Review Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides

Saya pertama kali menonton seri pertama dari “Pirates of the Carribean” yang dimulai tahun 2003 ini justru tidak dibioskop, melainkan di keping vcd original (bangga). Kesan terhadap film itu bisa dilihat dari berapa kali saya memutar film tersebut berulang-ulang, yah bisa dibilang saya terkesan dengan petualangan kapten Jack Sparrow dan dunia bajak laut-nya. Baiklah, setelah itu beruntung saya bisa menyambangi kembali Sparrow dengan dua film sekuelnya di layar lebar, “Dead Man’s Chest” (2006) disusul setahun kemudian “At World’s End” (2007). Film pertama “The Curse of the Black Pearl” tetap yang paling original, tapi film kedua menurut saya adalah yang paling baik dari ketiga serinya. Pada film yang kembali di sutradarai Gore Verbinski tersebut, tidak hanya muncul karakter-karakter baru tapi juga diselipkan berbagai intrik yang menarik, tambah lucu, menghibur, dan juga agak kelam dengan hadirnya Davy Jones yang mengkomandani pasukan “freak” di kapal menyeramkan Flying Dutchman. Sayangnya film ketiga terlalu muluk-muluk, banyak intrik yang dipaksakan, kurang lucu, dan tidak sebaik pendahulunya, walau saya akui untuk urusan hidangan visual, film ini bisa dibilang “mewah” sendiri.

Untuk film keempat jedanya makin lama, empat tahun sejak film terakhir, “On Stranger Tides” memang bisa dikatakan sekuel yang “tidak perlu”. Jika bukan karena tergiur untuk kembali sukses besar, mungkin kita tidak akan lagi melihat Jack Sparrow di layar lebar. “The Fountain of Youth” yang akan menjadi pondasi cerita di film ini memang membuat penasaran, menjanjikan sebuah petualangan baru yang tak kalah mengasyikkan ke dunia yang asing, dengan karakter-karakter yang baru pula. Sayangnya kita tidak akan melihat lagi karakter yang dimainkan oleh Orlando Bloom dan Keira Knightley, padahal kedua karakter ini cukup penting, apalagi chemistry sebagai sepasang kekasihnya sudah “dapet” banget. Cerita mereka mungkin dianggap basi dan film ini butuh penyegaran, tapi bukan berarti di film yang sekarang ditangani oleh Rob Marshall ini tidak ada romansa sebagai pemanis, romantika dunia bajak laut masih akan disajikan, seperti sudah menjadi ciri khas bagi franchise “Pirates of the Carribean”. Kali ini tidak tanggung-tanggung si Jack sendiri akan diceritakan punya “mantan pacar” dalam wujud Angelica (Penélope Cruz).

Kisah cinta-cintaan tersebut masih akan jadi porsi pemanis saja, fokus film ke-empat ini tetap tertuju pada perlombaan mencari “The Fountain of Youth”. Dimana ada dua belah pihak yang berambisi menemukan lokasi mata air awet muda tersebut, Inggris yang ingin lebih dahulu tiba disana sebelum pihak Spanyol, mencoba menangkap Sparrow kemudian merayunya untuk membantu mereka, karena Sparrow orang yang tahu lokasi keberadaan mata air tersebut. Sparrow berhasil melarikan diri seperti biasa tapi pada akhirnya justru menjadi tawanan kapal bajak laut Queen Anne’s Revenge, yang dikapteni seorang bajak laut paling ditakuti Blackbeard (Ian McShane). Sparrow pun kini dibawah “kuasa” bajak laut yang dipercaya mampu menghidupkan orang mati tersebut, terbukti dia mempunyai anak buah kapal yang bukan manusia tetapi zombie. Perlombaan untuk menemukan mata air awet muda pun dimulai, Blackbeard tidak sendirian karena disana ada pihak kerajaan Inggris yang dikapteni teman lama Sparrow, Hector Barbossa (Geoffrey Rush), dan tentu saja pihak Spanyol ikut dalam persaingan…siapa cepat dia dapat.

Review Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides

Jack Sparrow si kapten bajak laut yang nyentrik itu kembali! masih dengan gaya urakan dan santai dalam menghadapi apapun. Sparrow di “On Stranger Tides” tetap selucu apa yang pernah kita lihat di film-film sebelumnya, tapi saya sepertinya sudah agak bosan ya dengan karakter yang diperankan oleh Johnny Depp ini. Sparrow yah begitu-begitu saja, makin nyeleneh di setiap penampilannya, Depp hanya melanjutkan apa yang sudah ada, memerankan karakter yang sudah sukses membangun chemistry-nya di tiga film. Walau sekali lagi Depp mampu menghidupkan lagi karakter Sparrow, sisi charming yang selalu disebut-sebut oleh Angelica di film ini seperti sudah meredup, “keseruan” yang pernah saya rasakan di tiga film sebelumnya, termasuk “At World’s End” yang kurang berkesan, tidak semenarik dulu lagi. Walaupun kali ini kita diajak ke sebuah petualangan baru, saya rasa-rasanya tidak lagi meresponnya dengan gegap gempita, seperti anak kecil yang oleh ayahnya diajak jalan-jalan ke tempat yang itu-itu saja. Yup, “On Stranger Tides” sudah kehilangan sisi menarik yang dulu pernah hinggap ke petualangan-petualangannya, kini yang ada hanya sebuah cerita baru dengan pola yang diulang. Tidak ada yang benar-benar bisa dianggap baru di “On Stranger Tides”, selain munculnya karakter-karakter baru, nah itu pun sepertinya hanya menggantikan karakter-karakter lama yang sekarang hilang.

Rasa bosan bersarang betah selagi bergulirnya “On Stranger Tides” selama 2 jam lebih durasinya, sesekali hilang ketika Sparrow berhasil menggelitik saya dengan kelucuannya yang khas tersebut, yah franchise “Pirates of the Carribean” kan memang sudah terkenal dengan kemasannya yang “menakutkan” tapi lucu. Untung-nya porsi lucu tersebut cukup ampuh untuk menghajar kantuk, apalagi ketika bagian yang diperuntukan untuk pemanis menggeser action yang seharusnya dijejalkan lebih banyak. Porsi romansa yang sekarang bertumpu pada Sparrow dan Angelica, kemudian ditambah dengan hadirnya cinta lokasi antara seorang misionaris dengan mermaid yang ditawan, sesaat semua romantika yang terselip tersebut tampak menarik, namun momen-momennya lagi-lagi dipaksakan untuk hadir tanpa chemistry yang asyik dari mereka yang sedang “jatuh cinta”. Kekurangannya makin bertambah ketika action yang digelar tidak seheboh dua film sebelumnya, walau begitu masih tetap menghibur, toh franchise ini memang dibuat untuk satu tujuan itu. Tapi sebagai sebuah film yang punya beban melanjutkan franchise petualangan Sparrow di dunia bajak laut, apa yang ditawarkan “On Stranger Tides” belum mampu memuaskan ekspektasi saya yang bisa dibilang fans dari seri ini. Mungkin “Pirates of the Carribean” memang sudah seharusnya “karam” di film ketiga dan tidak perlu lagi “dibangkitkan”.

Rating 2.5 Bintang