Aku merasa ada yang meraba-raba aku, menyentuh aku, meniduri aku berkali-kali ~ Marsya

Melirik judulnya saja gw udah lebih dahulu tertawa, Diperkosa Setan, sebuah pilihan judul yang tentu saja fenomenal dan mengundang penasaran seperti apa sih jika seorang manusia diperkosa oleh setan. Film yang punya judul bahasa bule “Raped by Saitan” ini pun menjawab rasa penasaran anda satu persatu lewat kemasan maha dasyat (sepertinya akan banyak “dramatisasi” ala Nayato di review ini). Film produksi MM Creation yang sudah memproduksi total tiga film ini –sebelumnya ada Roh dan Kereta Setan Manggarai yang lebih dulu menyapa penonton horor Indonesia– dibuka lewat sosok pemuda yang meng-klaim dirinya orang paling ganteng, tukang mabok, preman, dan tentu saja playboy cap tutup botol mijon bernama Rico. Sebagai catatan Rico sering nongkrong bersama teman-temannya yang tidak jauh berkelas dengan dirinya, gangguin cowok (what??!!) maksudnya cewek dan mabok-mabokan, tapi tunggu dulu di meja mereka cuma ada botol pruti sama presti bagaimana bisa mereka mabok (ah mungkin itu gw aja yang salah liat, pasti itu botol minuman keras kok). Sama seperti malam-malam sebelumnya, Rico pun nongkrong di tempat yang sama bersama geng “es the manis”. 

Tentu saja dia hangout di tempat yang sama, toh disini minumannya murah-meriah dan bisa bikin mabok (nga usah ketawa, please). Rico pun mulai tergiur untuk menggoda salah satu cewek yang kebetulan (atau bisa dibilang sial bertemu dengan Rico), tapi sebelumnya mabok dulu cuy!! Rico pun tanpa basa-basi meneguk mijon (dengan gaya ala iklan-iklan minuman berenergi). Setelah merasa level percaya dirinya meningkat dia pun bergegas mendekati cewek yang ditaksirnya. Ya…ya semua berjalan lancar dan Rico bisa mengajaknya “kencan” di kost-kost-an tempatnya tinggal. Adegan “syur” pun langsung disajikan, sayangnya penonton akan dikecewakan oleh “si tukang sensor” yang dengan seenaknya memotong bagian yang paling ditunggu. Mungkin “Hantu Puncak Datang Bulan” seharusnya bisa saja tayang dan tak sampai di-banned jika saja mau dipotong sampe gundul, tapi tampaknya seorang KKD punya harga diri setinggi IQ-nya dan idealisme yang rumit serumit pengambilan gambar zoom in-zoom out di “Genderuwo” untuk menolak memotong filmnya dipotong.

Kembali ke tekape, Rico malam berikutnya terlalu mujur bisa mengandeng “jablay” yang ditemukannya di tempat mangkal di sekitar kuburan (seperti biasa si cewe pake baju putih seksi ala si manis jembatan ancol). Kemujuran itu tidak diikuti dengan kenikmatan karena ternyata cewe yang dia bawa kali ini adalah kuntilanak yang sedang menyamar. Rico pun terbunuh dengan mengenaskan oleh sang agen rahasia (hey!!!) iyah…iya maksudnya tante kunti. Film pun berlanjut dengan datangnya seorang gadis ayu yang baru saja datang dari kampung (begitulah menurut cerita…). Kepada pemilik kost dia mengaku bernama Marsya (sekali lagi begitulah menurut cerita, jangan protes). Cewe yang diperankan oleh Cynthiara Alona ini dengan dandanan dipaksa “ndeso” namun tetap dengan make-up tebal ala aktris sinetron, pun melanjutkan curhatnya kepada ibu kost kalau ia ingin kerja supaya bisa membiayai adiknya di kampung yang sedang sakit (oowh sangat menyentuh sekali cerita ini, menjurus ke melodrama asia nih pasti…not!!).

