I’m a Derek and Dereks don’t run! ~ Derek

Melihat anak muda bernama Neill Blomkamp membuat film alien dengan semangat dan kreatifitas tinggi, sepertinya mengingatkan Peter Jackson akan dirinya di masa lalu ketika membuat “Bad Taste”. Bedanya dulu belum ada efek komputer canggih dan tidak satu orangpun yang mau membiayai filmnya (walau pada akhirnya ada suntikan dana besar), di gerakkan oleh visi dan mungkin memori indah masa lalu tersebut, Peter akhirnya tidak ragu untuk memproduseri film pendek Blomkamp menjadi film “District 9” yang kita kenal sekarang. Hasil dari jerih payah dan sebuah taruhan besar tidak sia-sia, film ini toh sukses besar tahun lalu dengan meraih lebih dari 200 juta dolar dan hebatnya berhasil dapat empat nominasi Oscar, termasuk dinominasikan untuk kategori film terbaik. Itulah Peter Jackson, visi besarnya berhasil membawa film “underdog” sampai ke puncak tanpa bisa disangka-sangka. Demikian juga dengan “Bad Taste”, film ini juga lahir dari sebuah visi, walau tidak sehebat saat Peter mulai menciptakan middle earth, tapi visi sederhana tersebut sukses menjaring semangatnya dan mengasah kreatifitasnya untuk membuat film fenomenal ini dan kelak film-film hebat lainnya. “Bad Taste” hanyalah permulaan.

Jangan bayangkan “Bad Taste” adalah sebuah film alien yang kaya akan teori-teori yang konspirasinya sanggup membuat otak penontonnya meleleh, teknologi visual efek yang membuat mata ini berbinar-binar, atau plot yang menyajikan cerita “normal”. Sebaliknya, film alien versi Peter Jackson ini akan menyuguhkan cerita yang sanggup mengeluarkan popcorn yang anda makan dan dengan mejik-nya keluar lewat hidung (ada di kamus nga sih kata mejik?). Belum lagi penampakan alien yang lebih mirip pantat ayam berjenggger ketimbang monster mengerikan dari planet lain. Eits! Jangan salah pantat ayam juga bisa jadi musuh mengerikan jika sudah berlari-lari mengendong AK-47 sambil menyumpah-serapah tidak jelas. Apalagi ditambah misi mereka ke bumi untuk berburu manusia demi dagingnya, mengerikan? bagaimana jika ditambah hal menggelikan bahwa kedatangan alien-alien ini ke kota Kaihoro adalah menjadikan daging manusia sebagai resep terbaru waralaba makanan cepat saji intergalaksi, masih mengerikan?

Lalu kita diperkenalkan dengan Derek—saya sempat tidak mengenali dan tidak percaya kalau yang memerankan karakter ini adalah Peter Jackson sendiri—dan teman-temannya yang ditugasi oleh AIDS (The Astro Investigation and Defence Service) menginvestigasi menghilangnya penduduk kota Kaihoro. Belakangan diketahui kota tersebut dikuasai oleh alien yang menyamar dalam tubuh manusia. Keempat pria pemberani ini pun berjuang setengah mati dari kepungan alien yang ganas dengan senjata martil, termasuk si jagoan kita Derek yang berhasil menangkap alien bernama Robert (alien ini ternyata diperankan juga oleh Peter Jackson). Namun sayangnya setelah diserang oleh beberapa alien, Robert sukses menyerangnya dan Derek jatuh dari tebing yang tinggi, apakah jagoan kita sudah tewas? ternyata tidak. Peter Jackson punya cukup cadangan ide-ide dan imajinasi gila, salah satunya membangkitkan Derek yang ternyata jatuh diatas sarang burung (malang sekali nasib burung camar ini). Nah tentu saja kali ini Derek tidak dibuat sempurna, dia harus mengidap sindrom sedikit idiot karena bagian belakang kepalanya terkelupas (mirip potongan melon), alhasil otaknya berceceran dan dia dengan susah payah mengumpulkan lalu memasukkannya kembali ke dalam kepalanya. Ini yang saya namakan jenius!

Kejeniusan dalam bentuk sebuah film berjudul “Bad Taste”, tidak lahir dengan kedipan mata. Sebaliknya Peter Jackson baru selesai dengan film ini setelah empat tahun, lewat rangkaian syuting yang dilakukan setiap akhir pekan. Peter mengajak teman-temannya sendiri untuk bermain disini dengan bujet hanya ribuan dolar. Beruntung asosiasi film di negaranya New Zealand mau mendanai film ini sampai selesai dengan suntikan 250 ribu dolar. Hasilnya adalah sebuah film yang terlahir dari kumpulan semangat, ketulusan, dan kejujuran. Kemasan yang independen memang terlihat jelas dengan segala kekurangan disana-sini. Tapi mari kita sembunyikan kekurangan tersebut sejenak dan melihat upaya Peter untuk membuat film ini agar akhirnya sampai ke mata penonton. Selain panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan film ini, Peter juga maksimal menggunakan apa saja, yah apa saja termasuk sebuah pipa alumunium, kayu, dan bahan rumah tangga lainnya untuk menghasilkan sebuah senjata. Lalu bagaimana membuatnya terkesan nyata, itu adalah tugas pemain untuk menggetar-getarkannya seakan senjata sungguhan.

Topeng alien yang saya sebut mirip dengan pantat ayam berjengger pun dibuat oleh Peter sendiri di dapur, memaksimalkan penggunaan oven milik ibunya. Semua itu sedikit dari banyaknya upaya hebat Peter untuk sampai akhirnya bisa menghibur kita dengan filmnya. Saya tidak mengada-ngada ketika bilang film ini memang bisa menghibur dengan cerita yang kadang tidak jelas dan diluar nalar, apalagi dengan fakta bahwa tidak ada naskah di film ini, jadi Peter hanya mengandalkan ide-ide gilanya yang muncul begitu saja seperti kotoran kuping dan menginprovisasinya di setiap syuting akhir pekan. Bagaimana tidak menghibur ketika bisa melihat seorang Peter Jackson sedang asyik memakan isi kepala alien yang sudah meledak, layaknya itu es krim menyegarkan. Jika belum cukup, Peter masih punya peran seorang Derek dengan ikatan kepala supaya isi kepalanya tidak keluar berhamburan. Karakter yang bisa dibilang saudara kembar Ash dari Evil Dead ini adalah maskot yang tidak habis-habisnya memberi kejutan konyol…sampai di akhir film.

Film ini memang punya segudang adegan konyol, lucu, ditimpal dengan sajian gore yang setengah mati menggiurkan—lebih menggiurkan daripada muntahan Robert yang jadi makan malam para alien—dan oleh Peter semua itu tersaji nikmat dengan bumbu komedi yang tidak dipaksakan untuk lucu.“Bad Taste” itu seperti pemanasan bagi Peter Jackson untuk membuat film yang lebih meledakkan otak 5 tahun setelah ini, yah saya menunjuk film yang sebelumnya saya review “Braindead”. Sebuah pemanasan yang cukup bagi saya untuk ikut mengikat kepala seperti Derek karena tidak mau berakhir dengan kepala yang ikut pecah. Beruntung muka-muka alien dan pantat mereka yang menonjol keluar dari celana ketat masih sanggup mendinginkan kepala ini, saya tidak ada habis-habisnya tertawa melihat aksi akrobatik-menggelitik dari agen-agen waralaba ini. Tapi tetap saja kepala ini dibuat lagi-lagi meledak dengan adegan “domba” atau Derek yang dilahirkan kembali. Peter Jackson sukses menyumbatkan roket bertuliskan “jenius” di pantat saya.