You just contact the mayor’s office. He has a special signal he shines in the sky; it’s in the shape of a giant cock. ~ Hit Girl

Pecinta komik atau yang pernah sekali membaca komik superhero apapun, pasti pernah membayangkan dirinya berdiri tegap di atas sebuah gedung pencakar langit, lengkap dengan balutan kostum unik dan siap menyelamatkan dunia. Tapi ketika kita kembali ke dunia nyata, kita kecewa karena tidak seperti Superman atau Spiderman yang memiliki kekuatan “ajaib”, kita sadar tidak pernah punya kekuatan super sejak lahir, maka pupus sudah harapan menjadi pembela kebenaran bertopeng. Lalu apa yang terjadi ketika ada seorang anak muda culun punya ide untuk menjadi superhero, tanpa kekuatan apapun? apakah dia sudah gila? atau kekuatan “hati” yang memanggil dia untuk beraksi? apapun alasannya, tampaknya kita akan memiliki idola baru karena seorang superhero “nyata” telah dilahirkan. Dia adalah Kick-Ass!!

Perkenalkan Dave Lizewski (Aaron Johnson), anak remaja yang terlampau biasa, bukan tipe selebritis di sekolah dan dia pecinta komik sejati. Dave tidak punya kekuatan apa-apa –tidak pernah tergigit laba-laba beradioaktif ataupun punya catatan sebagai “pengungsi” dari sebuah planet lain– kekuatan alaminya adalah “tidak terlihat” oleh para gadis-gadis cantik disekolah. Dave bisa dibilang berada lingkungan “cupu” bersama kedua temannya yang sama-sama penggila komik. Suatu ketika, Dave mendapat pencerahan untuk berdiri dari tempat duduknya di “Atomic Comic”, duduk di depan laptop dan membeli sebuah kostum “murahan” lalu jadilah dia seorang pahlawan kebenaran. Dave sekejap mata telah berubah menjadi superhero, lengkap dengan senjata (dua stik pemukul), kostum untuk menyamarkan identitas aslinya, keberanian yang perlu ditanyakan, dan tentu saja nama sakti untuk menakuti para penjahat yang mendengarnya…KICK-ASS.

Namun sayangnya aksi perdana Dave sebagai Kick-Ass harus segera berakhir, ketika dia justru yang babak belur dipukuli para berandalan yang hendak mencuri mobil. Hasilnya Dave mendapat tusukan dan sialnya tertabrak mobil juga. Kalah telak dan masuk rumah sakit, ternyata tidak membuat jagoan kita ini jera. Setelah sembuh total, Kick-Ass telah kembali ke jalanan dan kesempatan untuk mendapat predikat superhero sejati kali ini ada di depan mata. “Misi”-nya kali ini sepertinya berhasil, tidak sia-sia Kick-Ass mati-matian membela orang yang tidak bersalah, sampai harus kembali babak belur dan penuh luka. Karena aksinya kali ini direkam banyak orang dan videonya ditayangkan di televisi. Tak lama kemudian, Kick-Ass menjadi “artis” di dunia maya, videonya paling banyak di lihat di youtube dan my space-nya kali ini punya ribuan penggemar.

Aksi “terlalu berani” Kick-Ass diawal sepertinya menjadi sebuah menu pembuka untuk nantinya kita akan disuguhkan aksi-aksi luar biasa dari Hit Girl dan Big Daddy. Di awal kita akan dibawa untuk mengenal karakter Dave dan alter-egonya, hingga pada akhirnya Matthew Vaughn berhasil membuat saya terkagum-kagum dengan jagoan baru bernama “Kick-Ass” ini dan bersimpati ketika dia harus bertaruh nyawa demi kebenaran. Jika bisa dilukiskan secara liar, saya adalah penggemar barunya yang berkali-kali menekan tombol “play” di youtube untuk melihat videonya dan menjadi teman di my space (walau saya sebenarnya tidak punya account my space) dan mengirimkan pesan dukungan untuknya setiap hari tanpa henti. Memang terlihat berlebihan, tapi itulah yang saya rasakan ketika menonton film yang diadaptasi dari 8 seri komik karya Mark Millar dan John Romita, Jr ini. Dave sepertinya sudah mewakili impian saya untuk menjadi superhero, mungkin juga impian kita-kita semua. Karena seperti apa yang dilakukan Dave, tidak perlu kekuatan super untuk menjadi superhero, cukup kekuatan dari hati dan mungkin sedikit cuek saat berjalan melewati orang-orang dengan kostum ketat.

