Ketika pasien lebih memilih mati daripada sembuh…

Skor 3 untuk Maxima Pictures dan 2 untuk rumah produksi sebelah, tentu saja saya tidak sedang ngomongin persaingan kualitas dari dua PH yang doyan memproduksi film-film berbau beha ini, melainkan siapa yang paling banyak datengin aktris-aktris “film dewasa” ke Indonesia untuk main di film mereka. Maxima yang lebih memilih menggaet bintang asal Jepang—Sebelumnya ada Maria Ozawa atau lebih dikenal dengan Miyabi (Menculik Miyabi, Hantu Tanah Kusir) dan Rin Sakuragi (Suster Keramas)—kembali mengajak teman seprofesi Ozawa dan Sakuragi, yaitu Sora Aoi (Sola Aoi) untuk ikut main dalam sebuah film horor ngebanyol bin konyol berjudul “Suster Keramas 2”.

Jika ditanya lebih bagus mana atau apa hubungannya dengan film pertama, sayangnya saya nga bisa jawab karena belum nonton. Tapi saya bisa bilang ini, embel-embel judul yang untuk kedua kali-nya memakai “Suster Keramas” tidak ada sangkut pautnya dengan cerita dalam film ini, itu pun kalau cerita itu memang ada. Seolah tidak ingin membuang kesempatan untuk menumpuk uang dalam beha, tidak ada salahnya toh memberikan judul “Suster Keramas 2”, mendompleng predesesornya yang (katanya) sukses. Bodo amat-lah filmnya sendiri nga nyambung sama judul, kan yang penting sama-sama punya “aktris Jepang”. Pihak Maxima juga ngaku kok urusan judul nga nyambung itu mah persoalan marketing aja, tadinya udah ada judul lain untuk film ini tapi dengan berbagai macam alasan yang ujung-ujung uang, dengan lugu mereka ganti judul.

Saya tahu di seberang sana KKD sedang senyum-senyum saja, walau dia sadar jika sudah kalah dalam soal kuantitas, tapi siapa sih yang bisa nyaingin produser paling jenius yang ada di planet ini dan tentu saja planet asalnya, mesumnus. “Tenang aktris-aktris film eike lebih berkualitas, Tera Patrick “asetnya” lebih besar dan jago sekali goyang, makanya di film cuma dikasih peran goyang-goyang aja” KKD menjelaskan dengan percaya diri dan kemudian melanjutkan “nga percuma deh eike bayar dia 1 M”, saya hanya bisa anguk-anguk saja mendengar KKD ngomong.

“Nah dari Tera Patrick pula tuh eike direkomen buat ngajak Sasha Grey buat main di film berikutnya” KKD terus aja nyerocos tak ada habisnya, “Eike sebelumnya nga pernah tahu siapa tuh Sasha Grey, tapi kata Tera Patrick dia pernah main di film Steven Spielberg, wah eike suka banget sama “Jurassic Park” jadi langsung deh eike suruh orang ke Amerika sana buat ketemu sama Sasha” (Tera Patrick sebetulnya menyebut Steven Soderbergh tapi disalah-artikan oleh KKD menjadi Steven Spielberg). KKD masih aja belum menutup bacotnya “Maxima boleh punya film Suram 2 dengan Sora Aoi, siapa juga eike nga kenal, nga bisa deh nandingin film Pocong Mandi Goyang Pinggul eike”. Asal tahu aja saking lugunya KKD ini, dia konon nga pernah tahu kalau Tera Patrick itu juga aktris film panas. Sekian.

