknya, mungkin karena saya sudah sangat letih mendengar berita tentang mereka, orang-orang yang seharusnya mengurusi sepakbola kita, supaya maju, agar makin berprestasi, justru ribut memperebutkan jabatan. Saya, Andibachtiar Yusuf dan puluhan juta suporter Merah Putih, hanya pingin satu kok…hari ini Garuda menang! hanya itu.

Well, “Hari Ini Pasti Menang”, seperti juga lagu Netral “Garuda Di Dadaku” keduanya adalah penyambung harapan rakyat Indonesia, yang walaupun lebih banyak dibuat sakit hati, saya dan mereka yang masih percaya dengan Tim Nasional, tidak pernah akan menyerah untuk mendukung sang Garuda, tidak pernah capek untuk berteriak “INDONESIA!”. Ketika Garuda bertanding, rasa Nasionalisme bangsa ini bisa terlihat jelas dalam waktu 90 menit… mungkin lebih jika ada perpanjangan waktu hahahaha. Terlalu banyak drama nga enak, sedangkan prestasi, merangkak saja sulit, apalagi untuk memanjat sampai puncak. Nangis ketika melihat kliping berita yang dijadikan opening credit sequence di “Hari Ini Pasti Menang”, sepakbola Indonesia toh memang pernah berjaya di pentas kelas dunia, bahkan hingga ke World Cup. Sehabis ungkap fakta menyenangkan, tiba-tiba muncul cover majalah bergambar seseorang bernama Gabriel Omar (Zendhy Zaen), yang membuat saya kaget dia pencetak gol terbanyak di Piala Dunia, jadi bingung. Tidak perlu, karena film yang ceritanya ditulis juga oleh Ucup (panggilan akrab Andibachtiar Yusuf ) dan Swastika Nohara ini sengaja dibuat ber-setting Indonesia versi alternate universe, jadi sah-sah saja ketika menceritakan Indonesia pernah masuk perempat final Piala Dunia 2014. Soeharto turun di tahun 80-an, duit kertas kita bergambar Gusdur, dan untuk bisa masuk ke jalan Sudirman kita harus bayar dahulu, sampai sedetil itu film ini memikirkan dunia alternatif-nya.

“Hari Ini Pasti Menang” bukan saja bercerita tentang Gabriel Omar, pemain Jakarta Metropolitan (versi lain dari Persija, tampaknya) yang punya drama di dalam serta di luar lapangan. Tapi juga peristiwa-peristiwa lain yang saling berkaitan, semuanya menuju ke satu titik, sepakbola negeri ini. Dari cerita bisnis judi bola sampai Andien Zulaikha (Tika Putri), seorang jurnalis yang nekat melakukan investigasi berbahaya tentang ikut campurnya mafia dalam mengontrol sebuah pertandingan, agar bandar judi bisa menang besar. Film drama lokal yang bertema sepakbola gini bisa dihitung dengan jari, “Garuda di Dadaku” dan “Tendangan Dari Langit”, bisa dibilang paling berkesan buat saya. Nah, Ucup menambahkan satu judul film lagi, sebuah film bola yang drama di luar lapangannya pun dibuat semenarik di dalam lapangan. Keras di lapangan, lebih keras lagi di kehidupan nyata, sulit mencetak gol, lebih sulit lagi saat menggapai tujuan di dunia yang sebenarnya. hidup itu memang layaknya permainan sepakbola. Kadang kita jatuh, adakalanya kita dicurangi, tapi harus bisa bangkit lagi untuk giring bola sampai akhirnya bersarang di gawang lawan. Serius pesannya, ini juga film yang menghibur, sambil sesekali “menyentil”. “Hari Ini Pasti Menang” juga buat saya pribadi sih seperti doa khusus untuk sepakbola Indonesia.

Didukung akting yang mumpuni dari Zendhy Zaen sebagai Gabriel Omar, Tika Putri, Mathias Muchus, Ray Sahetapy, serta pemain pendukung lainnya seperti Ibnu Jamil yang bermain sebagai Bambang Pamungkas, Verdi Solaiman yang akting marahnya sambil telepon dan banting-banting sangat juara, serta Om Henky Solaiman. “Hari Ini Pasti Menang” adalah tontonan yang menyenangkan, seru dan juga menyentuh, ketika film ini juga mulai membagikan porsi cerita hubungan ayah dan anak, Gabriel dan ayahnya. Walaupun ada bagian yang cukup bertele-tele menyangkut investigasi Andien dan intrik-intrik antara Gabriel Omar dengan pelatihnya, Dimas Bramantyo, yang pada akhirnya membuat saya merasakan durasi 120-an menit itu sangat lama. Namun Ucup mampu melakukan “serangan balik” di saat konfliknya masih berputar di tempat yang sama dan hampir membuat saya bosan, adegan-adegan di lapangan sangat-sangat menegangkan dan dikoreografikan dengan baik, untuk menghasilkan sebuah pertandingan-pertandingan-an yang seru. Seperti menonton pertandingan betulan, saya bersorak ketika gol tercipta, apalagi didukung atmosfir pertandingan yang apik. Stadion betulan, suporter betulan, sampai bentrok antara suporter yang membuat setiap laga di “Hari Ini Pasti Menang” makin “Indonesia Banget”. Sudah ke piala dunia, tapi suporternya masih primitif, salah-satu celetukan Coach Bram yang paling saya ingat, khusus untuk mengolok-ngolok suporter sepakbola kita. Well, ini bukan hanya film yang menyampaikan olok-olok buat keadaan sepakbola negeri ini, tapi juga harapan, ada doa untuk kita amin-kan. Semoga sepakbola kita makin jaya… amin.