Cukup mengasyikkan dengan Kick-Ass? itu belum seberapa…karena kehadiran Hit Girl (Chloë Grace Moretz) dan Big Daddy (Nicolas Cage) meningkatkan level keasyikan dan intensitas keseruan film ini menjadi berlipat-lipat. Pada saat Kick-Ass terpojok bersama malaikat maut, mereka berdua muncul entah darimana dan menolongnya. Kemunculan keduanya adalah hiburan terbaik di film ini, mereka adalah “the true superhero”. Tidak seperti Dave yang tidak terlatih, Ayah dan anak ini sangat terlatih berkelahi dan bermain dengan senjata mematikan. Latihan mereka tidak sia-sia, karena aksi mereka yang luar biasa dalam menghajar “bad guys” merupakan suguhan yang sangat menarik. Beberapa kali terdengar sorak-sorai bergembira dari mulut saya sendiri, ketika Hit-Girl dengan rambut palsu berwarna ungu, topeng ala zorro, kostum keren, dan samurai di tangan, berhasil menghabisi para penjahat.

Big Daddy menambah semarak hiburan yang sudah ditampilkan oleh Hit Girl, perannya tentu saja bukan sebagai pemandu sorak dan hanya melihat dari kejauhan, ketika anaknya sedang bergelut dengan para penjahat. Jagoan kita yang lebih mirip dengan batman ini juga punya aksi-aksi kejutan yang siap meledakkan kepala kita. Semua tentang Hit Girl dan Big Daddy memang selalu berhubungan dengan “ledakan”, yah ledakan “action” super-seru yang datang dari muntahan peluru, sayatan pedang, hantaman tinju, suara wajah yang remuk, dan puluhan lusin adegan kekerasan yang cukup sadis. Selain dapat memindahkan tiap halaman komik menjadi sesuatu yang menarik di layar lebar, Matthew Vaughn ternyata juga tidak lupa mentransfer elemen sadis komik ke dalam filmnya. Tapi jika dibandingkan dengan komiknya, Matthew Vaughn sudah lebih “memperhalus” level sadis untuk filmnya dengan mengemasnya lebih “bersahabat” untuk penonton bioskop.

Aksi seru dan visual sadis memang akan menjadi menu utama film ini, menemani kita dari menit ke menitnya bersamaan dengan bergulirnya cerita yang terbalut ringan namun masih tetap menyenangkan. Jika ada yang membuat saya berhenti melahap semua sajian “lezat” dari Matthew Vaughn, itu karena Hit-Girl berhasil mencuri perhatian saya di sepanjang film. Moretz sangat-sangat terlihat dewasa dalam balutan tubuh anak 11 tahun itu, tidak hanya karena aktingnya yang tidak memperlihatkan kalau dia masih dibawah umur, tetapi mulut “kotor”nya berhasil membuat saya terkejut sekaligus tertawa. Yah memang tidak wajar dan tidak baik mendengar kata-kata kasar tersebut terucap dari mulut manis Moretz. Tapi pembawaannya yang santai dengan akting yang tidak terpaksa dan alami, membuat kata-kata kasar ini justru terdengar “sopan” bahkan lucu di beberapa bagiannya. Moretz memang dilahirkan untuk menjadi Hit Girl…titik!

Ketika Nicolas Cage dapat memerankan lakonnya dengan baik, lalu Mark Strong sangat menonjol dalam memerankan Frank D’Amico, bos mafia sekaligus musuh utama di film ini (dari detik ini, jadikan Mark sebagai “villain” di film-filmnya, karena dia cocok sekali jadi peran jahat). Justru Aaron Johnson yang berakting agak datar sebagai Dave, aura ajaib yang dapat dirasakan di komik sepertinya sedikit berkurang ketika saya melihat Kick-Ass di film ini. Jangan lupakan kehadiran superhero lainnya, Red Mist yang diperankan dengan “keren” oleh Christopher Mintz-Plasse, kemunculan Mr. McLovin (perannya dalam Superbad”) makin membuat renyah humor-humor yang menghiasi film berdurasi 117 menit ini. Film yang sudah terbungkus rapih, lewat sentuhan “superpower” dari Matthew Vaughn ini pun makin sempurna ketika iringan lagu-lagu dari prodigy dan yang lainnya benar-benar sukses membangkitkan mood dengan pas. Pada saat visual berhasil memanjakan mata, soundtrack-nya juga berhasil menghinoptis kita untuk tetap duduk dengan manis menikmati film ini. Kick-Ass pun mengakhiri misinya dengan sukses…misi paling penting, yaitu menghibur semua orang.