Well, cerita pun berlanjut dengan diterimanya Marsya sebagai sekretaris di perusahaan yang dipimpin oleh Raymond (lagi-lagi klise karena melihat kemolekan tubuh Marsya). Ia pun diperkenalkan dengan Andre (entah apa jabatannya, gw nga peduli dan nga memperhatikan) yang nantinya akan menjadi orang yang selalu ada untuk Marsya (so sweet…pasti menjurus ke film-film romantis nih harus…not!!). Waktu pun cepat berlalu di film ini (kita tak akan pernah tahu kapan siang dan kapan malam), Marsya tak akan mengira jika malam pertamanya di kost barunya akan berubah menjadi tragedi. Tentu saja dia tidak tahu, kalau tahu kamar yang disewanya adalah kamar bekas Rico yang terbunuh pasti dia tidak akan tinggal di tempat kost tersebut (anehnya tempat kost sebesar itu sepertinya hanya Marsya, Ibu kost dan suaminya yang menghuninya). Pada malam itu dia pun “diganggu”, tidak dengan penampakan super-seram melainkan bagian tubuhnya yang menonjol diraba-raba oleh setan Rico (tentu saja dengan efek visual yang canggih atau bisa juga itu tangan asli, enaaak bener yang grepe-grepe…). Rico ternyata belum meninggalkan hobi lamanya semasa hidup, kecuali hobinya minum mijon, dia dengan nafsunya memperkosa Marsya (Adegan ter-disturbing yang pernah gw lihat).

“Kejeniusan” Petruska Karangan dalam mengemas adegan demi adegan di film ini mulai memperlihatkan taringnya lewat scene “pemerkosaan” ini. Kita akan diperkenalkan dengan teknik luar biasa tanpa spesial efek agar kesan nyata adegan tersebut lebih terasa. Bagaimana caranya?…yah Alona silahkan bergoyang-goyang sendiri dan berimprovisasi seakan-akan anda sedang diperkosa setan (dreeeng…dreeng *mengambil salah-satu efek musik di film ini). Tidak cukup dengan satu gaya, adegan “mesra” Alona dan setan Rico akan menyuguhkan variasi gaya, antara lain doggy style (gw berharap banyak supaya ada sedikit kesadisan disini dengan menjedot-jedotkan kepala Alona yang pada waktu itu dekat sekali dengan tembok, hahaha). Eh iya gw nga akan melanjutkan cerita filmnya, nga mao spoiler ah, nonton sendiri aja…siapa yang mau nonton??!! *muntah nasi goreng. Film ini punya segala cara untuk membuat penontonnya serasa duduk selama berhari-hari di bioskop, padahal durasinya hanya kurang dari 2 jam. Pertama entah kenapa pak sutradara doyan sekali memakai efek blur di beberapa adegannya (beberapa adegan fokus dan beberapa adegan blur setengah mati). Ditambah pengambilan gambar yang sangat “artistik”, sampai entah kawat atau tali apa ikut terambil dengan jelas menutupi sebagian adegan. Pak sutradara juga suka sekali mengambil gambar dari sudut yang sama berulang-ulang (mungkin ini angle favoritnya).

Adegan Marsya yang diantar pulang oleh Andre atau bosnya selalu saja mengambil angle yang sama, tapi dengan cerdik dibedakan dengan mengganti-ganti mobilnya (yah kalau tidak mobil pak bos, yah mobil andre). Urutan kejadiannya pun sama, mobil datang dan Marsya ketiduran di mobil itu. Sama halnya dengan scenes yang berulang-ulang, dialog pun dibuat berulang-ulang (film ini punya satu ton dialog ajaib yang siap membuat anda terpingkal-pingkal secara mental). Marsya yang punya ciri khas tukang tidur dan selalu menguap ini punya dialog favorit yaitu “permisi”, parahnya salah satu adegannya Marsya salah mengatakan “permisi” dengan “pemirsi”. Anehnya kenapa adegan ini tidak di take ulang yah?? Hmm…masih banyak adegan yang seharusnya masuk “deleted scene” atau “dibuang sayang” tetap dimasukkan ke film ini (atau jangan-jangan gw menonton keseluruhan film yang memang terdiri dari adegan-adegan salah…dreng…dreng!!).

