Kok rasa-rasanya jadi terasa tidak adil yah apabila menonton sebuah film sekuel tanpa terlebih dahulu mengintip cerita di film pendahulunya, takutnya saya jadi seperti orang dungu, yang bertanya-tanya dalam hati atau ke penonton yang duduk di sebelah, mencari tahu relasi antara kedua film. Setidaknya jika kedua film tidak ada sangkut pautnya dalam urusan cerita pun, saya masih bisa membandingkan kualitasnya atau keburukannya. Okay saya jujur terlewat tidak menonton “Akibat Pergaulan Bebas” yang diproduksi pada 2010 dan disutradarai oleh Nayato Fio Nuala, tidak sempat juga mengejar menonton film yang dibintangi Leylarey Lesesne ini sebelum menonton sekuelnya, sebenarnya saya memang tidak punya niatan untuk membuang waktu menonton salah-satu film tersukses Nayato tahun lalu ini. Saya beruntung, toh ternyata setelah bertanya kanan-kiri, film “Akibat Pergaulan Bebas 2” memang tidak punya ikatan benang merah dengan film pertama, ya kecuali disana ada nama Leylarey Lesesne di kedua film.

Ketidakpedulian saya pada “Akibat Pergaulan Bebas” yang ditonton 400 ribuan penonton (menurut data di filmindonesia.or.id) tersebut, tentunya bertolak belakang dengan mereka yang menamakan dirinya produser-produser film Indonesia. Melihat angka yang lumayan dan bisa dikatakan kalau film itu “laris”, Firman Bintang yang sekarang juga menjabat sebagai Ketua Umum PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia) tentu saja tergiur untuk kembali duduk di bangku produser, memproduksi sekuelnya. Entah atas pertimbangan apa “Akibat Pergaulan Bebas 2” tidak lagi memakai jasa “ketok mejik”-nya Nayato, yup kali ini tongkat estafet tersebut diserahkan pada Findo Purwono, yang bulan lalu baru saja merilis film sekuel juga dan sama-sama hanya numpang taruh judul karena isinya tak ada sangkut pautnya dengan predesesornya, “Suster Keramas 2” dibawah bendera Maxima. Hmm mungkin supaya filmnya punya nafas baru yang segar atau Nayato sendiri memang sedang sibuk dengan proyek-proyek lainnya, maklumlah.

“Akibat Pergaulan Bebas 2” membuka tirainya dengan menampilkan suasana klub malam lengkap dengan hingar bingar musik disko dan lantai dansa dipenuhi orang yang asyik berjoget ria. Karena film ini mengandung kata “gaul” dan gaul di film-film Indonesia memang sepertinya identik dengan adegan klub malam (saya sudah mati bosan melihat tipikal adegan seperti ini di film-film Nayato dan you-know-who), maka karakter yang statusnya gaul wajib diperlihatkan sedang mabuk-mabukan dan main perempuan di klub malam tersebut. Begitu pula dengan Denis (Keith Foo) yang tanpa basa-basi langsung diperkenalkan sebagai anak gaul di klub dan bajingan di ranjang. Bermodalkan tampang ganteng, aktor pujaan, dan sedang berada di puncak popularitas, Denis dengan mudah melucuti pakaian setiap perempuan yang dia temui, berinteraksi dengan tubuh mereka, dan melampiaskan nafsunya tanpa peduli apakah ia besok akan mengingat nama mereka.

Dari rekan sesama artis sampai perempuan “kampung” lugu yang kebetulan penggemar Denis, aktor sombong yang satu ini selalu berhasil mengajak mereka tidur bareng, sambil juga menambah koleksi video “pribadi”. Walau Denis sudah jelas tidak setia dengan Rasty (Leylarey Lesesne) kekasihnya, aktor yang sering adu mulut dengan Jimmy (Rocky Jeff), sahabat dan lawan mainnya di sebuah film ini sebaliknya selalu setia mengabadikan aksi kejantanannya di ranjang. Rasty yang tidak tahu kekasihnya diam-diam punya hobi selingkuh, sudah dari awal memperingatkan Denis untuk menghapus video berisi adegan mesra dirinya dengan Denis, tapi tidak dihiraukan dan justru malah bertambah. Sampai akhirnya laptop berisi video-video itu hilang, Denis dan Rasty tentu saja panik, apalagi pada saat video adegan ranjang mereka tersebar di dunia maya kemudian jatuh ke tangan infotainment. Dunia seperti runtuh rasanya dan karir keduanya terancam hancur, mimpi buruk belum berhenti sampai disitu karena video kedua menyusul tersebar, melibatkan Denis dengan seorang artis perempuan yang sudah bersuami.

