Apa sih film horor bangsat itu?, menurut gw pribadi salah-satu kriterianya adalah pas lagi nonton gw sampai klik tombol pause, bukan karena pengen buang air kecil atau dipanggil emak disuruh sembahyang, tapi karena tuh film horor yang lagi ditonton bikin gw “nyerah” duluan, paranoid duluan. Padahal setannya belom nongol, tapi gw udah keburu mikir yang macem-macem, kejutannya belum nongol gw udah ngebayang yang serem-serem aja. Lucunya, belom tentu apa yang gw bayangin itu bener-bener muncul di layar, yup kadang gw melakukan itu, mencet pause, merasa tertantang tapi menyerah duluan sebelum “dipukul”. Secara langsung memang hasil dari efek atmosfer, setting yang mendukung, menurut gw ya film horor memang bukan semata-mata setannya harus serem pas ditongolin, tapi juga bagaimana film horor tersebut mampu membangun ketakutan di dalam pikiran penontonnya terlebih dahulu. Well, Sadako dan Kayako misalnya, beruntung mereka sudah serem, tapi lihat bagaimana film yang menghadirkan setan-setan berambut iklan sampo ini mencoba menyerang titik psikologis para penontonnya, efek takut itu jadi berlipat-lipat ketika keduanya muncul. Walau tidak dimunculkan berkali-kali tapi pikiran kita sudah dibuat “ciut” duluan, sebelum akhirnya mata juga ikut bersembunyi dibalik telapak tangan. Asia biasanya jago-nya bikin film horor model begini, “Keramat” dari Indonesia juga masuk dalam kategori horor bangsat itu.

Jadi apakah gw mencet tombol pause ketika menonton “V/H/S”? jawabannya adalah iya banget, tapi gw nga akan bongkar di segmen mana gw sukses dibuat paranoid-guling-guling, walau (lagi-lagi) ternyata semua hanya ada dikepala. Segmen? Iya nga salah baca kok, karena “V/H/S” terdiri dari banyak cerita dalam satu film, ada lima segmen cerita plus satu segmen yang membungkus semuanya, jadi sebetulnya ada 6 cerita bangsat di “V/H/S”. Sebuah horor antologi yang dikemas dengan gaya found footage—gw biasa lebih demen nyebut horor mokumenter, disutradarai oleh Adam Wingard, David Bruckner, Ti West, Glenn McQuaid, Joe Swanberg, dan empat orang sutradara yang tergabung dalam geng “Radio Silence”. Segmen pertama diberi judul “Tape 56”, bisa dibilang segmen yang nantinya mengikat semua segmen di “V/H/S”. Oh iya jangan kaget kalau tiba-tiba gambar film ini kaya “bajakan belom mateng”, padahal kata tukang dvd “udah ori kok!”. Karena “V/H/S” memang dikonsep untuk terlihat seperti kita sedang nonton dari vhs, sesuai judulnya. Klo masih ingat acara video-video lucu di televisi dulu, “V/H/S” kaya gitu, dibungkus layaknya video-video amatir, bedanya hiburannya bukan berasal dari kelucuan tapi “horor”.

Segmen “Tape 56” akan menceritakan sekelompok cowok-cowok berandalan yang ditugasi mencuri beberapa video vhs dari sebuah rumah yang katanya sih kosong, namun ternyata mereka justru menemukan seorang pria tua sudah terbujur kaku tak bernyawa di rumah tersebut. Karena tidak tahu video seperti apa yang mereka harus curi, satu-persatu kaset video yang ditemukan di rumah tersebut, mereka play dan apa yang mereka tonton akan kita tonton juga, cerita dari segmen ke segmen pun dimulai, termasuk “Tape 56” masih akan terus bercerita setelah satu segmen ke segmen lain berakhir dan mengungkap kebangsatannya di akhir. Segmen mana yang jadi favorit gw? gimana kalo gw curhat dari yang paling tidak favorit, yaitu “Second Honeymoon”. Berlokasi di sebuah kamar hotel, segmen yang satu ini sudah begitu meyakinkan ketika berusaha membuat gw penasaran, apa yang akan terjadi dengan kedua pasangan menikah ini. Apalagi ketika sosok yang tidak diinginkan nongol dan mulai mengisi kepala gw dengan ke-paranoid-an. Sayangnya, keistimewaan segmen ini dalam membangun atmosfer ngeri, seperti “dikhianati” oleh twist-nya yang bagi gw terlalu biasa saja—untungnya, tingkat gore-nya cukup lumayan bikin gw ngilu.