Kembali ke “SURAM 2”, film yang skripnya ditulis oleh Abbe Ac alias Alim Sudio yang sebelumnya terlibat dalam Jenglot Pantai Selatan ini sepertinya memang dibuat dari awal untuk tidak memiliki pondasi cerita yang kuat, cukuplah cerita yang secuil upil pocong itu ditempatkan di awal film sebagai sebuah alasan untuk menyatukan semua karakter yang tidak jelas asal-usulnya (termasuk karakter yang dimainkan Sora Aoi) dalam suatu tempat bernama rumah sakit antah berantah. Findo Purwono pun tidak perlu repot-repot amat untuk bercerita, karena memang tidak ada yang perlu diceritakan, kecuali bagian di akhir film yang konon katanya penting banget karena menyimpan twist yang akan bikin kepala penonton berputar 3 kali lapangan gelora bung karno, pokoknya dashyat.

Sebagai ganti cerita, Findo bakar kemenyan dan memanggil semua setan lokal, yah kecuali setan-setan kepunyaan KKD, karena mereka kebal sama menyan (jangan bilang siapa-siapa yah janji, setan-setan properti KKD hanya bisa dipanggil dengan celana dalam warna ijo yang dibakar, sedikit abunya dioleskan juga ke bagian atas dan bawah mata, jangan coba-coba lakuin ini dirumah sendiri kalau nga mau didatangin sama setan-setan muka bubur basi).

Lalu siapa saja setan yang dateng? ada setan kakek-kakek batuk, setan berambut panjang yang ternyata pemeran aslinya cakep banget hahaha (berisik woi!!), cameo sundel bolong juga ada eh apa kuntilanak ya?, buset ada tuyul juga ikut absen, sampe pocong ngesotnya Nayato jadi bintang tamu nih disini. Tapi karena nga mau terlibat cekcok dengan suster ngesot, sudah cukup si pocong suruh bayar denda di pengadilan karena terbukti bersalah menjiplak hasil karya setan lain, jadi sekarang si pocong terpaksa berperan jadi pocong lumpuh penghuni kursi roda. Oh iya suster ngesot juga maksa ikut main karena pengen ngawasin si pocong kalau-kalau dia ngesot lagi.

“Suram 2” emang udah mirip ajang reuni hantu-hantu lokal, karena semuanya ada disini, bisa dibilang paket hantu gatel yang nga pernah berhenti nakutin, sayangnya kemunculan mereka setiap 2 detik sekali nga mampu bikin bulu kuduk saya “konak” sedikitpun. Atau memang film ini dari awal juga tidak niat dibuat untuk jadi horor menyeramkan, toh yang bikin film pikir penonton yang akan dateng nonton juga nga peduli dengan horornya yang punya tampilan komedi basi, yang penting mah bisa nongkrongin Sora Aoi yang berani topless (udah biasa si Sora yang beginian mah) di film ini.

Lucu nga, serem pun nga, “Suram 2” pun berakhir dengan adegan-adegan kaget-kagetan yang nga pernah berhenti mengganggu penontonnya. Sejumlah pemain yang dijajarkan untuk teriak dan berlari pun tidak perlu susah payah berakting, yang penting para aktor cowonya semaksimal mungkin bertampang bego dan mesum ketika berhadapan dengan Sora Aoi dan deretan suster seksi yang siap menggoda, hmm saya jadi pengen sakit juga terus diurus sama suster-suster ini (pengen gw tampol aja nih yang nulis review). Selama hampir satu setengah jam kita akan diajak berputar-putar, ketemu setan demi setan yang udah dengan susah payah dipanggil oleh Findo, ditemani iringan musik yang untungnya tidak terlalu memekakkan telinga (seperti film-film horor lain) tapi memang tidak ngaruh dalam urusan bikin mood saya jadi lebih baik. Penampakan yang terlalu berlebihan serta didampingi oleh lelucon-lelucon kriuk-kriuk garing, kemudian semakin lengkap ketika orang-orang yang seliweran ketakutan di film ini menambah gagalnya “Suram 2” sebagai sebuah hiburan yang utuh, sebuah paket film horor-komedi yang bisa dibilang nga ada bedanya dengan film-film Nayato yang sekarang juga lagi doyan ngebanyol di horor.

http://twitter.com/#!/raditherapy/status/60892241106964481