Jika sinopsis diatas begitu familiar, wajar saja karena film ini mengklaim dirinya based on true story, terinspirasi heboh kasus tersebarnya video “mesra” antara tiga orang artis terkenal yang beberapa waktu lalu mendominasi tayangan infotainment, televisi, dan juga laris manis diburu videonya di internet. Tentu cerita yang diangkat ke layar lebar pastilah sudah dipermak banyak fiksi, karena ini film yang dibuat untuk menghibur bukan sebuah film serius pengungkap fakta dan kebenaran. Karakter-karakternya pun dibuat jauh dari kesan mewakili tiga orang yang terlibat skandal itu, bisa dibilang berdiri sendiri tanpa terbebani dimirip-miripkan dengan orang aslinya. Terlepas dari embel-embel “kisah nyata” yang sangat Nayato sekali, “Akibat Pergaulan Bebas 2” sepertinya dibuat agar penonton melihat ini adalah film Findo bukan lagi Nayato. Setidaknya Findo melakukan sesuatu yang tampaknya tidak akan pernah Nayato lakukan, yaitu muncul di filmnya sendiri. Tapi bukan berarti sekuel ini jauh dari kata sempurna menghilangkan “cita rasa” khas Nayato dalam kemasannya, masih ada namun tidak banyak.

Kemudian apakah dengan Findo mencoba menghilangkan identitas Nayato di sekuel ini, menjadikan “Akibat Pergaulan Bebas 2” lebih baik, bukankah sebuah sekuel itu biasanya punya tradisi seperti itu, punya sesuatu yang lebih dari apa yang diberikan predesesornya. Di balik bayang-bayang angka ratusan ribu film pertama, harusnya jadi sebuah cambuk bagi Findo untuk bisa melampaui angka tersebut, tapi kok kesannya kualitas film pun tak dipedulikan, hasilnya dengan hanya menambah “2” dibelakang Akibat Pergaulan Bebas, film ini hanya akan berdiri telanjang memalukan. Cerita yang ditulis Aviv Elham (Hantu Jembatan Ancol) pun tak lebih dari paket sinetron yang di-layar-lebarkan, dengan cerita yang kita sudah tahu semua akan mengarah kemana, Aviv hanya mengulur-ngulur apa yang sudah kita tahu melalui acara infotainment tanpa adanya daya tarik tersendiri agar saya betah duduk melahap durasinya yang 90 menitan tersebut. Oke disana ada konflik ketika skandal video terkuak, diambil dari sudut pandang “pelaku”, tetapi sayangnya saya sudah terlalu lelah melihat cara film ini membangun dramanya, konflik pun dibuat begitu ala kadarnya, menyajikan santapan basi yang biasanya dihidangkan sebuah sinetron.

Oh “Akibat Pergaulan Bebas 2” punya twist loh, duh sayangnya sekali lagi saya sudah tidak peduli film ini akan berakhir seperti apa, lagipula melihat pola film ini membangun cerita dan konflik, twist tersebut mudah untuk ditebak. Findo begitu bernafsu ketika tiba saatnya dia melepas adegan-adegan ranjang, tapi bukannya jadi “penyedap”, porsi panas tersebut tidak lebih dari serangkaian adegan ranjang malu-malu-kucing-yang-di-blur, lalu dengan cerdas hanya diulang-ulang oleh Findo sampai saya bosan. Kenapa tidak fokus pada cerita ketimbang mengumpulkan adegan-adegan betapa bajingannya karakter Denis yang oleh Keith Foo diperankan super-mengganggu itu, tapi sepertinya mengurangi porsi ranjang sekalipun tidak ada pengaruhnya sama sekali. Setelah cerita Aviv Elham dibuat sangat sinetron sekali, Findo tidak perlu repot-repot mengemasnya menjadi berkelas, setidaknya mencoba membuat “Akibat Pergaulan Bebas 2” lepas dari pandangan bahwa ini sinetron yang difilmkan. Tapi Findo lebih memilih untuk tidak melakukan itu, esekusinya justru membuat film ini sulit dicerna, oleh otak saya yang sudah disetel dalam mode hiburan sekalipun. Segala dramatisasi membosankan yang gampang ditemui di sinetron-sinetron negeri ini pun dipaketkan lebih eksklusif agar saya lebih cepat muak dan mudah melupakan ceritanya.

Kalau sudah begini yang mampu menyelamatkan film ini adalah jajaran pemainnya, duh tenyata tidak juga, Keith Foo begitu mengganggu dan luar biasa berlebihan. Leylarey Lesesne yang di film ini semakin “nakal” saja, walau bisa dibilang lebih baik tetapi tetap saja selalu salah menempatkan dirinya, ketika adegan yang seharusnya memerlukan tingkat emosi lebih, dia justru terlihat biasa saja, sebaliknya dia menjadi berlebihan ketika tidak diperlukan. Lain lagi dengan Amink yang untuk sekian kalinya seperti tidak sedang berakting dan menjadi diri dia sendiri. Lalu apa yang membuat “Akibat Pergaulan Bebas 2” menarik? sebuah pertanyaan yang sulit saya jawab. Findo sudah membuktikan bahwa dirinya memang “brilian” entah itu ketika menyutradarai film horor komedi maupun film drama seperti “Akibat Pergaulan Bebas 2” ini. Saya jadi semakin penasaran apa jadinya jika sekuel ini tetap dipercayakan untuk ditangani Nayato dan tidak diwariskan kepada Findo, saya yakin hasilnya pasti jauh lebih memuaskan…saya serius?