It’s not my style to take small steps in the shadows, lets just kill the boss and take the credit ~ Yamata

Sebelum anda berpikir terlalu jauh kalau ini adalah sekuel lanjutan dari seri Alien baku hantam dengan Predator, stop sampai disitu karena ini bukan film tentang Alien ciptaan Hollywood yang sedang marahan dengan musuh bebuyutannya, Predator, lalu mencari musuh baru ke Jepang. Thanks God! “Alien vs Ninja” merupakan produk lezat yang lagi-lagi dikeluarkan oleh Sushi Typhoon, studio sinting yang sejak berdiri di November 2009 lalu, berkomitmen untuk menggandeng sutradara-sutradara yang juga sinting macam Noboru Iguchi, Yoshihiro Nishimura, sampai Takashi Miike, Berharap di Indonesia juga akan muncul studio se-sinting ini dengan film-film yang sebagian tidak memikirkan apa yang namanya logika, tetapi selalu tunduk setia untuk menghibur penontonnya. Hey hey! tunggu dulu bukankah ada K2K yang sama-sama mengeluarkan film tidak berlogika, ah kalau studio yang satu itu bukan lagi setia dengan film-film berlogika dangkal tetapi juga sudah kelewatan hingga filmnya termasuk non-tontonan-manusia. Sudahlah kenapa jadi membahas studio yang kerap memunculkan film yang dari judulnya saja sudah busuk, ya busuk dalam arti yang sebenarnya lho.

Apa sih yang tidak keren jika itu berhubungan dengan Ninja, dari skill bela dirinya yang super-awesome sampai senjata rahasinya yang juga tak kalah keren. Film-film yang juga mengusung tema jagoan yang menutup keseluruhan tubuhnya dengan balutan kain hitam-hitam dan hanya menyisakan bagian mata ini, sudah tidak terhitung lagi jumlahnya, yah termasuk juga serial anime seperti contoh: Naruto, yang sangat digandrungi sekarang ini. Faktor awesome mereka inilah yang akhirnya menginspirasi Seiji Chiba untuk ikut serta mengangkat lagi sosok Ninja yang notabennya berasal dari negaranya, Jepang. Bedanya kali ini Chiba tidak akan mempertemukan ninja-nya dengan Yakuza, gangster, mafia, teroris, Chuck Norris, atau Presiden Amerika sekalipun, tapi ALIEN! hanya manusia yang pernah ke bulan yang sanggup melahirkan ide se-brilian itu. Jika kalian masih ingat dengan “Alien vs Predator”-nya Paul W. S. Anderson atau sekuelnya berembel-embel Requiem yang dibesut Strause bersaudara (nama mereka cukup familiar, oh ya mereka yang membuat Skyline), lupakan produk Hollywood tersebut, karena Chiba punya alien yang lebih BADASS!! Lupakan juga duo ikon horor yang dijodohkan dalam “Freddy vs Jason”, karena Chiba punya design alien yang lebih HOROR!! atau lupakan sama sekali produk dalam negeri “Pocong vs. Kuntilanak” karena film tersebut memang BURUK!!.

“Alien vs Ninja” memiliki cerita yang kompleks, terenkripsi dalam kode bahasa alien, duh sampai bingung harus mulai darimana. Okay! jadi semua bermula ratusan tahun yang lalu ketika klan ninja Iga dan Koga (kedua klan ini memang terkenal bermusuhan) masih saling menyerang dan meledakkan masing-masing istananya untuk menjadi klan terbaik di Jepang. Chiba tidak muluk-muluk (untungnya) dari awal kita sudah disuguhkan adegan pertarungan akrobatik katana (pedang ninja) antara Yamata dan kawan-kawan dari klan ninja Iga melawan sekelompok ninja Koga, yang secara mengejutkan pertarungan di awal film ini dikemas sangat serius oleh Yuji Shimomura  dan Kensuke Sonomura, yang punya tanggung jawab membuat semua adegan pertarungan menjadi cantik. Setelah berhasil menciptakan “kembang api” di puncak istana Nobunaga Oda, trio ninja Iga, Yamata (Mimoto Masanori) yang selain jago juga sombong, Jinnai (Kashiwabara Shuji) yang entah bagaimana caranya bisa mewarnai rambutnya menjadi merah di jaman feodal, lalu Nezumi (Tsuchihira Donpei) yang bermuka bodoh dan kartun, langsung dikejar oleh “anjing-anjing” Oda dari klan ninja Koga. Sudah bisa ditebak Yamata, Jinnai, dan si entah-bagaimana-caranya-Nezumi-menjadi-ninja-paling-senior akhirnya bisa memberesi ninja Koga dengan segala macam jurus dan kelihaian mereka memainkan katana.

