Directing a movie is a very overrated job, we all know it. You just have to say yes or no. What else do you do? Nothing. “Maestro, should this be red?” Yes. “Green?” No. “More extras?” Yes. “More lipstick?” No. Yes. No. Yes. No. That’s directing. ~Liliane La Fleur

Guido Contini (Daniel Day-Lewis) adalah seorang sutradara paling terkenal, digemari, digilai, disegani dan terkemuka di Italia, sepertinya semua orang di negara itu menyukai film-filmnya. Guido pun merencanakan untuk membuat film baru dan pandangan semua orang tampaknya tertuju pada proyek film ini. Ketika diadakan konferensi pers, Guido tak banyak bicara soal proyeknya. Dia hanya memberitahukan kalau film selanjutnya itu akan diberi judul “Italia”. Sedangkan untuk ceritanya sendiri, Guido tetap bungkam kepada wartawan yang terus memberinya pertanyaan-pertanyaan. Merasa jenuh dengan semua publikasi yang membebaninya, Guido pun diam-diam meninggalkan ruangan tempat konferensi pers berlangsung. Guido sepertinya sudah tidak tahan dengan setiap orang yang menanyakan tentang filmnya, termasuk sang produser yang terus saja mengikutinya dan selalu tahu keberadaannya. Guido tetap saja ingin berlari, bersembunyi dari semua orang, menghindari kenyataan bahwa film ini ada di depan matanya. 

Guido terus merasa terbebani ketika seharusnya dia ada di bangku sutradara, melakukan apa yang selalu dia lakukan setiap membuat film, mengarahkan pemain dan lain-lain. Para paparazi yang terus mengejarnya dan fakta kalau film sebelumnya “flop” di pasaran menjadi beban berat yang harus dipikulnya setiap dia menlangkah sebagai seorang “maestro” –sebutan yang disandangkan orang-orang kepadanya– Semua masalah yang dihadapi Guido makin terasa berat, ketika krisis kehidupan cintanya menghampiri. Guido yang sudah mempunyai istri ini, ternyata mempunyai wanita simpanan lain. Tidak hanya itu wanita demi wanita berdatangan dalam kehidupan nyata dan juga fantasinya. Artis yang akan bermain dalam filmnya, seorang pelacur dari masa lalu, dan juga seorang reporter wanita dari Amerika. Semuanya berbabur menjadi satu, membutakan akal sehat seorang Guido. Ketika Guido sedang terbelit oleh kehidupan dan permasalahannya, proyek filmnya sepertinya tinggal menunggunya saja, semua sudah siap. Dari lokasi, set, dan casting pemain juga segera dimulai. Namun Guido belum siap untuk berkata “Action!!”.

Nine, tampil bagai suguhan drama teater broadway yang megah, menyuguhkan segala macam hiburan tidak hanya dari cerita yang ditawarkan namun juga dari lagu-lagu indah, lantunan nyanyian yang merdu, dan juga koreografi tarian yang menggoda. Film yang merupakan adaptasi dari  film tahun 1963 berjudul “8 ½“ karya Federico Fellini ini benar-benar serius dalam menyajikan drama-musikal yang menawan, mewah, dan bisa menyatu dengan alur cerita yang bergulir selama 118 menit. Rob Marshall, orang dibalik “panggung” yang membuat segalanya menjadi nyata, sudah barang tentu tahu bagaimana membuat film ini menjadi spesial. Pengalamannya menyutradarai film bertema musikal bukan kali pertama dia tangani hanya di film ini saja. “Chicago” yang berhasil menyabet 6 Oscar pada tahun 2003 lalu, termasuk untuk penghargaan film terbaik adalah hasil besutan sutradara yang akan menyutradarai “Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides” ini. Film ini tak pelak seperti meja judi yang mempertaruhkan reputasinya untuk bisa kembali merebut penghargaan bergengsi Oscar.

Dari awal Marshall membuka “tirai” pertunjukannya, kita sudah disuguhkan kemegahan set yang dipenuhi para wanita yang menari dan menyanyi, termasuk deretan pemain bintang (Penelope Cruz, Fergie, Marion Cotilard, dll) yang diatur secara cemerlang dan cantik untuk muncul satu persatu layaknya memberikan perkenalan kepada penonton. Semua diramu oleh Marshall dengan tidak berlebihan namun cukup untuk mengundang decak kagum kita yang menontonnya untuk selanjutnya pasti akan terus menunggu penampilan ajaib apa yang disiapkan olehnya. Benar saja, film ini terus bergulir dari menit ke menitnya dengan sisipan-sisipan pertunjukan musikal yang spektakuler dan penuh warna. Kejutan pun datang dari barisan pemain utama yang didominasi oleh para wanita ini, sebut saja Nicole Kidman, Judi Dench, dan aktris legendaris Sophia Loren. Semua pemainnya ternyata secara mengejutkan bisa bernyanyi dengan luar biasa. Termasuk yang paling menonjol antara lain, Marion Cotilard sebagai istri Guido yang “tersakiti”, selain bermain manis dengan aktingnya. Aktris yang sebelumnya bermain dalam “Public Enemies” dan memenangkan Oscar untuk Aktris Terbaik dalam filmnya “La vie en rose” ini ternyata bisa sangat memukau ketika beryanyi. Suaranya bisa menyampaikan rasa sakit hatinya kepada suaminya pada saat lantunan “My Husband Makes Movies” dia bawakan.

Penelope Cruz juga tidak menyia-nyiakan bagiannya, dengan suara merdu nan seksi, dia berhasil menggoda mata para lelaki untuk tidak melepaskan pandangan dari tubuh aduhainya yang hanya dibalut pakaian dalam. Fergie yang berperan sebagai Saraghina tampil paling terbaik, tidak karena dia memang seorang penyanyi namun dia bisa membawakan lagunya untuk menyatu dengan film ini. Walau dapat porsi lebih sedikit, namun Fergie dapat memaksimalkan kemunculannya tersebut. Alhasil “Be Italian” yang dibawakannya sangat luar biasa menyita perhatian, selain karena suguhan pernak-penik koreografi yang apik dan tentu saja karena suara Fergie yang “Bellissimo!!”. Sayangnya hentakan hebat dari musik yang disajikan film ini tidak diikuti dengan plot yang juga menghentak. Marshall dibeberapa adegannya seperti kehilangan iramanya, cerita yang sedang dibangun kadang tidak singkron dengan apa yang ingin disampaikan lewat lagu. Meriah ketika bernyanyi namun saat waktunya kembali ke dalam cerita, film ini menjadi biasa saja. Konflik-konflik cinta yang disajikan lewat kehidupan pelik Guido memang bisa menghajar rasa kantuk namun tidak menusuk hati, bisa dibilang tidak luar biasa dari segi cerita. Beruntung Marshall bisa menutupi kelemahan film ini, sekali lagi dengan kehebatannya dalam men-direct bintang-bintangnya untuk maksimal bernyanyi dan juga kehebatan akting Daniel Day-Lewis sebagai Guido “The Maestro” yang dari awal dengan sempurna memerankan sutradara eksentrik tersebut. Cinema Italiaaanooo!! Enjoy!!

Rating: 3.5/5