“Tuesday the 17th”, akan terlihat seperti tipikal film-film slasher konvensional, ada sekelompok remaja yang sedang ingin bersenang-senang di hutan, tahu-tahunya ada “tamu tak diundang” merusak segalanya. Satu-satunya keasyikan segmen ini hanya terletak pada bagaimana satu-persatu remaja dibantai. Setelah dikecewakan oleh “Second Honeymoon”, segmen ini tahu bagaimana mengembalikan mood gw balik ke normal, mengguyur gw dengan darah dan adegan-adegan gore dengan level sadis yang menyenangkan. Dari semua segmen, “The Sick Thing That Happened to Emily When She Was Younger” tidak saja yang punya judul terpanjang tapi juga memiliki cerita paling menarik menurut gw. Untuk segmen yang satu ini, gw benar-benar dibuat konsentrasi mendengarkan obrolan video chat seorang cewek dan seorang pria, karena misterinya memang dibangun dari obrolan mereka. Setelah gw dibuat penasaran setengah mati, barulah segmen ini mulai menakut-nakuti ala paranormal activity, dari bebunyian aneh sampai penampakan menyeramkan. Kreatifnya, semua direkam seakan gw melihat dari kamera di laptop, menelusuri ruang demi ruang di apartemen menjadi bertambah mengerikan. Salah-satu segmen terseram di “V/H/S” yang twist-nya memberikan alasan untuk gw bilang “bangsat!” dan “watdefak!”.

“Amateur Night” adalah yang paling menyeramkan, segimana menyeramkan, kalau lo lagi nahan pipis pas nonton ini, mungkin bisa ngompol dicelana, yah segitu serem sampe gw jejeritan “anjing” tengah malem sendirian. Bermodal cerita sekelompok pemuda yang ingin mencari “kesenangan” kemudian justru menemui mimpi paling buruk mereka, “Amateur Night” punya segalanya untuk membuat kita takut, salah-satunya adalah satu pemain cewek yang dari awal memang kelakuannya sudah aneh dan membuat gw sendiri bertanya-tanya “orang bukan nih?”, dengan segala macam keganjilan yang diperlihatkan, termasuk raut wajahnya yang ah pokoknya lugu-lugu menghanyutkan iman. “Amateur Night” jelas memberikan gw kesenangan luar biasa sebagai pecinta film horor, ini adalah segmen yang tidak hanya serem, tapi berhasil mengajak gw seakan berada di dalam video, perasaan takut yang real. Seperti kebanyakan antologi atau omnibus, “V/H/S” juga menyimpan segmen terbaiknya di akhir, walau tidak seseram “Amateur Night”, “10/31/98” jelas menjadi yang paling favorit, sebuah petualangan di malam halloween yang berubah menjadi absurd nan watdefak. Serem, konyol, klasik, ngeri, bangsat, watdefak, anjing, itulah “10/31/98”. Sebuah petualangan yang mengesankan, “V/H/S” sudah ngasih gw sebuah “hadiah” yang menyenangkan, penuh kejutan, penuh kengerian, gore tingkat galau, dijamin adegan-adegan seremnya bikin susah move on. Penggemar horor mokumenter kaya gw bersiaplah untuk diajak bersenang-senang oleh “V/H/S”.