Film belum selesai, karena kini saatnya Chiba mendatangkan alien sebagai lawan paling seimbang ninja-ninja Iga. Sebelum kembali ke desanya, Yamata dikejutkan oleh bola api yang jatuh dari langit dan langsung melaporkan berita ini kepada masternya. Yamata, Jinnai dan Nezumi-yang-pengecut pun segera diberi tugas untuk bergabung dengan ninja Iga lainnya yang sudah lebih dahulu berangkat dengan misi mencari letak jatuhnya bola api tersebut. Setelah bergabung dengan Rin (Hijii Mika) dan sekelompok ninja Iga dalam hutan, mereka bertemu dengan seorang bocah yang mengaku desanya dihancurkan oleh monster dan seluruh penduduknya dibunuh. Tanpa berlama-lama Alien bertubuh karet—seseorang yang tahan berpanas-panasan memakai pakaian monster karet seperti yang sering kita lihat di film-film Kamen Rider atau Ultraman—langsung muncul setelah lama menunggu di balik semak-semak sambil makan udon (mie Jepang). Tentu saja makhluk yang lebih mirip sesuatu yang tumbuh di antara selangkangan laki-laki ini mengejutkan Yamata dan teman-temannya, bukan hanya mereka tidak pernah lihat wujud aneh yang sekarang berdiri di depan mereka tetapi juga karena monster tersebut mampu membunuh satu-persatu ninja Iga dengan mudah. Bagaimana Yamata, Jinnai, Rin, dan Nezumi-yang-masih-saja-pengecut-minta-pulang bisa selamat dari keganasan ALIEN?

Pernah melihat ALIEN berotak mesum yang nafsu ketika melihat balutan seksi seragam ninja perempuan, jika belum maka kesempatan untuk melihatnya hanya ada di film yang merupakan debut pertama studio Sushi Typhoon ini. Apa yang dilakukan oleh Seiji Chiba bisa dikatakan adalah versi kekonyolan yang lebih bersahabat dari “Mutant Girls Squad” arahan trio sutradara yang asalnya satu kampung dengan alien di film ini. Alien vs Ninja punya porsi seimbang antara serius dan tidak serius, Chiba menyelipkan kebodohan itu dalam setiap adegan tarungnya, dimana ketika Yamata dan teman-teman ninja Iga sedang terlihat sangat serius memainkan katana, mereka juga dipaksa terlihat konyol. Begitu juga dengan alien yang seharusnya menjadi lawan yang menyeramkan seperti film-film yang menggunakan alien sebagai penebar terornya, tetapi Chiba lebih memilih menyuruh alien untuk berperan seperti badut yang juga pandai bertarung. Sudah tanggung dengan balutan baju karet, kenapa tidak sekalian alien dipaksa untuk berguling dalam lumpur kebodohan bersama sekawanan ninja yang juga tidak kalah dalam urusan memancing kita untuk tertawa, apalagi saat Nezumi muncul di layar, dia sebetulnya tidak usah terus “dianiaya” oleh temannya atau alien, karena melihat mukanya saja saya sudah muntah cekikikan.

Diantara tawa-tawa menggelikan, jangan salah Alien vs Ninja juga sanggup menawarkan adegan-adegan yang dijamin mengundang penonton untuk bersorak-sorai kegirangan dan bertepuk tangan melihat aksi-aksi pertarungan yang seperti saya bilang di awal, dikemas dengan sangat serius oleh duo Yuji Shimomura dan Kensuke Sonomura, berbeda dengan film-film Nishimura and his “ridiculous” friends yang memang dari awal tidak pernah niat untuk dibuat berotak sedikitpun (go…go… Nishimura!). Terlepas dari cerita yang sekali lagi dibuat ringan dan klise, lalu efek CGI yang terkadang berlebihan dan sangat chessy, justru semua kekurangan tersebut yang menjadikan film ini mampu menghibur, karena Seiji Chiba sanggup membuat filmnya dengan jujur untuk kelihatan seperti itu, tidak mewah dan tidak berpura-pura menjadi film yang keren dan pintar. Tujuan Chiba hanya satu, yaitu bagaimana caranya menghibur penonton, membuat mereka tertawa, dan semua tujuan tersebut sudah berhasil dikerjakan dengan konyol oleh Chiba. Walau “Alien vs Ninja” bagi saya tidak terlalu istimewa jika dibandingkan dengan film-film sejenis dari klan Nishimura tapi tidak ada salahnya menonton film ini untuk kedua kalinya, apalagi untuk melihat lagi Hijii Mika melakukan split terbalik untuk menghindari serangan buntut alien, AWESOME.