Film ini bak tak memakai skrip, adegan-demi-adegannya lompat ke sana kemari tak konsisten dalam menyajikan cerita yang kontinu (eh gw serius amat yah bahas film kaya gini doank…sadar…sadar). Dengan timeline yang tidak jelas, film ini secara ajaib tak memberi ampun sedikit pun kepada penontonnya, dengan memberikan serangkaian twist yang sungguh tidak nyaman. Seperti contoh: anak setan yang dilahirkan oleh Alona (ini setan yang gw tunggu-tunggu muncul lho, gw namain setan cebol) tidak tahunya dengan cepat sudah beranjak dewasa (serius kemampuan wolverine untuk menyembuhkan luka dengan cepat aja kalah). Gw nga akan pernah tahu kalau itu adalah anak setan hasil buah “cinta” Marsya dan Rico, jika saja Marsya tidak menyebut penampakan Rico dengan sebutan anaknya *dreng..dreng. Serius gw kira itu adalah Rico ternyata sutradara punya cara luar biasa dalam menampilkan twist-nya. Anak setan sudah besar dan mirip sekali dengan ayahnya (bukan mirip lagi sih semuanya sama dari make-up sampai bajunya). Lalu kemana sang ayah pergi? tega sekali meninggalkan anak semanis itu *muntah tahu gejrot. Sebelumnya sih ada adegan setan Rico tertabrak mobil (iya anda tidak salah baca, setan bisa ketabrak) pak sutradara memang seperti tukang sulap, semua yang mustahil dibuat mungkin di film ini…mejiiiiik. (memungkinkan kita untuk berulang kali muntah).

Jika dirasa semua keajaiban yang disajikan film ini belumlah cukup, masih ada karakter-karakter setan yang tidak bisa akting dan juga dibalur dengan make-up seadanya. Hmm.. dialog-dialog keren di film ini juga (Setan rico/anaknya punya dialog favorit juga: Mama! *memanggil Marsya) disempurnakan dengan akting datar seluruh pemainnya, khususnya bintang utama Alona. Sepanjang film tak hentinya dia memperlihatkan bakatnya dalam berakting datar, marah, ketakutan, dan sedih tidak ada bedanya. Parahnya sehabis dia diperkosa setan dengan santai dia kembali bekerja seperti tidak ada apa-apa, baru ketika film mau habis (terpaksa deh) Marsya mengaku diperkosa setan oleh Andre. “Jangan bilang siapa-siapa yah…aku diperkosa setan dre…” *menangis tersedu-sedu, begitulah salah-satu adegan pamungkas di film ini. Semua sajian unik yang terekam dalam film ini telah menyajikan hiburan tersendiri (untuk para produsernya mungkin, tidak dengan gw dan juga penonton lain), bukan horor, bukan juga komedi…entahlah masuk kategori mana. Jelas dari muatannya yang bernilai nol dalam hal kualitas dan minus dalam segi mendidik, timbul pertanyaan kenapa film seperti ini masih saja lolos? Tidak nyaman dan tidak pantas untuk tayang di layar lebar, seharusnya langsung masuk jadwal tengah malam di salah-satu stasiun tv. Masih banyak (gw udah bilang kan ada satu ton) hal-hal “jenius” yang gw ingin review disini, tapi mood gw udah minus untuk terus menulis. Satu pertanyaan lagi deh, katanya adik Marsya sakit, kok setelah berbulan-bulan mendapat kerja dan gaji, si adik tidak diceritakan lagi? *dreng..dreng